A. Avoid scene-scene selanjutnya

B. Change plot dengan choice berbeda

C. Ghosting Hakan completely

Mana yang paling feasible?

Mana yang paling aman untuk Hakan?

Hape-nya bergetar.

Hakan:

"Eh Bian, besok ibu aku masak rendang. Kamu mau mampir? Beliau excited pengen kenalan sama teman-teman aku 😄"

Bian terdiam.

Ini dia.

Scene 5.

Meeting ibu Hakan.

Exactly seperti di cerita.

Universe literally throwing the next plot point at him.

Dia menatap pesan itu lama.

Kalau dia bilang yes... cerita lanjut.

Kalau dia bilang no...

Will it stop? Or will universe find another way?

Tangannya gemetar saat mengetik balasan.

Ini decision pertamanya.

Test pertama untuk liat apakah dia bisa melawan script.

Bian:

"Maaf, aku lagi sibuk besok. Next time maybe"

Send.

Dia menatap pesan itu.

Menolak. Avoiding.

Rencana A & C kombinasi.

Sekarang dia tunggu—apakah universe akan accept ini, atau akan force plot jalan terus?

Balasan datang beberapa menit kemudian.

Hakan:

"Oh oke! No worries. Lain kali aja ya 😊"

Hakan:

"Tapi kalau kamu berubah pikiran atau mendadak free, let me know aja!"

Normal. Understanding. Tidak ada pressure.

Classic Hakan.

Bian seharusnya merasa lega.

Tapi entah kenapa... ada perasaan aneh di dadanya.

Guilt? Disappointment?

"Stop," bisiknya pada dirinya sendiri. "This is for his own good."

Dia harus strong.

Dia harus distance himself.

Untuk Hakan.


Tiga hari berlalu.

Bian konsisten avoiding Hakan.

Setiap kali Hakan text, Bian balas dengan singkat dan cold:

Hakan: "Pagi! Udah sarapan?"

Bian: "Udah"

Hakan: "Mau makan siang bareng?"

Bian: "Sibuk"

Hakan: "Ada tempat baru enak nih, mau coba?"

Bian: "Lain kali"

Hakan clearly confused—tapi masih trying. Masih patient. Masih hopeful.

Dan setiap kali Bian liat nama Hakan muncul di notifikasi, dadanya terasa sesak.

Guilt. Longing. Confusion.

Error ScriptDonde viven las historias. Descúbrelo ahora