Yah tidak heran, jika itu terjadi pada dirinya jelas ia juga akan beranggapan sama, Bae yang kini duduk tak tenang di atas sofa dengan tangan memegang setangkai mawar yang tadi ia ambil secara sembarang dari atas vas yang ada di atas meja kecil yang menghiasi sisi kasur hotel, awalnya dua namun yang satu telah ia cabuti kelopaknya karena rasa cemas yang mendadak menghampiri beserta overthinking yang memang selalu datang satu paket.
Bae kini berdiri dari duduknya, mendadak merasa lapar, jadi ia memilih untuk melangkah menuju tempat dimana tadi Sullyoon berdiri tadi, omong-omong Bae telah berpakaian lengkap saat ini, sebuah gaun putih sederhana dengan tali tipis yang di balut oleh sebuah sweater sewarna susu taro, ia menatap ke luar sana, bagaimana pemandangan dari atas hotel membuatnya terpukau mengingat Bae jarang sekali bisa melihat hal-hal seperti ini, harga hotel sangatlah mahal apalagi lantai-lantai atas memiliki harga khusus yang mampu membuat uang gaji kerja sambilan Bae selama setahun tercekik. Bahkan Bae tak yakin gaji satu tahunnya cukup untuk menyewa kamar mewah tersebut.
Melirik ke arah bunga mawar merah segar di dalam vas bunga, Bae berinisiatif mendekatinya dan berpikir mengenai menghitung kelopak bunga mawar untuk melakukan voting mengenai apakah ia harus bergerak secara sangar selayaknya macan atau tak perlu dan membiarkan Sullyoon yang memulainya pertama kali?
Bagaimanapun, keduanya adalah seorang perempuan dan biasanya perempuan suka jika pasangannya berinisiatif lebih dulu. NAH! masalahnya Bae tidak tahu di antara dirinya dan Sullyoon, siapa sebenarnya yang menjadi pihak dominan dalam status hubungan mereka.
Harusnya itu Sullyoon mengingat gadis itu yang memberikannya nafkah dan Bae terlihat memiliki masa depan sebagai ibu rumah tangga karena bagaimana pun juga, Bae tak akan mampu memberikan nafkah bagi Sullyoon dengan uang hasil kerja sambilannya yang sangat menggelitik isi rekening Sullyoon.
Mawar telah dalam genggaman, namun Bae tak kunjung mencabuti kelopaknya, justru sang nona muda Han malah berjalan bolak balik di dalam kamar sambil menatap bunga itu, sepertinya hal-hal yang dia pikirkan berhasil membuatnya jadi sangat bimbang mengenai apa yang harus ia tanyakan lebih dulu, bunga mawarnya ada banyak di vas namun ia bisa membuat kolam mawar jika bertanya seluruh isi pikirannya pada sang bunga cantik bernasib malang di genggamannya.
Jemari Bae baru saja bergerak untuk memetik salah satu kelopak mawar tersebut namun pintu kamar mandi telah terlebih dahulu terbuka, menampakkan Sullyoon yang nampak sederhana dengan bathrobe putih yang dikenakannya, namun meski begitu tatapan dan ekspresi sang gadis terlihat tetap saja mempesona. Bagaimana mungkin manusia seperti itu benar-benar nyata di dunia fana ini?
Apa jangan-jangan Sullyoon ternyata seorang bidadari yang jatuh dari surga?
Melihat Bae yang tak berkedip menatap ke arah Sullyoon, membuat sumber dari seluruh atensi Bae memiringkan kepalanya dengan bingung, pasalnya Bae melongo dengan mulut terbuka dan mata yang tak berkedip, jika saja Sullyoon percaya hal ghaib, mungkin ia akan beranggapan Bae akan kerasukan oleh makhluk halus.
Jadi Sullyoon memutuskan untuk mendekat, menghampiri Bae yang masih berdiri membeku di tempatnya, dengan ekspresi konyol yang selalu gadis itu keluarkan entah gadis itu sadar atau tidak.
Menyentuh dahi Bae menjadi urgensi pertama yang terlintas di benak Sullyoon, sentuhan hangat dari tangannya yang baru saja berendam air hangat bertemu hangatnya suhu tubuh Bae. Berhasil, Bae langsung mengerjap dengan polosnya namun hal pertama yang menjadi pemandangan Bae setelah kembali pada dunia nyata, rupanya adalah wajah polos tanpa make up Sullyoon dari jarak lumayan dekat.
SIALAN!
Bae menarik nafasnya lalu menghembuskan sembari bergumam. "H-hai." Dengan nada suara yang terdengar bergetar lucu di telinga Sullyoon, ekspresi gadis itu sulit untuk di jabarkan namun Sullyoon merasa jika istrinya ini memang secara alamiah bisa terlihat sangat lucu dan menghibur.
Lagi-lagi perasaan nyaman yang aneh hadir dalam dada Sullyoon, rasa nyaman pada orang asing yang baru saja ia kenali dan bahkan secara harfiah, mereka belum pernah benar-benar berkenalan, jadi sulit mengatakan jika gadis itu baru saja Sullyoon kenali.
Berbeda dengan Sullyoon, Bae merasa super duper gugup saat ini, isi kepalanya berantakan seolah setiap kata yang sudah ia pelajari dari semenjak bayi kini tengah melambaikan tangan dengan prihatin kepada-nya, sebelum kemudian menghilang bagaikan uap di dalam otaknya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Pertanyaan Sullyoon tak menjawab sapaan Bae di awal tadi, namun nampaknya lebih berbobot ketimbang sapaan Bae tadi yang hanya akan mematikan topik saja.
Bae gelagapan, dia juga tidak tahu apa yang tengah dirinya lakukan, sejauh ini yang dirinya lakukan hanya berjalan bolak-balik lalu berpikir ini dan itu, namun jika ia menjawab jujur maka akan terdengar sangat konyol, Sullyoon mungkin akan dengan cepat ilfeel padanya, lalu berpikir Bae tak berpendidikan dan tak cocok menjadi seorang istri dari seorang Seol Sullyoon, laku mencampakkannya dan membuat Bae menjadi janda miskin bekas istri orang kaya raya!
Tidak, Bae harus mencari jawaban lain!
Namun seperti biasa, seorang Bae Jinsol tak pernah benar-benar bisa menggunakan otaknya dengan baik. Daripada menjawab dengan cerdas pertanyaan mudah Sullyoon, ia malah menyodorkan mawar yang tadi rencananya akan dia cabuti kelopaknya. Dengan senyuman lebar yang memperlihatkan gigi namun terlihat sangat konyol dan tegang ia berkata.
"Untukmu."
Dan entah karena Sullyoon tahu darimana bunga itu berasal, atau karena ekspresi dan nada yang terlihat sangat aneh dari Bae, namun secara sadar ataupun tidak, sebuah tawa kecil lolos dari bibir Sullyoon.
Dan tawa itu membuat ekspresi menegangkan Bae seketika luntur, satu-satunya yang terpatri dalam wajahnya kini adalah tatapan kagum. Seolah Seol Sullyoon adalah satu-satunya hal terindah yang baru saja Bae lihat dalam kehidupannya.
YOU ARE READING
Wait, WHAT?!
FanfictionMenjadi seorang lesbian tak pernah sekalipun mampir dalam benak seorang Bae Jinsol, tidak pula ia berniat untuk menikah dengan orang yang telah tiada dan menjadi pengantin dari seorang mayat. Namun kematian tunangan kakaknya, juga desakan keluarga t...
• wait, WHAT?! • chapter 05 •
Start from the beginning
