BAB SEMBILAN

1.5K 190 2
                                    

Elena tersenyum lebar saat melihat berita yang terpampang di koran hari ini:

ANAK-ANAK YANG DICULIK TELAH DITEMUKAN!!!

Para korban mengatakan bahwa ada sepasang pemuda yang melepaskan mereka.

"Hei, lagi baca apa?"

Elena menoleh dan mendapati Roni yang berdiri di belakangnya. Lelaki itu membawa secangkir susu vanilla

"Seperti biasa, koran pagi. Ada berita menarik di halaman depan" ucap Elena

Roni mengambil koran dari tangan Elena, bibirnya menampakkan seringaian saat membaca berita utama.

"Omong-omong kapan kita akan menangkap Master Puppet?" Tanya Elena

"Kita akan menangkapnya hari ini" sahut Roni dengan mata yang berkilat penuh semangat

Elena mengangkat tangannya, wajahnya terlihat ragu-ragu

"Ng....Roni?" Tanya Elena sambil memutar jarinya di atas meja makan

Roni berbalik dan ikut duduk di sebelah Elena "ada apa?"

"Aku....kayaknya gak bisa ikut deh"

Raut wajah Roni perlahan menjadi kecewa "kenapa?"

Elena menundukkan kepalanya "Kirana mengajakku untuk berbelanja malam nanti"

Roni mengangkat wajah Elena dengan jari telunjuknya, membuat gadis itu merona

"Aku nitip cokelat batang rasa cookies&cream ya?"

Elena terenyum membuat Roni mengernyit "kenapa? Apa ada yang salah?"

Elena menggeleng "tidak ada, kamu mau berapa buah?"

"Dua"

÷÷÷÷÷

Roni berjalan mengendap-endap masuk ke sebuah gedung. Dengan jaket dan jeans hitam, tubuhnya benar-benar tersamarkan dengan langit malam.

Kedua tangannya mencoba membuka sebuah pintu besi yang ada di hadapannya. Pintu itu penuh dengan karat hingga ke engselnya.

Roni memutar gagang pintu dengan kedua tangannya, memang sulit mengingat karat yang menyelimuti pintu.

Dengan oli bekas yang dibawanya, Roni melumuri engsel dan gagang pintu itu. Setelah itu, dengan mudah dia memutar gagang pintu dan membukanya.

Yang pertama kali dilihatnya adalah lorong yang sangat gelap. Roni menyalakan senternya dan masuk ke dalam.

÷÷÷÷÷

Elena dan Kirana sibuk memilih buku novel yang akan mereka beli. Setelah mendapat buku yang mereka inginkan, keduanya mengantri di kasir.

Disaat yang bersamaan, seluruh lampu mall tiba-tiba padam.

Elena merasakan lehernya dicekik dan wajahnya dibekap dengan kain berbau obat yang aneh.

Elena tahu obat apa yang dilumurkan pada kain itu tapi usahanya untuk tidak menghirup obat itu sia-sia karena orang-siapapun itu- mencekik lehernya dengan kuat, membuat dirinya mau tak mau mencari udara dan menghirup obat itu. Lambat laun kesadarannya memudar dan ambruk ke lantai.

÷÷÷÷÷

Semakin ke dalam, lorong yang dimasuki Roni semakin sempit. Meski begitu, Roni berusaha terus masuk ke dalam hingga akhirnya lebih tepatnya pada ujung lorong itu terdapat dua buah tombol yang sepertinya memang ada di sana entah sejak kapan.

Tiba-tiba dari dinding yang berada di tengah kedua tombol, muncul sebuah layar monitor kecil. Roni menekan tombol ON pada monitor dan Master Puppet muncul di layar lengkap dengan topeng Vedetta favoritnya

"Jika kau adalah polisi silahkan tekan tombol hijau" seru Master Puppet

Roni melirik tombol hijau, dia tahu jelas bahwa tombol itu jebakan semata

"Jika kau adalah Roni Siswanto....segeralah tekan tombol merah"

Roni mengernyitkan keningnya, dengan ragu sekaligus khawatir dia menekan tombol merah

Dalam sekejap, layar dihadapannya berubah

Kali ini layar itu menampilkan sebuah tabung kaca yang berukuran besar, cukup untuk menampung manusia. Sesosok tubuh berada di dalam tabung itu. Roni tak bisa melihat wajahnya karena hanya punggungnya yang terlihat.

Kemudian layar kembali berganti, kali ini menampilkan tabung kaca dari depan. Roni merasa matanya seolah bergulir keluar ketika melihat sosok di dalam tabung itu

"Elena?!" Ucapnya tak percaya

÷÷÷÷÷

Suara benturan nyaring terdengar dari tembok lorong yang ditinju Roni. Wajahnya memandang layar dengan murka.

Kemudian terdengar suara Master Puppet dari layar monitor

"Waktumu dua jam. Lebih dari itu, tabung ini akan langsung terendam air dan gadis itu akan mati tenggelam. Selamat menikmati permainan, Roni"

Tiba-tiba layar monitor mati dan lorong disinari cahaya lampu berwarna putih terang. Roni menyipitkan matanya mencoba menghalau sinar lampu yang mendadak menyinari lorong.

Setelah berhasil beradaptasi, Roni berbalik dan menyadari satu hal:

Lorong yang akan dilaluinya untuk keluar jauh lebih berbahaya daripada kawasan perang.

÷÷÷÷÷

Lorong itu memang sama seperti sebelumnya. Hanya saja kali ini penuh dengan lubang-lubang berukuran kecil. Roni melemparkan jam tangannya ke tengah-tengah lorong dan dalam sekejap jam itu hancur bahkan sebelum menyentuh lantai.

Benda malang itu hancur tertusuk puluhan jarum.

Roni memasang Hoodie jaketnya dan menutup resleting. Dia menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya lagi. Seolah-olah itu adalah nafasnya yang terakhir.

÷÷÷÷÷

Elena merasa kepalanya berdenyut-denyut. Matanya membuka dan hal pertama yang dilihatnya adalah kerumunan orang yang berada di depannya. Semuanya dalam keadaan terikat dan mata mereka ditutup dengan kain hitam

Elena mencoba berdiri dan dia baru sadar bahwa dirinya dikurung disebuah tabung kaca.

Dirinya berusaha untuk tidak panik dan lebih memilih memperhatikan pengunjung lain yang masih dalam keadaan terikat. Kirana juga ada di antara mereka.

"Mereka kenapa? Apa yang sudah terjadi?"

Elena menoleh dan mendapati Master Puppet yang berdiri disamping tabung. Pria itu melepaskan topengnya dan menatap dirinya sambil menyeringai.

Elena tercekat "kau kan...."

÷÷÷÷÷

Roni mengerang kesakitan saat mencabut jarum terakhir yang menusuk tubuhnya.

"Baguslah, ini yang terakhir" gumam Roni sambil meletakkan jarum berlumur darah ke dalam tas ranselnya. Dia jelas tak mau mengambil resiko jarum yang penuh dengan DNA miliknya disalahgunakan orang lain.

Roni berdiri dan berlari menuju Grand Indonesia, mall yang dikunjungi Elena dan Kirana.

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....







My Wild Partner (END)Where stories live. Discover now