1 mei 2023
Hampir setengah jam mereka bertiga menunggu satu laki-laki yang keluar dari gedung bertingkat itu, sudah mulai kesal_ tak lama segerombolan orang mulai keluar dari pintu besar.
Mereka bertiga mulai mencari-cari keberadaan sosok yang mereka cari, "Jerry mana dah?_ cowok lu ngaret banget, Ra" jengah afkar.
"Kek lu ga ngaret aja!" timpal Alecya, afkar mengerucut bibirnya "Ale sayaaaang..." alecya berdengus jijik dengan tingkah laku dari laki-laki berwajah sok imut tersebut.
"Tuh! Dia!" Tunjuk aira
Mengikuti arah yang ditunjuk "Mana anjirr?" afkar tak melihat sama sekali_Dia menyenggol aira yang tengah senyum misu-misu seperti orang mabuk.
"Jerry nya mana monyet?" ngegas afkar " mata lu katarak kak!, noh itu tuhhh,,,,"
"Mana sih?
-
-
-
"Malesin banget, gua ma lu aja deh Ra" laki-laki meronta-ronta seperti orang tantrum dilantai.
"Kalau ma gua kenapa sih monyet" kesal afkar merasa tak terima dengan penolakan dari jerry.
"Lu dongo setan!" mendengar pertengkaran yang unfaedah dari kedua laki-laki stress didepannya alecya dan aira hanya mendelik, memilih pergi dari sana dan menghampiri tante may.
"Mereka berdua kenapa?" Tanya tante may bingung,
"Tante kek gatau aja" terang alecya.
Mengangguk paham. Lalu wanita itu menyerahkan kertas yang dilipat pada kedua gadis di depannya. "woeee curang banget anjirrr, nyuri start duluan!" Teriak afkar menggelegar.
"Minggir!" jerry menyingkirkan tubuh afkar yang berada diatasnya lalu berlari menghampiri tante may "Tan, kertasnya_" menyerahkan kertas tersebut pada keponakannya lalu "Sini kar, harta karunnya harus kita berdua dapetin" Pintah jerry penuh semangat membaca isi dari teka-teki di kertas.
Afkar menghampiri jerry yang terdiam tak ada reaksi, masih fokus melihat kearah kertas ditangannya "Kenapa?, sini gua aja" dia merebut paksa kertasnya, lalu membaca isinya.
'Aku berada di tempat yang kotor, yang merupakan tempat meditasi jerry'
"Lu meditasi dimana jer?" afkar melihat kearah jerry yang sibuk memikir kan petunjuk untuk pos 2.
"YEEEEEEAAYYY! KITA YANG MENANG INI MAH!" Teriak alecya semangat saat menemukan pentunjuk selanjutnya.
"YANG KALAH SIAP-SIAP KOSONG TUH DOMPET!" Sahut aira dengan semangat. Aira dan alecya tampak senang melompat-lompat seperti monyet.
"Buruuuuuu!,,,,,, masa gini aja ga tauuuu sih luuu keburu mereka berdua yang menang" afkar menggoncangkan tubuh jerry "bentar bangsat, lagi mikir".
Malas berpikir dia berteriak "RA, TEMPAT MEDITASI GUA YANG KOTOR DIMANA? WC KAN?" Teriaknya.
Mendengar pertanyaan tersebut aira mengangkat bahunya tak tahu "Jangan kasih tahu " bisik alecya _ "tenang aja..."
"Di toilet gada anjirr udah gua cari" nafas afkar tak beraturan saat menuruni tangga.
"Kasih tau ra, gc anjirr" mulai tak sabaran_ "gatau anjir!"
"cepe' deh cepe'. Buru kasih tau. Buntu banget nih!"
"ga"
" gramedia"
"oke deal!. Tong sampah di kamar lu" dengan cepat afkar berlari menuju kamar jerry "Ketemuuuuuuuu" heboh afkar saat menemukan petnjuk kedua.
Afkar berhenti bahagia "wait... Kok lu tahu?" Tanya afkar.
