Satu Minggu sebelum pernikahan.
ෆ
ෆ
ෆ
ෆ
"Sebuah kabar duka yang sangat mendalam hadir dari keluarga pengusaha ternama di asia, putri bungsu dari keluarga Seol tepat tadi malam mengalami kecelakaan tunggal yang menyebabkannya tewas di tempat—"
Suara reporter di televisi tak lagi terdengar setelah volume suara benda pipih kotak yang menempel pada dinding tersebut di turunkan hingga angka nol terlihat di televisi, wajah garang milik tuan Han nampak tak bersahabat meski pada hari normal, wajahnya tetap saja tidak terlihat begitu normal dan ramah.
Namun kali ini, lelaki itu nampak memiliki beban pikiran hingga kantung mata tercetak hitam mewarnai wajahnya yang sudah berkeriput, beberapa anggota keluarga yang duduk di kursi pun tak berani bersuara hingga seisi ruangan hanya di isi oleh kesunyian yang memuakkan.
"Keluarga Seol ingin tetap menikahkan Jisung dengan putri bungsu Seol." Tuan Han membuka suaranya, memecahkan keheningan mencekam dalam ruangan besar yang kerap mereka gunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar.
Sosok pemeran utama dalam pembahasan, Han Jisung yang merupakan tunangan langsung dari Seol Sullyoon nampak mengepalkan tangannya. Namun ia tak berani mengatakan apapun yang keluar dalam benaknya, tak ada satupun argumen atau pembelaan yang bisa anak laki-laki sulung keluarga Han itu ungkapkan, ia hanya diam seribu bahasa, menantikan sang ayah membuat keputusan dan menerimanya dengan lapang dada seperti biasanya.
"Kita tidak bisa melakukan ini, suamiku. Jisung itu adalah penerus keluarga Han, jika dia tetap menikah dengan bungsu Seol maka garis keturunan keluarga akan berhenti, kita setuju menikahkan mereka karena kerja sama bisnis yang semakin erat dan juga gen keluarga Seol yang cukup bagus namun jika Jisung tetap menikah dengan bungsu Seol yang sudah mati, Jisung tidak akan bisa melanjutkan keturunan." Nyonya keluarga Han, mencoba untuk membantu putra yang begitu ia sayangi untuk keluar dari situasi buruk tersebut, bagaimanapun juga, Han Jisung adalah kebanggaan nyonya Han dan tentu saja ia tak akan membiarkan Jisung yang masih bisa berpotensi mendapatkan gadis keluarga kaya lainnya berakhir menjadi pengantin bagi seorang gadis yang telah menjadi mayat.
Ia juga mengharapkan seorang cucuk dari Jisung karena itu, menikahkan penerus keluarga dengan mayat tak akan menghasilkan apapun selain kerja sama keluarga, namun apa gunanya jika tak bisa di turunkan?
Tuan Han nampak berpikir, setuju dengan ucapan istrinya mengingat putranya memang penerus keluarga dan juga satu-satunya putra yang keluarga ini miliki, tak ada yang bisa diharapkan lagi selain Jisung.
Tepat pada saat keheningan mulai merangsek kembali untuk membawa sunyi yang terasa mencekik, pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang gadis dengan surai pirang pendek sebahu dengan tas yang telah ia seret, wajahnya nampak lesu, sungguh berantakan sekali. Gadis itu tak menyadari situasi serius yang tengah terjadi dalam ruangan jadi secara santai ia melangkah menuju tangga berada.
Suara gema sepatunya mengisi hening, jaket denim yang ia kenakan telah tersampir di bahunya menyisakan tank top putih. Tuan Han nampak menatap tak senang tingkah gadis tersebut yang tak lain dan tak bukan merupakan putri bungsunya.
"Bae Jinsol!"
Bae menoleh dengan lesu, ia baru saja pulang kuliah dan tubuhnya benar-benar lelah mengingat ia tak mendapatkan fasilitas khusus dari sang ayah dan hari ini ia terlambat menaiki bis, jadi mau tak mau Bae harus berjalan mengingat uang jajannya pun terbatas, orang tuanya lupa jika mereka memiliki seorang putri jadi begitu jarang mengisi rekening Bae.
YOU ARE READING
Wait, WHAT?!
FanfictionMenjadi seorang lesbian tak pernah sekalipun mampir dalam benak seorang Bae Jinsol, tidak pula ia berniat untuk menikah dengan orang yang telah tiada dan menjadi pengantin dari seorang mayat. Namun kematian tunangan kakaknya, juga desakan keluarga t...
