"Gimana, mau gak? Kita jalan foto dulu kayak rencana, terus makan? I know tempat mie ayam enak deket Dago Atas 😊"

Bian agak ragu.

Mereka baru kenal... berapa hari? Lima hari?

Tapi rasanya seperti lebih lama.

Dan honestly... dia mau. Dia mau hang out sama Hakan lagi.

Bian:

"...oke"

Hakan:

"YESSS! Oke aku jemput kamu jam 10 pagi ya? We catch morning light, best buat foto"

Bian:

"...jam 10? Pagi?"

Hakan:

"Too early? Jam 11?"

Bian:

"Jam 11 oke"

Hakan:

"Perfect! Oke aku gak ganggu lagi. Kamu tidur ya, jangan begadang terus. Good night, Bian ✨"

Bian:

"Good night"

Bian menaruh hape-nya, masih feeling that weird lightness di dadanya.

Besok. Dia punya rencana besok.

Dengan Hakan.

🩶

Jam 11 pagi, Bian turun dari kamar kos-nya.

Hakan sudah nunggu di depan—berdiri di samping motor Yamaha Aerox hitamnya, scrolling hape, looking effortlessly good in casual kemeja biru muda dan jeans.

Camera bag tersampir di bahu, dua helm di tangan.

Dia mendongak saat Bian mendekat, wajahnya langsung cerah.

"Bian! Good morning!" Hakan tersenyum lebar, matahari pagi bikin senyumnya somehow lebih warm. "Kamu on time! I'm impressed. Freelancers biasanya gak tau konsep 'pagi'."

"...aku set alarm," Bian jawab datar, tapi ada sedikit amusement di matanya.

"Good discipline." Hakan nyodorin helm. "Nih, pakai ini. Safety first."

Bian ambil helm—clean, wangi, clearly Hakan rawat baik-baik motornya—dan pakai.

"Kita mau kemana?" Bian bertanya.

"Dago Pakar! Ada spot bagus buat foto—view kota, alam, lighting pagi ini perfect." Hakan pakai helm-nya sendiri. "Plus tempatnya calming. Good for creative minds."

Hakan naik ke motor, nengok ke Bian. "Naik. Don't worry, aku nyetir aman kok. Gak kayak malam itu yang aku mabok."

Bian naik ke belakang—awkward, gak tau harus pegang dimana.

"Pegang aku aja biar gak jatuh," Hakan bilang casual, tapi ada hint of nervousness di suaranya. "Gausah sungkan."

Bian hesitantly held onto Hakan's waist—firm, warm through the fabric of his shirt.

"Oke, good. Hold tight ya. Kita berangkat!"

Motor melaju smooth, keluar dari area Cisitu menuju Dago.

Angin pagi Bandung dingin tapi refreshing. Jalanan belum terlalu ramai—mostly warga lokal dan occasional tourists.

Mereka sampai di spot foto di Dago Pakar—area terbuka dengan view kota Bandung di bawah, pohon pinus di sekitar, udara segar.

Sepi. Peaceful. Cuma ada beberapa orang lain yang juga lagi foto atau duduk-duduk.

"Wah, perfect timing. Light-nya bagus banget." Hakan langsung excited, ngeluarin kamera dari tas—Canon EOS R5, professional gear.

Error ScriptМесто, где живут истории. Откройте их для себя