"Oh, yang buat permainanya gua, aira sama tante may soalnya" ceplos alecya
"Kakk...." Aira menepuk jidatnya_polos banget.
"Lah gunanya harta karun paan anjir, kalau pada tahu tempat akhirnya?" cengo jerry begitupun afkar.
"Biar asyik aja, lu berdua kan gatau" merasa terkhianati, senyum mereka berdua luntur.
Afkar dan jerry terduduk memegangin kepalanya, tersenyum pahit "Terus harta karun-nya apa?" Tanya afkar
"Uang mayan sih adalah 1 digit doang" alecya berjalan mendekati mereka berdua
"Yaudah bagi aja uangnya, bagi empat biar adil" ucap afkar
"Hah?, orang uangnya udah dipake buat kita double date tadi, makan, nonton, maen, jajan, truss komiknya kak ale ma gua, baju gua ma kak ale tadi" jelas aira menghitung apa saja yang mereka beli tadi.
"Gua kira lu berdua yang traktiir" frustasi afkar dan jerry.
"iyakita berdua yang traktir, 10k buat parkiran tadi" tambah alecya
-
-
-
Di sketchbook, hanya ada gambar 'Dia' dengan inisial 'J'. lembar terakhir kosong hanya tertulis beberapa bait dan tanda tangan yang rumit 'x19'.
Tulisan absurd tak memiliki makna, lalu ada setetes noda merah pada gambar perempuan yang duduk fokus dengan leptopnya, sangat indah. Benar kata orang 'Setiap yang dicoret diatas kertas kosong itu cerminan diri penulis/pelukis'.
"Gua udah pesan Sketchbook, gua pengen belajar gambar begini, keliatan gampang tapi rumit kalau di coba"
"Gua gabisa ngajarin buat sekarang ra!" tersenyum kearah laki-laki yang tengah berbaring diatas brankar, wajahnya pucat taka da lagi rona merah disana, dia ikut tersenyum indah dengan bibir pucatnya.
"gapapa, Gua bakal usaha. Gua mau nunjukin ke lu gambar pertama gua nanti"
Jerry hanya tersenyum, "Ra, lu ga capek kesini tiap hari?".
"Kenapa emangnya?" pertanyaan dijawab pertanyaan laki-laki itu terkekeh "Gua ngerasa gaenak" ucapnya mengalihkan pandangan. "Lu kan ga suka bau rumah sakit_Ditambah gua kek begini, flat banget ra_Gamau udahan aja ra?"
Gadis itu menatap datar saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir laki-laki itu. Tak ada niatan untuk menjawab "Ra, gua capek kek begini_ gua selalu ngerepotin orang-orang terdekat gua".
"Kadang gua mikir, kenapa gua ga mati langsung aja_tapi banyak hal yang harus gua wujudin juga" kembali mereka berdua beradu pandang, jerry tampak terkejut saat melihat mata gadis itu berembun_ lalu dia terkekeh menarik lengan baju gadis itu.
"Ra, gua mau dipeluk" dengan cepat gadis itu memeluknya, wangi khas obat_dia tidak membencinya. "Omongan lu terlalu dalam untuk usia gua yang baru 18 tahun" lagi, jerry terkekeh tersadar dengan jarak usia mereka 5 tahun.
"Gua om-om pedo dong" tawanya.
"Yah_" aira membenamkan wajahnya pada dada laki-laki itu "Gua mohon, cepat sembuh pakde' nanyain lu kapan bakal makan mie ayamnya lagi" jerry tertawa lagi.
"Tukang galon juga bakalan bangkrut karena gada pelanggan yang mesan galon hampir tiap hari"
'Suara tawanya terus menggema seperti suara rintikan hujan yang menenangkan'
YOU ARE READING
Algoritma
General FictionIni bukan tentang baru atau lamanya, bukan tentang berapa waktu yang di habiskan, berapa hirupan oksigen yang menjadikan pasokan napas. Ini menyiksa diriku dan dia, biarkan saja aku yang jahat asal lukanya tak dalam. Aku masih menetap di tempat yan...
