008

4.2K 669 44
                                    

                  

Panggil saja seorang Beatrix Maguire sangatlah abnormal atau gila atau hal semacamnya karena ia menangis di mobilnya saat ini. Pikirannya mulai bercabang-cabang saat dirinya sendirian tanpa di temani oleh siapa-siapa. Contohnya saja sekarang, pikirannya terus-menerus memikirkan nasibnya yang tadi bersikap acuh tak acuh di depan guru matematika. Rasanya dia ingin mengulang kembali agar ia tidak keluar dari kelas dan meminta maaf pada guru tersebut.

Bagaimana jika nilainya akan menjadi hancur? Bagaimana jika si Nenek Tua Cerewet itu tidak akan membiarkannya masuk lagi ke dalam pelajarannya? Bagaimana jika ia akan mendapatkan nilai berkepala tiga di rapotnya nanti? Bagaimana jika Ibunya tidak akan menegurnya lagi jika ia tahu Bea pergi meninggalkan kelas dan bersikap tidak sopan terhadap guru?

Cukup. Itu semua benar-benar terdengar berlebihan dan akan terdengar berlebihan lagi jika Bea menangis akibat hal itu. Begitulah Bea, gadis itu akan bersikap acuh tak acuh dan ceplas-ceplos di hadapan semua orang namun pemikirannya penuh pertimbangan dan hal-hal berlebihan yang seharusnya tidak ia pikirkan. Terlebih, ia pasti akan selalu menangis akibat pemikirannya sendiri.

"Kenapa gue kayak gini, sih," umpatnya. Mata Bea benar-benar bengkak karena sering kali menangis pada hari ini. Rasanya benar-benar tidak enak untuk menangis setiap kali sendirian dan memikirkan hal-hal berlebihan yang seharusnya tidak di pikirkan, namun hal itu terjadi.

Ponsel Bea yang berada di dashboard mobilnya bergetar, menandakan sebuah pesan singkat masuk. Pun tangan gadis itu maju ke depan lalu mengambil ponselnya itu.

Gigi Pager: lo dimana

Gigi Pager: eh woy seriusan lo dimana?

Gigi Pager: gue tadi nyari lo di kelas matematika, tapi lo ga ada

Gigi Pager: katanya lo di keluarin dari kelas

Gigi Pager: sekarang lo dimana anjing

Gigi Pager: sama louis? kabur dari sekolah?

Pengirim pesan-pesan tersebut adalah Ava. Bea menghela napasnya sebelum ia mengetik di layar ponselnya untuk membalas pesan singkat dari Ava.

Me: di parkiran

Me: gue mau bolos asdfghjkl

Me: lo mau join ga?

Gigi Pager: bolos kemana?

Me: kemana gitu kek

Me: ke starbucks aja gimana, gue lagi ngidam green tea latte

Gigi Pager: lo duluan aja, gue bawa kendaraan kok

Gigi Pager: lagian habis ini gue fisika, ga bisa bolos

Me: sok rajin

Gigi Pager: yauda

***

Seorang gadis yang memakai kaos hitam bercorakan logo 'Nirvana' dengan balutan cardigan putih itu sedang duduk di kursinya sembari menyesap green tea latte panasnya. Matanya memicing ke arah langit yang berselimutkan awan berwarna abu-abu, hari ini mendung. Nampaknya sebentar lagi hujan akan mengguyur turun.

Lantunan-lantunan lirik lagu Taylor Swift keluar dari mulut Bea untuk menemani kesendiriannya disini seraya ia menunggu temannya datang kemari. Mulutnya mengatup ketika kedua telinganya menangkap suara ponsel yang berdering. Sontak, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya lalu mengangkat panggilan.

"Bea, lo dimana?" cerocos suara seorang gadis dari dalam ponsel itu.

Bea membenarkan posisi ponselnya, "Starbucks. Lo kapan kesini? Lumutan gue ga ada temen ngobrol."

"Dua menit gue ada disana, gue udah mau parkir."

"Paling lo masih ada di parkiran sekolah."

"Seriusan. Udah dulu, bye."

Dan belum sempat kata 'Bye.' Ataupun 'Oke.' Terlontarkan dari mulut Bea, tiba-tiba sambungannya terputus. Jadi, dia memilih untuk kembali menyesap minumannya dan membalas beberapa pertanyaan di Ask.fm.

