Part 7 - Together...forever

3K 182 5
                                    

Ruang tamu menjadi saksi bisu kecemasan Agnes dalam menunggu Julio. Berkali-kali dia mondar-mandir sambil masih menerka-nerka sesuatu yang baginya masih abu-abu. Julio diluar sana sedang apa dan dimana....itu yang mengganggu pikiran Agnes sedari pulang dari mall tadi sore. Agnes bangun dari sofa dan menyingkap korden jendelanya. Berharap ada tanda-tanda kepulangan Julio. Tapi, nihil. Sudah lebih dari lima kali ia melakukan itu dan hasil yang didapat tetaplah sama. Julio bahkan tidak memberi kabar apa-apa lewat telepon atau sms, membuat pikiran negatif Agnes semakin berkembang dan meluas. 

"Kok papa belom pulang ya, sayang? Mama khawatir banget ini......" ucap Agnes berbicara dengan baby di dalam perutnya. Agnes meraih HP nya, mencoba menelepon Julio, tapi......tidak aktif! Duh...semakin menjadi-jadi pikiran buruk memburu Agnes.

Agnes lelah. Ia merebahkan dirinya ke sofa. Mau makan, tidak lapar. Mau tidur, mana bisa. Sebelum ia bisa melihat suaminya kembali dengan utuh tanpa kurang suatu apapun, Agnes hanya bisa menunggu...dan terus menunggu. Ia bahkan tidak mengabaikan perutnya yang sudah mulai mual, karna telat makan dan efek kehamilannya.

Lamaa...dan lama Agnes menanti sampai matanya tidak bisa diajak kompromi. Ia terlelap sambil memeluk sebuah bantal sofa. Hingga suara derap langkah membuatnya terbangun..

"Julioooo...." Agnes menghambur mendapati Julio nya telah pulang. Ia memeluk erat suaminya. "Kamu kemana aja sih? Kenapa hp kamu nggak aktif? Kamu jahat bikin aku khawatir kayak gini..." dan tangis Agnes pun pecah

"Maafin aku, sayang....." Julio menyeka lembut bulir-bulir airmata yang jatuh membasahi pipi Agnes. Lama ia menempelkan tangannya di pipi Agnes yang basah, sampai kemudian ia tertunduk....dan terisak "Maaf......"

"Sayang, kamu nangis? Kamu kenapaaaa?" tanya Agnes mendapati wajah Julio yang panas dan perlahan tangannya basah karna airmata Julio yang tak bisa lagi dibendung. Agnes bingung. Julio menangis? Dan lebih membingungkan ketika tiba-tiba Julio terduduk lesu di bawah kaki Agnes...

"Julioooo...kamu ini kenapa sih? Hey....ada apaaaa?" ucap Agnes, kini ia dan Julio sama-sama duduk di lantai.

"Aku laki-laki nggak berguna.....aku nggak bisa bahagiain kamu..."

"Maksud kamu apa?" Agnes mengguncangkan badan Julio, namun Julio bisu. Hanya airmatanya yang seolah menjadi jawaban. "Julioooo...ngomong dong.....jangan diem kayak gini"

"Aku hancur, Nes....semua hancur...."

"Apanya yang hancur? Kamu cerita yang jelas dong, sayang..."

"Restoran kita.....sudah hancur"

"Apa? Hancur gimana?"

"Oke, mungkin ini saatnya aku harus jujur sama kamu..tentang perubahan sikap aku belakangan ini" Julio menggapai kedua tangan Agnes "Tapi aku mohon, setelah kamu tahu, kamu nggak akan pergi dari aku...."

"Aku udah pernah bilang soal itu kan sama kamu..."

"Restoran kita, yang selama ini menjadi sumber penghasilan kita......bangkrut. Semua cabang restoran kita telah tutup. Dan yang terakhir, tadi siang salah satu restoran kita kebakaran.."

"Ya Tuhan...." Agnes kaget dan hanya bisa menutup mulutnya. Jadi selama ini masalah itu yang disembunyikan Julio darinya. Masalah sebesar itu dan Julio berusaha memendamnya sendirian. Pantas saja Julio bisa berubah sedemikian rupa.

"Sekarang yang tersisa cuma restoran pusat, restoran yang dengan  susah payah dibangun papa sama mama..restoran yang dirintis mulai dari nol, sampai bisa sebesar sekarang...dan aku nggak sanggup bayangin gimana jika restoran itu harus tutup juga"

"Apa nggak ada jalan lain untuk menyelamatkan restoran?"

"Aku nggak tau, yang...aku udah berusaha cari pinjaman ke bank untuk menghidupkan kembali bisnis kita tapi sampai sekarang nggak ada hasilnya. Semua terasa sia-sia..."

FOREVER ✔Where stories live. Discover now