Flashback on.
"Wait, WHAT?!"
Han Jisung memejamkan matanya berusaha menekan otot telinga bagian dalamnya agar sedikit saja menghalau suara teriakan membahana milik adik kandungnya yang kini berekspresi tidak percaya setelah sebelumnya berteriak histeris kepadanya.
Namun Jisung tidak menyalahkan reaksi Bae, bagaimanapun juga wajar bagi Bae merasa shock atas informasi yang baru saja ia sampaikan pada sang adik.
"Jinsol-,"
"Tidak, tidak!" Bae menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, keringat dingin muncul pada setiap sisi wajahnya yang terlihat shock berat. "Menikah? Aku bahkan belum memikirkannya sedikit pun!"
"Kakak mengerti-,"
"Tidak! Kakak tak mengerti jika kakak mengerti kakak tak akan datang kesini dan dengan santai berkata jika aku akan menggantikan dirimu menikah."Bae menunjuk Jisung dengan ekspresi murka, wajahnya memerah karena merasa marah dan juga kecewa di saat bersamaan.
"Jinsol. . ."
"Selama ini aku selalu mengalah kak, bahkan saat kakak lebih dicintai ayah dan ibu aku tetap mengalah, namun untuk yang kali ini, aku tak mau mengalah karena ini soal masa depanku." Bae berujar dengan nada terluka, tangannya yang semula menunjuk Han tertua kini mengarah pada dadanya sendiri lalu meremas pakaiannya dengan dramatis.
Tubuh Bae merosot ke atas lantai dengan ekspresi sendu terlihat dari kedua sorot matanya. "Kak, menggantikan mu menikah tandanya aku harus menikah dengan seorang perempuan. Aku yang begini saja sudah sering disebut anak tidak berguna dan tidak tahu diri bagaimana jika aku mencoreng nama keluarga Han meski margaku mengarah pada ibu namun aku tetap saja-,"
"Tunangan kakak sudah meninggal karena kecelakaan." Potong Jisung yang sudah yakin jika Bae akan berceloteh panjang lebar, Bae sering sekali memberikan reaksi dramatis yang terlalu membosankan hingga drama sang adik rasanya sudah muak Jisung tonton selama sisa hidupnya.
Mendengar jika tunangan sang kakak telah tiada, ekspresi pucat Bae semakin pucat dengan mulut menganga sangat lebar. Gadis itu menatap sang kakak dengan tak percaya seolah apa yang kakaknya katakan adalah informasi paling mengerikan yang pernah ia dengar.
"Apalagi kalau dia sudah mati, kak! Kau ingin aku dikubur hidup-hidup dengan mayat calon istriku?"
Jisung segera berlutut, memegang kedua sisi bahu Bae dengan tangannya lalu mengguncangkan tubuh sang adik dengan kuat karena jengkel dan kesal. "Dengarkan aku terlebih dahulu Bae Jinsol!"
Bae yang tubuhnya di guncangkan tak mampu untuk merespon, kepalanya mendadak pening karena Jisung tidak main-main dalam mengguncangkan tubuh Bae yang lebih kecil namun rupanya Jisung tak mau berhenti begitu saja meski Bae terlihat tenang dan tidak memberontak, guncangan itu terlepas beberapa saat setelah Jisung merasa telah melepaskan seluruh kekesalannya.
"Kau tidak akan dikuburkan hidup-hidup dengan mayat bungsu Seol, bahkan kau mungkin akan hidup sebagai janda kaya raya yang terjamin."
Mata Bae yang semula hampir tidak sadarkan diri karena pusing mulai terbuka lebar, ia merasa sehat seketika setelah mendengar kata 'janda kaya raya' terlontar dari mulut Jisung tanpa dosa, seolah pegal linu juga lelah dalam tubuh Bae setelah berkegiatan seharian luruh dan menyatu dengan lantai.
YOU ARE READING
Wait, WHAT?!
FanfictionMenjadi seorang lesbian tak pernah sekalipun mampir dalam benak seorang Bae Jinsol, tidak pula ia berniat untuk menikah dengan orang yang telah tiada dan menjadi pengantin dari seorang mayat. Namun kematian tunangan kakaknya, juga desakan keluarga t...
