Spesial Chapter

6 3 0
                                        


14 desember 2022.

"Nugasin apasih?" laki-laki itu mendekat melihat gadis itu yang fokus dengan leptop diatas pangkuannya, rambutnya diikat asal, kacamata bertengger dihidungnya.

"Tugas dari pak fakhru, gua harus ngumpulin dana buat proposal gua" keluh gadis itu, dia melihat kearah laki-laki yang sedang tersenyum menyebalkan kearahnya.

"Lu nganggur yah?" Tanya gadis itu.

"Ga, tugas gua banyak tapi gua joki" ucapnya enteng sembari mengupil_ lalu melap sisa upilnya pada baju gadis itu.

"Jorok banget si anjing" kesal gadis itu memukul kasar tanganya, laki-laki itu hanya tertawa.

"kak afkar mana?"

"Biasa, Clubbing ma ceweknya, pergaulan diakan sesat, ga kek gua yang jadi anak yang taat" membusungkan dadanya bangga, gadis itu hanya memutar malas matanya, sudah muak dengan kepedean seperti tadi.

"Gua mau balik!, dah malam" dia melihat ponselnya jam tertera 20.12, saat sedang mengemaskan barang-barangnya laki-laki itu mencegatnya, menarik paksa gadis itu dalam dekapannya, menghirup rakus wangi vanilla yang biasa gadis itu pakai.

"Nginap aja!, besok gua antarin, sekalian kita Quality time hmm...." Menduselkan kepalanya pada ceruk tengkuk gadis itu, merasa tak nyaman dia memberikan jarak.

"Tsk!,Ga!. Lu cabul!, gua mau balik!" tegas gadis itu berusaha melepaskan tangan yang melingkar dari pinggangnya, laki-laki itu tertawa dia semakin mendekap kuat dan mempersempit jarak antara keduannya.

"Tidur doang, ga gua apa-apain!, please, besok ke gramedia gua yang bayarin!"

"Gamau, gua mau pulang!" gadis itu terus meronta-ronta

"Ra, jangan gerak njirr, nanti kebangun!" desis laki-laki itu. Terdiam.

"jerry, gua gabisa nginap hari ini, besok gua ada jadwal pagi banget. Tante may juga ga bakal ngijinin gua nginap kosan lu kecuali di rumah"

Berdecak tak puas "Yaudah, kasih gua ciuman biar gua lepasin lu".

"lu banyak maunya anjirr" kesal gadis itu.

"kalau ga, berarti nginap"

Cup!.

Kecupan singkat, laki-laki itu terdiam sesaat lalu tertawa saat benda kenyal itu menempel singkat dibibirnya "Itu apaan ?" tak henti tertawa.

"Bego make nanya" gadis itu benar-benar merasa malu.

Puas dengan menertawai gadis itu, dia mencengkeram dagu gadis itu menatap kaerah bibirnya_ mendekat perlahan_ menempel_ lalu lidahnya mulai masuk, menari didalam sana, gadis itu diam tak tahu harus berbuat apa_ tak lama dia mulai mengimbangi permainan lidah didalam_ menggigit_ mata terpejam_ semakin intens keduanya terlarut dalam permainan saliva_ suara decapan, nafas yang terdengar memberat_ adrenalin yang memacu seolah menginginkan lebih_ bahkan suara nikmat sesekali sebagai melodi penyemangat, sampai...

"BANGSAT!, NGAPAIN LU BERDUAAAAAAAAA GILAAAAA, MATA SUCI GUAAAA BANGSATTT"

Reflek, gadis itu mendorong kuat laki-laki dihadapanya, mengusap saliva yang tercipta dari bibirnya, mengedipkan mata beberapa saat menoleh kesumber suara bak toa. Jerry?, dia merintih sakit saat sikunya terbentur lantai, dia mengumpat suara yang tak familiar itu dalam hati, padahal suasananya sangat mendukung.

Afkar berjalan mendekat kearah gadis yang menunduk malu, menagkup wajahnya gadis itu "Ra, ohh shit!, bengkak, Heh!, lu ngapain kokop anak orang sampe dower gini bibirnya"

"Lu ganggu?, kenapa lu kesini, biasanya lu pulang jam satuan" jerry melepaskan tangan afkar pada pipi gadisnya, mengecup singkat bibirnya.

