• wait, WHAT?! • prolog •

Comenzar desde el principio
                                        

Dan di ujung barisan lelaki itu, terlihat seorang gadis cantik dengan balutan gaun pengantin putih bergaya fishtail, kain bordir yang seharusnya menutup wajah telah tersingkap dibelakang memperlihatkan make up natural khas pernikahan yang nampak cocok di wajah gadis bersurai coklat bergelombang panjang tersebut, meski tertutup kain bordir, mata Bae masih dengan jernih bisa menilai jika gadis itu terlihat seindah malaikat sebagaimana buku dongeng anak-anak pernah mendeskripsikan nya.

Suara sepatu hak tinggi wanita itu bergema, mengisi sunyi yang masih mengisi ruangan bahkan musisi yang di sewa untuk mengisi acara terlihat tak bergeming sedikitpun, hingga saat sang wanita menaikan ekor gaunnya sedikit untuk membantu dirinya naik ke atas tangga menuju altar, suara orang-orang mulai berbisik riuh dari tamu-tamu undangan mulai terdengar seolah baru saja disadarkan kembali menuju kenyataan. Sang fotografer yang semula hanya termangu kini mulai mendekat dan memfoto gadis itu dengan kekaguman luar biasa.

Ini entrance-nya gak bisa lebih dar-der-dor lagi apa?

"Bukankah itu nona muda Seol? Kudengar dia sudah wafat?"

"Mengejutkan, apakah itu benar-benar nona Seol?"

"Jadi nona Seol belum tiada?"

Dan masih banyak pertanyaan yang sampai ke telinga Bae saat ia masih terpaku, menoleh ke arah kedatangan sosok yang orang-orang kenali sebagai nona muda Seol, atau nama lengkapnya adalah Seol Sullyoon yang telah dikabarkan meninggal minggu lalu. Bae tidak yakin apakah ia harus terkejut atau bingung saat ini, saat sang nona muda Seol telah sampai di sampingnya, menghadap sang pendeta yang nampak mengernyit mengingat yang berdiri di depannya kini adalah dua orang wanita dengan gaun pengantin, bukan laki-laki dan perempuan.

"Maaf saya terlambat, ada sedikit masalah tadi." Suara berat untuk ukuran seorang wanita berhasil masuk ke telinga Bae yang masih terpaku menatap wajah cantik yang berjarak sangat dekat dengan dirinya, benar-benar terlihat seperti wajah para model atau aktris papan atas, oke sekarang Bae bingung, terkejut dan terpesona dalam waktu bersamaan.

"Jadi nak, kau yang akan menikahi gadis ini?" Tanya sang pendeta, dengan nada yang terdengar tidak yakin namun wanita di samping Bae terlihat mengangguk dengan tenang.

"Ya, dia adalah calon istriku dan kami akan jadi pasangan lesbian pertama dalam garis keluarga Seol." Jawab wanita itu dengan nada tegas, tak ada raut keraguan dalam mata tajamnya yang membuat sang pendeta tak ingin mempertanyakan lebih lanjut mengenai keyakinan sang nona muda dari keluarga Seol.

Wait, WHAT?! Begitulah kira-kira respon dalam benak Bae yang tak bisa keluar.

"Baiklah, tolong saling berhadapan."

Mengikuti instruksi sang pendeta tanpa banyak protes, kedua wanita itu saling berhadapan, tinggi badan mereka tidak jauh berbeda mungkin Bae sedikit lebih tinggi dibandingkan wanita di hadapannya, namun kedewasaan yang terpancar dari paras cantik lawannya adalah mutlak, meski terhalang kain bordir yang menutupi wajahnya, Bae tahu jika sang nona muda Seol tengah menatap matanya dengan intens.

Seluruh tubuh Bae terasa merinding namun tak bisa protes meski suasana seharusnya tidak berakhir seperti ini, ia di janjikan menjadi janda kaya raya bukan menjadi istri dari wanita kaya raya!

"Saya bersedia."

Adalah gerak dari bibir sang lawan yang bisa Bae baca, Bae sepenuhnya hilang fokus, tak berkedip dengan dengungan menerobos masuk ke dalam gendang telinganya, suara-suara berisik tadi hilang begitu saja, seolah hanya dengungan itu saja yang bertahan dan bisa ia dengar. Bae masih bisa bernafas normal meski debaran jantungnya terasa aneh untuk ia jelaskan.

Apakah ini cinta pada pandangan pertama?

