"...Kamu gak ngajak aku mati," Bian ngomong pelan. "Kamu nyelamatin aku. A... aku juga nyelamatin kamu balik."
"Yeah. We saved each other." Hakan tersenyum—small but real. "That's... kinda poetic actually. In a very messed up way."
"...Yeah."
Mobil sampai di depan kos-kosan Bian. Bangunan tiga lantai yang udah agak tua, cat krem yang kusam.
"Ini ya, Mas?" Driver confirm.
"Iya, makasih, Om," Bian jawab.
Dia buka pintu, terus nengok ke Hakan sebentar.
"...Makasih. Buat... semuanya."
"Sama-sama." Hakan natap dia—something gentle di matanya. "Take care, Bian. Seriously. Eat something, tidur, and... please reach out kalo kamu butuh. To anyone. Me, friend, family. Please."
Bian nod pelan.
Dia turun. Pintu mobil ditutup dengan soft click.
Dia berdiri di pinggir jalan, nonton mobil itu pergi—lampu belakangnya menghilang di tikungan Cisitu.
Tangannya masuk ke kantong hoodie, ngeraba kartu nama itu.
Masih di sana. Real. Textured. Solid.
Proof that tonight actually happened.
Entah kenapa... dadanya terasa sedikit lebih ringan.
Gak banyak. Tapi... cukup.
Cukup buat dia masuk ke kos, naik tangga ke lantai dua, buka pintu kamar.
Cukup buat dia hidup satu hari lagi.
Maybe that's all he needs for now.
🩶
Bian bangun dengan headache yang luar biasa.
Kombinasi dari kurang tidur, nangis, dehydration, dan emotional exhaustion yang level catastrophic.
Kamar kos-nya di Cisitu dingin—AC-nya rusak jadi dia cuma rely on udara Bandung yang emang naturally dingin. Tapi somehow pagi ini feels colder than usual.
Dia meringkuk di bawah selimut tipis, staring at the ceiling. Retak-retak cat yang familiar. Water stain di pojok.
Kehidupannya.
Matanya nangkap sesuatu—hoodie yang dia pake semalam, tergeletak di lantai beside the bed.
Dia inget.
Kartu nama.
Dengan effort yang terasa disproportionately heavy, dia gerak—extend his arm, grab the hoodie, ngorek kantongnya.
Kartu nama itu masih di sana. Sedikit crumpled di pojok tapi masih intact.
HAKAN SADYA RAHSA
Photographer
Dia natap kartu itu lama.
Semalam... kejadian semalam feels like a fever dream. Surreal. Absurd. Gak masuk akal.
Tapi kartu ini... proof that it was real.
Cowok asing bernama Hakan. Yang nyelamatin dia. Yang hampir mati juga. Yang anterin dia pulang meski baru kenal. Yang kasih dia kartu nama dengan genuine concern.
Bian ambil HP-nya dari nightstand. Battery 15%. Dia lupa charge semalam.
Pelan-pelan, carefully, dia buka kontak.
Add new contact.
Nama: Hakan
Nomor: [nomor dari kartu nama]
YOU ARE READING
Error Script
Short StoryBian, seorang desainer grafis yang sedang dihimpit kegagalan dan utang, berdiri di pinggir jembatan penyeberangan Dago. Saat ia hendak mengakhiri segalanya, seorang pria mabuk bernama Hakan menyelamatkannya-hampir membuat dirinya sendiri tewas. Pert...
Bab 1
Start from the beginning