"Gatau malu, ada gua njing!" afkar merasa ternistakan "Gua habis ke gereja deket komplek sebelah, nih dapat makanan".

----


Bersandar. Hanya itu, keduanya saling bersandar. Menatap jam dinding yang berdetak. Laki-laki itu menutup kedua matanya menikmati setiap momen yang berharga_ menyenderkan kepalanya pada bahu gadis itu, memeluk pinggangnya. Nyaman.

Gadis itu acuh, hanya sibuk dengan ponsel ditanganya.

"Ra, ayok nikah!" ajak laki-laki itu _ masih dengan posisi yang sama.

"Belum legal, tunggu 1 tahun lagi" gadis itu menyimpan benda pipih yang dipegangnya, menjauhkan kepala laki-laki yang bersender padanya "Berat".

Tumben sekali, biasanya gadis ini yang selalu mengajaknya menikah. apakah gadis ini sedang masuk masa-masa pubertas. Bukan kareana apa jerry berpikir seperti itu, sifat gadis ini berbeda 360 dejarat dengan dirinya waktu dia SMA.

"Gua jadi pengen nikah deh ra, rasanya punya keluarga itu gimana dh?. Rasanya jadi ayah gimana?, pulang dimasakin isteri disambut sama anak. Ga perlu banyak 2 anak aja, gua ga minta lebih kok" dia menatap binar pada gadis disampingnya_ gadis itu tak tahu harus berekspresi seperti apa, haruskah dia anggap serius atau hanya sekedar gurauan belaka dari laki-laki itu.

"Gatau!" ucapnya singkat.

"tapi, menurut pandangan lu sendiri gimana?"

"Gua gada pemikiran buat nikah, bagi gua punya ikatan seumur hidup dengan seseorang itu berat... dan merepotkan, gua harus sesuain sikap gua ke dia. Yah, intinya itu hal yang bikin repot."

Menyentil kening_ laki-laki itu memperbaiki posisi duduknya sebelum berbicara "Bagi gua ngerubah diri sendiri buat orang yang kita cintai itu bukan hal yang ngerepotin, saling ngehargain, saling ngerangkul, jadi rumah disaat lelah, jadi pendengar saat di dengar, lu bisa jadi diri lu sendiri di pasangan lu tanpa perlu takut di judge mnurt gua gitu" matanya menatap dalam mulai memberi paham pada gadis itu, namun gadis itu menatap datar seolah menolak semua.

"Lu bakal mau ga kalau disuruh datang sama afkar dari ciputat ke Jakarta sendirian?" gadis itu menggeleng "Ngapain?, malas banget, mending gua tidur".

"Tapi lu datang pas gua gabisa jemput lu, padahal itu ngerepotin diri lu sendiri. Bukannya lu rela ngesesuain diri ma pasangan lu?" gadis itu terdiam. "Ga!" tolaknya.

Laki-laki itu tertawa, hening beberapa detik lalu kembali laki-laki itu tidur dipangkuan gadisnya."Gua ga pernah nyesal sama pilihan gua ra".

"Bahkan setelah ayah gada" lirihnya masih terdengar­_ gadis itu menutup mata laki-laki itu dengan kedua tangan-nya "Kalau capek tidur!, jangan ngelantur gajelas!"

Lagi dan lagi dia terkekeh, memegangi tangan yang menutup matanya. "Cuman sebentar Ra_", jeda beberapa menit. Gadis itu merasa telapak tanganya basah dan hangat, dia diam "10 tahun aja ga banyak".

Tak mengerti dengan ucapan laki-laki itu, aira memilih diam tak tahu harus menjawab apa. Dia tak akan bertanya, mungkin saja dia lelah.

Merasa tak ada suara lagi setelah beberapa menit, dia melepaskan tanganya dari wajah laki-laki itu, menatap_ matanya membelalak kaget. Dia berteriak panik "Ka afkar!" teriaknya.

Tangan nya mulai bergetar, adrenalin berpacu kencang menatap darah yang keluar dari hidung laki-laki yang tertidur di pangkuanya. Meletakkan jarinya untuk mengecek hembusan nafas, ada.

Dia bersyukur, afkar datang dengan kedaan baru bangun tidur "Kenapa?" tanyanya dengan muka bantal. "Jerry pingsan, panggilin tante may".

AlgoritmaWhere stories live. Discover now