Seorang wanita dengan piyama biru tuanya mendesis kecil ketika punggung jarinya tak sengaja menyenggol wajan panas dan ia berdecak muak sebelum mematikan kompor lalu menuangkan potongan daging sapi bumbu ke atas piring disertai senyuman bangga.
"Ck, harusnya aku jadi koki saja agar kepalaku tak pecah setiap kali menghadapi pekerjaan."
Kepalanya menoleh mendengar suara putaran ban kecil pada kursi roda yang di duduki wanita paruh baya dengan rambut hitam tipis yang mulai memutih kini tersenyum pada putrinya.
"Ibu mencium aroma sedap dari dapur."
Wanita berambut hitam yang di kuncir kuda itu tersenyum bangga lalu menghidangkan makanan buatannya di atas meja makan. "Koki profesional sedang bereksperimen di dapur, ibu tak bisa mengelak aroma lezatnya."
Wanita paruh baya itu tersenyum dan memperhatikan putrinya yang kembali sibuk meracik buah-buahan menjadi jus juga hidangan pencuci mulut yang akan mereka nikmati untuk makan malam.
"Bagaimana pekerjaanmu, Alera sayang?"
Wanita dewasa itu memanyunkan bibir seperti bebek lalu berbalik sembari meletakkan dua gelas jus alpukat juga piring berisi potongan buah segar yang telah selesai dirinya potong.
"Aman, besok aku harus menemui pasien baru di rumah sakit. Kuharap kali ini lancar seperti biasa dan tidak merepotkan." Ucap Alera sebelum terduduk dan menyuapkan potongan melon ke dalam mulutnya menggunakan garpu.
Erlina selaku sang ibu tersenyum tipis memikirkan hal yang menurutnya agak menakutkan dan bergerak menggenggam salah satu tangan putrinya dengan perasaan yang mendadak penuh rasa cemas.
"Alera sayang, tidakkah kau berniat mencari pekerjaan lain? Kau tau ibu... Ibu kurang suka dengan pekerjaanmu yang terlalu banyak risiko. Apalagi.. kau tau penyebab ayahmu---"
"Ibu, tidak ada yang tau kapan dan bagaimana kita meninggal. Tolong jangan mengingat masa lalu yang buruk itu dan ya, aku janji ini adalah pasien terakhir yang akan aku tangani sebelum berhenti dari pekerjaan ini." Balas Alera melemah lalu menunduk menggigit bibir merasa kurang yakin.
Impian yang selama ini diraih dan diperjuangkan sekuat mungkin harus dilepaskan untuk mengindari hal yang tidak diinginkan. Mengingat keadaan sang Ayah yang harus merenggut nyawa akibat pekerjaan berisiko yang justru malah dilanjutkan oleh sang putri.
"Kau satu-satunya putriku, orang yang akan selalu menemani ibu setelah Yeoul tak bisa bersamaku lagi. Kejadian tahun lalu tak membuatmu ingin berhenti?"
Putaran kejadian tahun lalu kembali terulang di pikirannya, kejadian mengerikan dimana Alera hampir dibunuh ketika hendak pulang ke rumah oleh salah satu pasiennya sendiri ketika hujan petir di kota Seoul.
Menjadi Psikologi kriminal tidaklah mudah, banyak sekali hal mengerikan dan serangan mental yang harus mampu dilalui Alera selama tiga tahun resmi menjalani pekerjaan beresiko nya.
Selain berhadapan langsung dengan penjahat, dia harus menahan ngeri mendengar banyaknya detail cerita kriminalitas yang mereka lakukan diluar sana. Tentang bagaimana si penjahat menganiaya, membunuh ataupun menyiksa sang korban.
Meminta penjelasan, alasan, dan menghadapi rasa dendam dari para kriminal yang kerap kali menyerangnya entah di tempat atau sengaja menguntit agar dapat segera dilenyapkan.
Mereka berpikir Alera adalah penghalang, terlalu ingin tahu soal tindakan mereka dan berpikir jika seorang psikolog tersebut wajib dilenyapkan. Namun sebagian yang mengalami kesehatan mental cukup terbantu dan mendapatkan pencerahan setelah ditangani.
Ayahnya, Jung Yeoul merupakan salah satu korban kriminal yang merasa terancam akan kehadiran dokter psikolog kriminal dan berakhir mengakhiri hidup pria tersebut enam tahun lalu di kota Gwangju.
YOU ARE READING
DISASTER
Mystery / ThrillerJung Alera merupakan Dokter psikolog kriminal, Ia menangani pasien berprofesi sebagai musisi yang terlibat kasus pembunuhan. Tak ada yang tau jika hal tersebut justru malah membawanya masuk kedalam kekacauan. "Kehadiranmu adalah alasan adanya ketida...