Sebuah telapak hangat dengan sarung tangan tipis hingga sikut itu berhasil menyadarkan Bae tatkala tekstur sarung tangan tersebut menelusuri punggung tangan Bae yang tengah menggenggam bunga pengantinnya, Bae mengerjap menatap Sullyoon yang nampak memberikan kode pada sang pendeta. Bae hilang fokus, dia tidak tahu harus bersikap seperti apa, ia melewatkan instruksinya.

Bae panik, jelas sangat panik hingga keringat dingin berusaha menembus make up nya, wajah pucat yang tertutupi make up tipis tersebut nampak menarik perhatian sang nona Seol.

Hingga akhirnya kabel dalam otak Bae kembali menyatu, ingatan mengenai ia membaca bibir nona muda Seol terlintas begitu saja yang membuat Bae dengan yakin mengatakan.

"Saya bersedia!"

Hening yang terasa mencekik itu membuat Bae mau tak mau menelan ludahnya, khawatir jika ia telah mengacaukan acara dan melepaskan gelarnya sebagai orang kaya tanpa harus bekerja, meski itu artinya ia harus menikahi seorang wanita dan merusak garis keluarga sebagai anggota keluarga pertama yang menikahi seorang wanita, toh ini juga atas permintaan kedua orang tua Bae jadi mengapa Bae tidak memanfaatkan situasi ini saja. Benarkan?

"Silahkan pasangkan cincin yang telah dipersiapkan pada jari pasangan."

Instruksi pendeta kali ini berhasil terdengar oleh Bae, seorang anak kecil melangkah menaiki altar pernikahan dengan tangan yang terlihat membawa nampan berisi sebuah kotak beludru mewah dengan dua buah cincin yang nampak feminim dan sederhana namun berharga milyaran duduk manis dalam kotak tersebut, Sullyoon lah yang pertama bergerak meraih cincin lalu meraih telapak tangan Bae dimana Bae dengan sigap mengalihkan ikatan bunga pengantin pada tangan lainnya.

Cincin itu terpasang dengan apik, begitu indah di jemari Bae yang langsung memuja keindahan cincin tersebut, secara tak sadar senyuman hadir pada bibirnya, mengabaikan fakta jika si pemberi cincin adalah orang asing baginya, dan orang asing ini akan menjadi pasangan hidupnya.

Sekarang giliran Bae untuk meraih cincin sisanya meski tengah menggenggam rangkaian bunga pengantin, ia nampak tak begitu kesulitan saat memasangkan cincin yang sama persis dengan miliknya pada jemari sang nona muda Seol, dan yap, sangat cocok untuk melengkapi sosoknya yang sempurna.

"Aku nyatakan kalian telah sah menjadi pasangan, kau bisa mencium pengantin mu." Ucap sang pendeta dengan sebuah senyuman hangat, senyuman yang menandakan ia akan melihat sesuatu yang menarik untuk terakhir kalinya sebelum ia mati, mengingat jika kasus pernikahan ini baru pertama kali ia tangani.

Bae merasa canggung, bagaimana pun juga ia tak mungkin bergerak lebih dulu, atau memang ia harus memulai lebih dulu?

Dalam keraguan nya Bae melangkah mendekat, berusaha mengikis jarak dengan tangan yang nampak bergetar memegang ikatan bunga, ia taruh di bahu Sullyoon, namun gerakan tangan lawannya yang langsung merengkuh pinggang Bae dengan satu tangan dan menarik tubuh Bae menempel padanya tentu saja mengejutkan.

Kepala itu dimiringkan dengan tangan lainnya meraih pergelangan tangan Bae  mengarahkan bunga itu untuk menutupi mereka saat wajah Sullyoon semakin dekat, aroma segar mint tercium jelas di hidung mancung Bae, mata Bae terkunci pada mata besar nan cantik sosok yang kini telah bertukar janji suci dengannya, tepat saat bibir mereka bertemu, bunga itu menghalangi tautan bibir mereka.

Bae perlahan memejamkan matanya, menikmati ciuman yang begitu lembut dari bibir seorang wanita yang tak pernah masuk ke dalam list hidupnya.

Dan sorak sorai terdengar dari tamu undangan, sisanya bertepuk tangan dengan meriah dan sebagiannya lagi masih shock di tempat mereka, sementara itu, sang pendeta yang mendapatkan pemandangan langsung tautan bibir diantara dua wanita di depannya hanya terlihat tersenyum dengan manis.

Oh, nampaknya ia menyukai kisah cinta para gadis.

ෆ ෆ ෆ

Wait, WHAT?!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora