#5; The Reluctant Guide

Start from the beginning
                                        

Keheningan kembali turun. Semuanya tahu Solaris adalah makhluk yang sangat selektif dan sensitif, hanya menunjukkan kedekatan pada jiwa yang benar-benar murni.

"Kita harus mengawasi," putus Lyrian akhirnya. "Jika Alpha itu benar-benar... itu, maka Arboryn sedang berada dalam situasi yang tidak pernah dia hadapi sebelumnya."

"Awasi dari jauh," tambah Caelum tegas. "Kita tidak boleh mengganggu. Arboryn harus menemukan jawabannya sendiri."

○ ○ ○

Fajar menyingsing dengan cahaya keemasan yang menembus kanopi dedaunan. Therion terbangun dari tidur singkatnya di bawah pohon besar, tubuhnya segar meski hanya beristirahat beberapa jam. Aroma pagi di Sylvaran begitu menenangkan baginya- campuran bunga embun, daun-daun basah, dan sesuatu yang manis yang tidak bisa ia identifikasi.

Ia melihat Aelthar berdiri tidak jauh darinya, memunggunginya sambil menatap ke arah yang akan mereka tuju. Bahkan dari belakang, sosok itu terlihat begitu anggun dan berkuasa. Rambut silvernya bergerak lembut ditiup angin pagi, dan energi biru keunguan berkilau samar di sekitar tubuhnya.

"Kau sudah bangun," kata Aelthar tanpa menoleh. "Bagus. Kita akan memulai perjalanan sekarang."

Therion bangkit dan merapikan pedangnya. "Aku siap."

Aelthar berbalik, mata perak keunguannya menatap Therion dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Perjalanan ini tidak akan mudah. Kita akan melewati Hutan Bayangan, Jurang Kristal, dan akhirnya Taman Elydrion tempat Heralume tumbuh. Setiap tempat memiliki bahayanya masing-masing."

"Aku mengerti."

"Tidak, kau tidak mengerti," Aelthar melangkah mendekatinya.

"Hutan Bayangan akan menguji ketakutan terdalammu. Jurang Kristal akan menguji kekuatan fisik dan mentalmu. Dan Taman Elydrion..."

Aelthar berhenti sejenak, "Taman Elydrion akan menguji kemurnian jiwamu."

Therion menelan ludah, menerima kenyataan akan bahaya yang akan ia hadapi. "Dan jika aku gagal?"

"Maka kau akan mati," jawab Aelthar dingin. "Dan aku tidak akan bisa menolongmu."

Meskipun ancaman itu terdengar menakutkan, Therion tidak mundur. "Aku siap menghadapi risikonya. Ibuku menunggu."

Mata perak keunguan Aelthar berkilat dengan sesuatu yang hampir seperti, kekaguman? Tapi ekspresi itu hilang secepat kemunculannya.

"Baiklah. Ikuti aku, dan ingat, jangan menyimpang dari jalur yang kutunjukkan walaupun hanya satu langkah."

Mereka mulai berjalan memasuki bagian hutan yang lebih dalam. Semakin masuk, semakin jelas terlihat perbedaannya dengan area pinggir tadi.

Pohon-pohonnya lebih besar, lebih tua, dengan akar-akar yang berkelok-kelok di atas tanah seperti ular raksasa. Cahaya yang menyaring melalui dedaunan lebih redup, menciptakan pola-pola bayangan yang bergerak-gerak meski tidak ada angin.

Tapi yang paling mencolok adalah perubahan energi di udara. Therion bisa merasakannya meski instingnya lemah- ada sesuatu yang lebih kuno, lebih primordial, yang bergetar di setiap hembusan napas. Bahkan suara langkah kaki mereka terdengar berbeda, lebih bergema, seolah hutan sedang mendengarkan setiap gerakan mereka.

Yang paling mencolok adalah sungai bercahaya yang mengalir di samping jalan mereka. Airnya bukan lagi perak kebiruan seperti di pinggir hutan, tapi lebih gelap dengan kilatan ungu yang dalam. Suara aliran airnya terdengar seperti nyanyian rendah yang hipnotis, dan Therion merasakan ada sesuatu dalam nyanyian itu yang membuatnya ingin mendekat.

"Jangan dengarkan terlalu lama," suara Aelthar memotong lamunannya. "Sungai Aethros mengandung esensi murni Elydrion. Nyanyiannya bisa menarik jiwa keluar dari tubuh jika kau tidak berhati-hati."

AETHERBOUND •NOMIN•Where stories live. Discover now