"Wah, parah," komentar Bea saat ia melihat pertanyaan-pertanyaan yang berada di Ask.fm-nya itu. Kepalanya menggeleng-geleng akibat membaca pertanyaan yang tidak penting itu.

Selang beberapa menit kemudian, sepasang mata gadis itu menangkap wajah temannya yang sedang membawa gelas pesanannya. Bea melambaikan tangannya ke udaa sembari melemparkan sebuah wajah bosan ke arah temannya. Ketika Ava melihat lambaian tangan Bea, dengan cepat ia bergerak melewati beberapa kursi yang terisi dan sampai akhirnya berdiri dimana tempat Bea duduk.

"Lumutan gue," papar Bea ketika Ava baru saja duduk di hadapannya.

Ava memutarkan bola matanya. "Ngomong-ngomong, gimana cara lo bolos?"

Sebuah senyuman sumringah terpampang di wajah Bea. "Gampang."

"Bea, gue pengen beli baju untuk pesta ulang tahunnya si Haley itu. Menurut lo mending beli atau pake yang ada aja? Dress code-nya hitam. Gue banyak ─"

Namun, Bea sama sekali tidak mendengarkan temannya itu berceloteh panjang mengenai baju yang akan dikenakan pada acara ulang tahun Haley, adik kelas yang paling membuatnya kesal. Mood gadis itu lagi-lagi turun drastis akibat mendengar nama Haley. Bea kembali meraih ponselnya yang berada tadi ia letakkan di atas meja.

Mulut Ava masih saja berkomat-kamit sampai akhirnya ia menyadari bahwa Bea sama sekali tidak memperthatikan apa yang ia bicarakan. "Bea," panggilnya.

"Apa?" sahut Bea dengan nadanya yang malas.

"Lo kenapa, sih, kayaknya benci banget sama Haley?"

Otak Bea sempat berputar akibat mendengar pertanyaan Ava barusan, namun hal tersebut benar adanya; Bea memang membenci Haley namun ia tak punya ide untuk itu. Dia sama sekali tidak tahu apa alasannya membenci Haley. Rasanya untuk berkata bahwa ia sangat-sangat cemburu akibat Louis mencintai Haley sangatlah aneh. Itu benar-benar bodoh ketika Bea cemburu pada Louis ketika Haley sebentar lagi akan menjadi milik Louis, sedangkan Bea tidak akan menjadi siapa-siapa. Tetap sahabat. Tidak ada yang spesial dari itu.

"Cemburu? Atau gimana?" sambung Ava.

"Semalem, Louis nyium gue," kata Bea tidak menghiraukan pertanyaan Ava barusan.

Ava membelalak. "Anjir, serius lo?"

"Serius." Bea mengangguk. "Semalem gue nangis tanpa sebab, lagi. Akhirnya gue di jemput sama Louis jam setengah empat, trus dia nyium gue pas di mobil. Sumpah, gue ga tau apa yang harus gue lakukan semalem. Jadi, gue diem doang."

"Trus?"

"Avaaa," rengek Bea. Gadis itu menenggelamkan wajahnya di antara tangannya yang terlipat di atas meja. Setelah itu, Bea mendongkak. "Gue ga tau kenapa gue ngerasa gue bakal kehilangan Louis. Gue bener-bener cemburu waktu Louis ngabisin waktunya sama Haley, bukan sama gue. Gue cemburu entar Haley bakalan seenaknya aja nyium Louis, minta anter-jemput dan akhirnya Louis lupa sama gue."

"Bea ─"

Namun Bea cepat-cepat memotongnya. "Gue. Baper. Sama. Louis. Gue. Sayang. Sama. Dia." Dan dengan spontan, sebuah kalimat penuh penekanan itu keluar dari mulut Bea.

***

nothing special on this chapter actually lol. amanda steele as avalee on mulmed!

GBTW VASIDBFAXHBKANLSDBXFWE

BUT IF YOU LIKE CAUSING TROUBLE UP IN HOTEL ROOMS

AND IF YOU LIKE HAVING SECRET LITTLE RENDEZVOUS

AND IF YOU LIKE TO DO THE THINGS THAT YOU KNOW WE SHOULDNT DO

THEN BABY IM PERFECT BABY IM PERFECT FOR YOU

HOLY SHIT THOSE LYRICS GOT ME LIEK FIASACBOEYCGXIDSF U BADASS CAN U STAPH BC I CANT BREATH AFCapc

i SHOULD NEED THERAPY AFTER THSI AFHIUA

Sad Soul » ltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang