#2; Shadowed Path

614 62 33
                                        

⚠️ Content Warning: ABO universe (Alpha/Beta/Omega), BxB nomin, biological tension, subtle bonding, dark fantasy, rituals, intrigue, and light adult themes.

○ ○ ○

I'd be over the moon if you could vote for my stories, and I absolutely treasure any comments, suggestions, or feedback you share. Thank you 💗

○  ○  ○

Kabut tipis pagi menyelimuti istana Brenvalis memantulkan sinar rembulan yang terakhir sebelum tenggelam di balik puncak menara. Lorong-lorong marmer yang biasa menjadi saksi bisu langkah para bangsawan kini hening, kecuali suara sepatu Therion yang menyentuh lantai dingin.

Putra keempat Raja Brenvalis itu menatap sejenak halaman istana, mengamati para pengawal yang menunggunya dengan disiplin tak tergoyahkan. Mereka semua telah siap menghadapi medan apa pun dalam perjalanan menuju Sylvaran.

Jaraknya tidak terlalu jauh dibanding kerajaan lain sebab Brenvalis hampir berbatasan langsung dengan hutan legenda itu, hanya tiga hingga empat hari berkuda, namun resikonya sama besarnya.

Therion menegakkan punggung menahan napas sebentar, dan menatap wajah pengawal yang berdiri di sampingnya. Ia akan keluar sebagai utusan kerajaan, identitasnya dirahasiakan. Di mata dunia luar, tidak ada yang mengenalinya sebagai salah satu Pangeran Brenvalis. Ia adalah satu-satunya putra Raja yang tidak pernah diungkapkan. Sebab, Therion dinilai berbeda dengan Pangeran lainnya.

Setiap putra Raja merupakan Alpha unggulan dengan kemampuan terbaik. Namun tidak untuk dirinya, ia hanyalah Alpha lemah dengan insting yang bahkan hampir menyerupai seorang beta.

Hal itu juga yang membuat sang Raja awalnya menentang keras perjalanan Therion ini. Raja tak pernah benar-benar percaya insting Alpha Therion akan cukup untuk bertahan di hutan terlarang Sylvaran. Bahkan, Alpha dengan kualitas dan kemampuan terbaik pun tidak ada yang pernah kembali dari rengkuhan hutan terlarang itu.

Sejak masa Raja terdahulu, Brenvalis pernah mengirim Alpha terbaik mereka ke Sylvaran, termasuk paman Therion -kakak Ayahandanya. Mereka semua gugur tanpa jejak dan tidak pernah kembali. Maka ketika Raja saat ini memegang tahta, kerajaan menahan diri untuk tidak mengorbankan Alpha terbaik hanya untuk ambisi yang tidak pasti.

Namun Therion harus membuktikan dirinya sendiri, ia yakin hutan akan membaca niatnya. Dia tidak datang dengan sekadar ambisi, dia datang dengan jutaan ketulusan hati untuk menyelamatkan nyawa Ibundanya.

"Pangeran Therion," ucap salah seorang pengawal senior, nada suaranya penuh hormat tanpa menyimpan keraguan. "Kami akan mengikuti setiap langkahmu, meski berarti kami harus mengorbankan nyawa sekalipun."

Therion mengangguk dan menatap jauh ke arah jalan yang menanti. Di dalam hatinya, keteguhan senantiasa membara. "Kita semua akan kembali dengan selamat ke Brenvalis," katanya, suara beratnya memecah desah angin pagi.

Sang Raja datang menghampiri bersama Ratu, ia menatap lurus pada mata Therion, "Sylvaran bukan sekadar legenda samar, kekuatannya nyata. Jangan kecewakan aku dan kembalilah dengan selamat." suara penuh wibawa itu memecah hening dan ditanggapi dengan anggukan oleh sang putra.

"Berhati-hatilah, Therion. Segera kembali ke Brenvalis." sang Ratu mengusap pundak tegap Therion dengan senyuman teduh, seolah menguatkan si pangeran keempat.

Therion menunduk hormat pada Raja dan Ratu, "Terima kasih, Yang Mulia." ujarnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan istana Brenvalis.

Ibundanya, selir yang terbaring lemah, adalah alasan dia menempuh perjalanan ini.

AETHERBOUND •NOMIN•Where stories live. Discover now