Juri menggeleng. “Kau bisa saja menyangkalnya dan mengatakan itu tak mungkin terjadi, Tapi aku sudah melihatnya.... Dan aku tidak bisa mengabaikannya karena itu sangat jelas dan itu adalah masa depan min! Itulah kenapa aku menjauhimu, Min. Aku tidak ingin terikat… aku tidak ingin menjadi seseorang yang akhirnya hanya membuatmu merasa bersalah seumur hidupmu.” Bentak juri lalu menarik tangannya dari genggaman pria itu.

"Apa gunanya semua itu jika pada akhirnya aku...tidak bahagia".

Akhirnya tangisan itu pun pecah dan juri menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, setiap air mata yang terjatuh dan isakan yang min dengar itu sangat menyakitkan.

"Juri....aku....".

"Tidak... Kau tidak salah min". Ucap juri lalu mencoba untuk tidak menangis lagi.

Keheningan kembali menelan ruangan itu. Hanya suara detak jam di dinding yang terdengar, seakan ikut menghitung setiap detik penderitaan mereka.

Min akhirnya meraih tangan Juri kembali, lalu menggenggamnya erat meski Juri berusaha menarik min menahan tangan itu.

“Juri, dengarkan aku... Aku tidak peduli apa yang kau lihat. Aku tidak peduli dunia itu atau masa depan yang ditunjukkan padamu. Aku hanya ingin kau tahu satu hal sekarang, yaitu... aku memilihmu. Di sini. Sekarang. Tidak ada orang lain.”

Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh kembali dan air mata Juri jatuh semakin akin deras.

“Kau dengan mudah mengatakan kata-kata itu sekarang… tapi bagaimana kalau kau berubah? Bagaimana kalau dunia itu nyata?
Apa aku harus menderita lagi?”. Tanya juri dengan nada yang tinggi meskipun disela tangisannya.

"Tidak... Kumohon percaya padaku". Pinta min sekali lagi, lalu sebelah tangannya menghapus air mata juri dengan hati-hati.

"Aku tak mau... Aku tak mau min, meskipun semuanya belum terjadi itu tetap menyakitkan ditambah dengan semua masa lalu itu".

“Aku akan merubah dan melawan takdir itu Juri”.

Min menatapnya dalam-dalam. “Aku akan melawan siapa pun, bahkan melawan diriku sendiri di dunia lain, kalau itu berarti aku bisa bersamamu tanpa harus mengalami semua itu”. Lanjut min dengan penuh keyakinan.

"Kau bodoh ya... Kalau kau melakukan hal itu kau pikir tidak ada harga yang harus kau bayar min?". Tanya juri dengan nada meremehkan karena dia tahu sesuatu yang tak min tahu.

"Kau lebih percaya perkataan dewa atau bahkan para malaikat gila itu?, kau lupa siapa aku juri? Kau lupa apa yang telah aku lalui hingga bisa seperti ini? Aku bisa menggunakan kekuatanku bahkan jika itu harus melakukan sesuatu yang gila dan berbahaya demi bersamamu". Jawab min lalu mendekatkan wajahnya kehadapan gadis itu.

Lalu dia mencium kening juri dengan lembut hingga membuat juri membeku.

"Kau bilang ada dunia yang seperti itu kan? Agar tak terjadi aku hanya perlu menghancurkannya bukan?". Tanya min sambil merapihkan rambut juri.

Dengan cepat juri mendorong min disana dia menatap tajam min, pria di depannya sudah sangat gila.

Dia tahu itu cinta tapi bukankah itu terlalu gila!

"Jadi...apa yang dimaksud itu adalah melihat min yang seperti ini? Gila...ternyata dia telah membuat keputusan yang salah!".
Ucap juri dalam hati.

"Kau gila!". Umpat juri yang kesal dengan tatapan min tersebut.

Min mengangguk lalu duduk seperti semua dan menatap juri dengan santai, kemudian mengambil gelang yang diambil dari juri lalu memasangkan gelang tersebut pada pergelangan tangan juri.

"Aku tahu gelang ini berhubungan dengan perjanjian itu, juri... Kau tak perlu khawatir dengan apa yang dikatakan oleh sosok itu karena aku akan mengubah semuanya demi kehidupan normal yang selama ini kita impikan".

Setelah memasangkan gelang itu min mencium punggung tangan juri.

"Tak perlu khawatir kau hanya perlu duduk manis dan melihat hasilnya dan setelah selesai mari kita menjalani hidup bersama".

Tatapan mata itu tak hanya menunjukkan cinta dan penyesalan atas masa lalu, didalamnya ada sebuah obsesi yang sangat berbahaya.

Black scythe...

Bagi juri itu adalah sisi lain min yang memang tidak pernah gagal membuat orang takut dengannya.

"Kau benar benar sudah gila".

"Yap...gila karena mu nona buffer". Jawabnya dengan senyuman yang manis.

*****

"Apa yang akan terjadi selanjutnya?".

"Kita hanya perlu menyaksikan semuanya bukan?".

"Kau tahu dia adalah orang gila?!".

"Siapa yang tidak tahu, tapi kita coba saja lihat seberapa gila dia berusaha kali ini".

"Jika dia berhasil?."

"Setidaknya berhasil ada harga yang harus dia bayar, karena sesempurna apapun hidup akan ada ujian datang baik pada siapapun itu".

*****

END.....

---














Yeay...
Dah selesai...
Buat chapter ini tapi..
Penasaran gak sih...
Siapa sosok itu?
Dewa?
Lah kan min juga punya kekuatan dewa?
Terus siapa?
Hayo...









Penasaran kan...
Baca chapter berikutnya ya..
Bakalan update terus kok meskipun gak nentu, tapi...

Jangan lupa like, share and comment ya...

Vote nya jangan lupa biar nambah semangat....









Say goodbye...

torn between us Where stories live. Discover now