Bian membuka mobile banking app-nya.
Saldo: Rp 184.000.
Sewa kos jatuh tempo besok. Ibu kos sudah kirim reminder lagi pagi tadi: "Mas Bian, mohon segera dilunasi atau saya terpaksa minta Mas cari kos lain."
Dia akan di-evict.
Dia butuh uang.
Desperately.
"Ini cuma job," gumam Bian, mulai mengetik reply. "Ini gak ada hubungannya sama cerita. Reza di cerita itu fictional. Ini Reza berbeda."
Dengan tangan sedikit gemetar, dia mengetik:
Pak Reza,
Terima kasih atas inquiry-nya. Saya available untuk project ini. Mohon informasi waktu dan tempat untuk meeting pembahasan lebih lanjut.
Salam,
Fabian Abiyasa
Send.
Done.
Bian menatap sent email itu.
"Ini fine," katanya pada dirinya sendiri. "Ini cuma klien. Nothing more."
Tapi ada bagian kecil di belakang kepalanya yang berbisik: "Are you sure?"
Dia ignore bisikan itu.
Dia butuh uang.
Dan ini... ini cuma coincidence.
Dua hari kemudian.
Bian duduk di coffee shop di daerah Braga—tempat yang Reza suggest untuk meeting.
Tempatnya modern, minimalist, aesthetic. Bukan tempat yang biasa Bian datangi (too expensive), tapi Reza bilang dia yang bayar.
Bian datang 10 menit lebih awal—nervous energy, butuh settle down dulu.
Dia pesan americano (yang paling murah), duduk di pojok, buka laptop untuk review portfolio-nya sekali lagi.
"Pak Fabian?"
Bian mendongak.
Seorang pria berdiri di sampingnya—tinggi (sekitar 178 cm), rapi, mengenakan kemeja putih dengan blazer navy, rambut styled back, wajah... well, conventionally attractive. Confident smile. Warm eyes.
"Iya, saya Bian," jawab Bian, berdiri untuk handshake.
"Reza Mahendra. Senang bertemu Anda." Handshake-nya firm, professional. "Boleh saya duduk?"
"Silakan."
Reza duduk dengan gerakan smooth, menaruh laptop bag-nya di kursi samping, immediately memanggil waitress untuk pesan (cappuccino dan sandwich).
"Anda sudah pesan?" tanya Reza.
"Sudah."
"Good. Langsung to business ya?" Reza membuka laptop-nya. "Jadi, company kami—Arva Digital Solutions—fokus di digital marketing agency untuk UMKM. Kami launching officially akhir bulan dengan small event. Makanya butuh branding yang solid dan cepat."
Dia menunjukkan beberapa reference images—modern, clean, professional aesthetic.
"Budget sudah saya mention di email: 7.5 juta untuk full package. Itu include logo, color palette, typography guidelines, business card design, social media templates, dan simple brand guidelines document."
Bian mendengarkan, mencatat.
"Timeline-nya tight—dua minggu. Bisa?" tanya Reza.
Tight. Sangat tight untuk scope sebesar itu.
VOUS LISEZ
Error Script
NouvellesBian, seorang desainer grafis yang sedang dihimpit kegagalan dan utang, berdiri di pinggir jembatan penyeberangan Dago. Saat ia hendak mengakhiri segalanya, seorang pria mabuk bernama Hakan menyelamatkannya-hampir membuat dirinya sendiri tewas. Pert...
Bab 5
Depuis le début
