Bian bangun dengan mata perih dan kepala berat.
Dia hampir tidak tidur semalam—terus memikirkan cerita itu, Hakan, dan semua implikasinya yang menakutkan.
Jam menunjukkan 9:47 pagi.
Hape-nya sudah berdering beberapa kali—alarm yang dia set tapi terus dia snooze.
Dia meraih hape dengan malas, mengecek notifikasi.
Ada beberapa pesan.
Hakan (7:23 AM):
"Good morning! Semoga tidur nyenyak semalam 😊"
Hakan (8:15 AM):
"Btw aku udah edit foto kemarin, hasilnya bagus banget! Mau aku kirim?"
Hakan (9:30 AM):
"Kamu masih tidur ya? Hehe sorry kalau ganggu. Take your time aja!"
Bian menatap pesan-pesan itu.
Hakan. Selalu ceria. Selalu perhatian.
Persis seperti Hakan di cerita.
Dadanya terasa sesak lagi.
Dia harus mulai investigate—pelan-pelan, subtle—untuk memastikan apakah cerita itu benar-benar terjadi atau hanya kebetulan gila.
Dengan tangan gemetar, dia mengetik balasan.
Bian:
"Pagi. Maaf baru bangun. Boleh, kirim aja fotonya"
Balasan datang hampir instant.
Hakan:
"Siapp! Tunggu sebentar ya"
Beberapa detik kemudian, foto-foto masuk.
Bian membukanya satu per satu.
Foto pertama: dia duduk di batu di Dago Pakar, menatap kota Bandung di bawah. Lighting-nya sempurna—soft, warm, bikin dia terlihat... damai. Tidak seperti dirinya yang biasa terlihat lelah dan kacau.
Foto kedua: dia melihat ke kamera—tangkapan saat Hakan bilang "now look at me". Ekspresinya natural, sedikit surprise, tapi ada... sesuatu di matanya. Vulnerability? Curiosity?
Foto ketiga: candid—dia lagi lihat pohon, angin menggerakkan rambutnya sedikit. Komposisinya artistik, seperti poster film indie.
"Kamu beneran photogenic," komen Bian dalam hati, mengulang kata-kata Hakan kemarin.
Hakan:
"Gimana? Suka gak? Kalau mau aku print buat kamu, gratis!"
Bian:
"...bagus. Kamu jago"
Hakan:
"Hehe makasih! Tapi objeknya juga bagus sih 😊"
Bian merasakan wajahnya sedikit memanas.
Dia menggelengkan kepala cepat.
No. Jangan. Ini bukan apa-apa.
Hakan cuma... cuma being nice. Complimenting his work. Nothing more.
Bian:
"Hakan, boleh tanya sesuatu?"
Hakan:
"Sure! Apa?"
Ini dia. Bian mengambil napas dalam.
Dia harus mulai menanyakan detail-detail dari cerita—hal-hal yang belum dia tahu tentang Hakan untuk memastikan apakah match atau tidak.
Tapi harus natural. Tidak bisa terlalu direct.
YOU ARE READING
Error Script
Short StoryBian, seorang desainer grafis yang sedang dihimpit kegagalan dan utang, berdiri di pinggir jembatan penyeberangan Dago. Saat ia hendak mengakhiri segalanya, seorang pria mabuk bernama Hakan menyelamatkannya-hampir membuat dirinya sendiri tewas. Pert...
