Mata Alexa menjelajah mencari sesuatu untuk dia jadikan senjata,kakinya menyentuh patahan kursi, diambilnya kursi tsb dan dibenturkannya ke kaca sehingga menimbulkan keributan, terdengar langkah kaki mendekati ruangan, Alexa berlari kesisi pintu dan bersembunyi disana, seperti dugaannya orang itu masuk dan seketika itu juga Alexa menghantamkan kursi tsb ketubuh penculik itu berkali-kali hingga orang itu tak bergerak lalu tanpa tidak membuang waktu, ia keluar dari ruangan tsb dan mengunci pintunya dari luar, takut kalau tiba-tiba laki-laki itu sadar dan mengejarnya

Dua puluh menit sudah Alexa berlari tanpa henti, walaupun tangannya terus mengeluarkan darah dan sesekali kakinya tergelincir akibat jalanan licin, Alexa bangkit kembali dan terus berlari tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Alexa merasa deja vu dengan kejadian ini, seketika ingatannya kembali pada kejadian empat belas tahun silam, tiba-tiba perasaan takut kembali masuk dalam ingatannya, tubuhnya bergetar kakinya terasa kaku dan ia pun ambruk hingga sepasang tangan meraih tubuhnya, Alexa mendongak melihat sosok wanita paruh baya di depannya

"Ada apa nak, kamu terluka!"wanita paruh baya tsb melihat darah yang merembes dari bahu kanan Alexa, tubuhnya masih bergetar hingga tidak mampu menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu

"Apa kamu bisa berdiri, rumah ibu di ujung jalan sana"tunjuknya sambil membantu Alexa berdiri, Alexa tidak berkata apa-apa, ia berdiri dengan bantuan wanita paruh baya itu dan berjalan tertatih-tatih

Setelah sampai dirumah wanita tadi, Alexa dibiarkan duduk pada sofa coklat yang sudah nampak usang, Alexa memperhatikan sekeliling ruangan yang sederhana namun nyaman, lima menit kemudian wanita paruh baya itu membawa segelas air dan mengulurkannya pada gadis yang walaupun terlihat berantakan namun aura cantik masih terlihat disana

"Minumlah, kamu pasti haus"ujar wanita paruh baya itu, Alexa meraihnya dan meneguknya dengan cepat karena ia memang membutuhkan air

Wanita paruh baya itu nampak prihatin dengan kondisi Alexa. Rambutnya berantakan, wajahnya kusam dan penuh ketakutan, bajunya robek dibeberapa bagian dan terlihat luka lecet di pergelangan tangan dan kaki, pada bagian bahu kanan terlihat bercak darah, dalam pikiran wanita paruh baya itu pasti telah terjadi 'sesuatu' dengan gadis ini

"Nama kamu siapa nak?"tanyanya ketika Alexa menaruh gelas yang sudah habis isinya

"Alexa"akhirnya gadis itu bersuara, wanita paruh baya itu nampak lega karena sedari tadi Alexa sama sekali tidak menjawab ucapannya

"Terima kasih ibu..."Alexa memberikan jeda

"Dewi. Panggil saja ibu Dewi"ucapnya sambil tersenyum, rasa hangat dan nyaman memasuki relung hati Alexa

"Terima kasih ibu Dewi"ulangnya membalas dengan senyuman

"Tunggu sebentar"Dewi masuk kedalam rumahnya dan selang sepuluh menit kemudian, Dewi keluar dengan membawa segelas teh hangat dan sepiring kue

"Makanlah nak kau pasti lapar?"ujarnya, gadis cantik itu langsung mengambil sepotong kue dan memakannya, perutnya sangat lapar, terakhir dia makan lima belas jam yang lalu saat dirinya makan siang dengan Rafael

"Kamu tinggal dimana nak?"Dewi kembali bertanya melihat keadaan Alexa yang sedikit membaik, Alexa menggeleng dia memang tidak tahu alamat hotelnya

"Saya ke sini hanya untuk liburan bersama..."Alexa teringat sesuatu

"Bu, apa saya boleh meminjam telepon ibu?"Dewi sedikit kaget melihat Alexa yang tiba-tiba berdiri

"Sebentar"sahut Dewi lalu masuk kedalam dan setengan menit kemudian Dewi sudah keluar dengan handphone jadul ditangannya

"Ibu tidak tahu cara menggunakannya, itu milik anak ibu, mudah-mudahan masih bisa digunakan"Dewi menyerahkan handphone tsb dan Alexa menerimanya

PROMISE (SELESAI)Where stories live. Discover now