001

17.4K 1K 286
                                    

Beatrix

Beatrix Maguire lagi-lagi menggerutu karena harus menuggu sedikit lebih lama di kedai kopi dekat sekolahnya. Baru saja gadis itu akan menelepon Louis, namun ponselnya sudah bergetar terlebih dahulu.

"Louis dimana, sih, anjir. Lama banget." sambar Bea ketika meletakkan ponselnya di telinganya.

"Iya, bentar. Lima menit. Gue harus nyalin beberapa lagi nih."

Bea menghela napasnya, lalu melirik jarum jam di arloji tangan kanannya. Sekarang sudah pukul tiga sore dan ia harus cepat-cepat pulang karena harus belajar untuk pelajaran Matematika. "Lagian ngapain sih lo pake nyalin tugas temen di sekolah. Bawa pulang gitu atau foto, ah katro lo."

"Lagian siapa suruh bolos. Udah tau mau bolos, ga bawa kendaraan. Ujung-ujungnya juga ngandelin gue. Ga modal."

"Ah lama lo, gue pulang naik taksi aja."

"Bea, sayang, jangan. Entar ada yang culik elo gimana?"

"Dih, pake sayang-sayangan. Jijik."

"Pokoknya lo stay disana entar gue kesana. Oke? Jangan kemana-mana, kalo lo sampe pulang naik taksi gue ga bakal negur lo sebulan."

Dan belum sempat Bea membalas perkataan Louis yang beruntut itu, cowok cerewet itu malah mematikan sambungan teleponnya. Pada akhirnya, Bea hanya bisa pasrah menunggu Louis menjemputnya dan duduk manis di tempat duduknya seperti tadi.

***

Mungkin yang di maksud Louis lima menit adalah setengah jam, hal tersebut membuat gadis yang berkuncir ekor kuda itu mengomel saat Louis baru meneleponnya.

Bea berjalan menuju ambang pintu kedai kopi, saat sudah berada diluar gadis itu menyapu pangangannya ke arah sekitar untuk mencari dimana mobil Louis berada. Namun sorot matanya sama sekali tidak menangkap mobil Louis yang sedang berhenti. Pasti Louis membohonginya.

"Bea!" seru sebuah suara saat Bea hampir berbalik masuk ke dalam kedai kopi.

Sepasang mata Bea menangkap Louis yang sedang berada di samping trotoar berada di atas motor gedenya, astaga. Dengan cepat, Bea pergi menuju Louis yang sedang berada di motornya itu.

Gadis yang memakai sweater putih itu memutarkan bola matanya. "Louis, lo serius mau bonceng gue pake motor? Anjir, gue takut naik motor gimana dong. Entar kalo gue jatoh gimana? Gue kira lo pake mobil makanya gue minta jemput, bukannya apa tapi gue ga berani."

Louis hanya berdiam sambil sesekali melirik ke sahabatnya yang cerewet itu dengan malas. "Cepet naik," ujar Louis lalu menyodorkan sebuah helm berwarna biru tua.

Bea berpikir sejenak, beberapa detik kemudian ia mengambil helm tersebut dan dengan cepat memasangkanny di kepala. "Jangan cepet-cepet, entar gue jantungan, lo yang bayar uang rumah sakitnya." Lagi-lagi gadis itu kembali berucap sebelum akhirnya ia naik ke atas motor.

"Iya ah, tenang aja," kata Louis, santai sambil cengar-cengir.

"Jangan cepet-cepet, inget," peringat Bea, lagi.

"Udah selesai ngomongnya?"

"Udah," jawab Bea, lalu membenamkan wajahnya di punggung Louis. Matanya terpejam karena ini adalah pertama kalinya di antar oleh Louis menggunakan motor.

Sepanjang perjalanan yang gadis itu lakukan hanyalah berceloteh tanpa henti karena Louis mengendarai motor dengan cepat dan tidak stabil. Sempat beberapa kali Bea memukul pundak Louis yang akhirnya mengakibatkan Louis hampir menabrak sebuah mobil.

"Bea udah dong, jangan teriak-teriak. Gue malu. Entar gue dikira om-om pedo yang nyulik elo," kata Louis menurunkan kecepatan motornya.

Bea menghela napas, jantungnya berpacu dengan cepat. Bagaimana tidak, naik motor bersama Louis dan motor besarnya seperti bertaruh dengan maut. "Gimana gue mau diem, LOUIS!" sentak gadis itu saat Louis mempercepat kecepatan motornya.

Sedangkan cowok yang berada di depan itu hanya tertawa lepas mendengar omelan-omelan yang panjangnya seperti rel kereta api yang terlontar dari mulut Bea. "Yaelah kalo lo takut peluk gue aja kali, entar hampir jatuh kayak tadi lagi. Lo banyak goyang banget sih di motor," omel Louis, matanya menatap Bea dengan wajah cemberutnya melewati kaca spion.

"Ga mau."

"Yang penting gue udah nawarin. Entar kalau kita jatoh karena lo kebanyakan gerak, jangan salahin gue."

"Eh woy!" sentak Bea. Kedua tangannya melingkar di pinggul Louis lalu menempelkan kepalanya di punggung Louis. "Kayak gini?"

"HAHAHAHAHA. Modus mode on, oops."

***

It must be a hi after oops, hm hm


Sad Soul » ltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang