1 tahun kemudian...
Jantung Hazel berdetak tak karuan. Di layar laptopnya, sebuah notifikasi email baru dari Princeton University menyala terang. Telapak tangannya dingin, menggigil. Tanpa menunggu lebih lama, ia memanggil kedua orang tuanya dengan suara panik bercampur harap.
Tak butuh waktu lama hingga Zen dan Mika masuk ke dalam kamar.
"Kenapa sayang?" tanya Zen, terlihat sedikit panik karena mendengar putrinya yang berteriak cukup nyaring memanggil ia dan Mika.
"Ma, Pa. Hazel dapet email dari Princeton University!"
Mata Mika berbinar, ia tersenyum bahagia. "Oh iya?! Apa isinya? Ayo buka Mama sama Papa mau lihat juga!"
Hazel menggerakkan mouse dengan tangan yang masih gemetar. Saat email itu terbuka dan baris pertama terbaca, dunia seakan pecah menjadi cahaya.
"Dear Aziva, congratulations! I am delighted to offer you addmission to Princeton's class of 2026-- AAAAAA!!! MAMA! PAPA!!" pekik Hazel histeris saat membaca isi surat tersebut.
Ia langsung memeluk Mama dan Papanya secara bergantian. Kedua orang tuanya pun tak bisa membendung rasa kebahagiaan ini, melihat putri kecil mereka kini mulai tumbuh dewasa bahkan akan pergi jauh meninggalkan mereka untuk menuntut ilmu.
"Congrats sayang! Mama sama Papa bangga banget sama Hazel, semoga ini menjadi awal yang lebih baik untuk semuanya ya."
"Aamiin. Terima kasih ya, Ma, Pa, udah selalu support Hazel, Hazel janji Hazel bakal kuliah yang bener disana."
***
Sore itu, Hazel duduk di sebuah kafe bersama Raska. Seharusnya mereka berlima, Hazel juga mengundang ketiga sahabatnya tapi entah kenapa ketiganya belum juga muncul.
Hazel menyesap vanilla latte-nya, lalu memandang Raska yang dari tadi menatapnya tanpa berkedip.
"Kenapa sih? Ada yang aneh ya sama aku?" tanya Hazel sambil memperhatikan dirinya sendiri.
"Siapa yang bilang aneh?" Raska menyandarkan tubuh. "Cuman pengen liatin orang cantik aja," ucap Raska santai dan tenang, tanpa beban.
Sementara gadis disampingnya itu tersipu malu, senyum-senyum salah tingkah. Hazel reflek memukul pelan lengan Raska.
"Udah berani muji terang-terangan ya? By the way, ini kan temen-temen aku belum muncul, atau mereka pada gak bisa dateng ya? Aku mau ngasih tau ke kamu duluan deh."
"Hm? Apa?" Kening Raska mengkerut.
"Kamu tau? I got an email from Princeton's!" Hazel memberitahu kabar bahagia itu dengan penuh semangat.
Mendengar kabar baik itu, Raska pun tersenyum bahagia, ia spontan memeluk Hazel. Hazel sempat terdiam membeku selama beberapa saat sebelum akhirnya ia membalas pelukan Raska.
"Serius? Kan aku pernah bilang kalau kamu pasti bisa kuliah disana. I'm so happy for you, semoga kamu bisa betah ya disana-- eh tapi, jangan terlalu betah deh, emang kamu mau selamanya disana?"
Hazel terkekeh, mencubit pelan pipi Raska. "I know, kamu yang gak mau lama-lama pisah dari aku kan?"
"Aku gak perlu jawab juga kayaknya kamu udah tau jawabnnya, kan?"
Pintu kafe terbuka.
Suara bel kecil yang menggantung di atasnya berdenting nyaring, disusul hembusan angin dingin yang masuk ke ruangan. Hazel otomatis menoleh, Raska juga ikut melihat, dan di ambang pintu, tiga sosok yang sangat familiar berdiri dengan wajah campur aduk antara ngos-ngosan, kesal, dan... tetap heboh seperti biasa.
YOU ARE READING
SEQUOIA
Teen Fiction• 𝘚𝘦𝘲𝘶𝘦𝘭 𝘰𝘧 𝘔𝘪𝘬𝘢𝘦𝘭𝘭𝘢 • [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] ‼️PART MASIH LENGKAP‼️ Judulnya tampak aneh, namun arti dibalik judul 'aneh' tersebut adalah cantik atau indah dan memberikan kedamaian kepada siapapun. Begitulah kira-kira kalimat yang cocok untuk...
