Ada sedikit rasa iba yang merasuk ke dalam rongga dada Cassandra. Tanpa sadar tangannya yang terlepas bebas mulai menepuk beberapa kali kepala Pascal yang lebih tinggi dibandingkan dirinya.

Meski ia memiliki tinggi 165 cm. Namun Pascal bahkan jauh lebih tinggi darinya dengan tinggi 190 cm. Lelaki itu terpejam nyaman saat jari jemari Cassandra mulai mengusak perlahan.

"Kau...keren." Cassandra mengucapkannya dengan tulus.

Hidup yang selalu dikejar oleh kematian bahkan ketika ia beristirahat maupun tertidur barang sejenak adalah mimpi buruk yang nyata. Bahkan lebih melelahkan dibandingkan hidup dengan kesepian.

Keduanya bersitatap dalam jangka yang lama. Bahkan tatapan Pascal sangat melunak dibandingkan saat pertama kali ia melihatnya diperkenalkan sebagai kekasih Ophelia. Lelaki itu menatap Cassandra dengan tatapan yang terlihat sangat tulus, seperti sosok yang sangat menyayangi Cassandra.

Segera Cassandra menggeleng dan menghentikan pergerakannya. Bibirnya tanpa sadar berucap. "Ah, maaf."

Tubuhnya segera beranjak meninggalkan Pascal yang masih terdiam dan menatap kepergian Cassandra yang mulai tenggelam ditelan pintu.

Tubuhnya segera beranjak meninggalkan Pascal yang masih terdiam dan menatap kepergian Cassandra yang mulai tenggelam ditelan pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cassiee." Panggilan dari arah belakangnya membuat Cassandra berhenti dan menoleh.

Ophelia menatapnya dengan tatapan mencemooh. "Mengapa kau pulang secepat ini?."

Sebelum menjawab pertanyaan Ophelia, ia menarik nafas dengan berat. "Bersenang-senanglah Lia. Lagipula aku masih harus melanjutkan lukisanku."

Langkah Ophelia mulai mendekat. Kini keduanya berhadap-hadapan.

"Tak biasanya kau seperti ini." Ungkapnya menyiratkan ketidaksukaan.

"Oh! tidak tidak..kau memang seperti ini Cassie. Selalu seperti ini, seperti.....terlihat begitu menyedihkan. Penyendiri yang tak bisa bersenang-senang dan memiliki kebebasan. Intinya, tak mungkin ada pria yang tertarik dengan perempuan membosankan sepertimu."

Setidaknya mulai saat ini Cassandra menjadi semakin tahu bahwa mulut pemeran utama dalam cerita 7 Moon memanglah sampah. Cassandra mewajarkan bahwa sosok Cassandra yang asli mungkin sangat membenci Ophelia. Ya mungkin karena gadis itu memiliki mulut yang tak dapat dikontrol dengan baik.

Bukannya merasa marah ataupun tersinggung, Cassandra hanya tersenyum dengan tipis seolah tak merasa terganggu dengan hinaan dari Ophelia. Selagi bukan karir atupun pendidikan miliknya yang hancur, ia tak akan pernah merasa rendah diri ataupun sedih seperti Cassandra yang asli. Lagipula ia lebih kaya daripada gadis bermulut sampah di hadapannya.

"Katakan semaumu. Selagi hartaku tak akan habis, lelaki ataupun pria manapun yang tidak tertarik padaku bukan masalah yang terlalu besar. Tidak sepertimu yang selalu bergantung dengan pria, aku bahkan bisa menghidupi diriku sendiri. Dan ingat hal ini baik-baik Lia. Mereka yang mengejarku dan aku yang menolak, bukan aku yang dicampakkan. Nilaiku terlalu tinggi untuk diabaikan."

Wajah pongah Ophelia langsung berubah dengan drastis. Tangannya mengepal seolah ingin menghajar Cassandra yang lebih tinggi dari dirinya, kedua alisnya hampir menyatu.

"Oh ya. Mulai hari ini lebih baik kita tidak usah saling mengenal, kau hanya berteman denganku untuk memamerkan beberapa hal yang menurut mu unggul daripada diriku bukan? tapi dimataku itu hanya sekedar batu kerikil yang tak berharga."

Tanpa menunggu jawaban dari Ophelia ia berbalik dan kembali berjalan enggan menoleh atau bahkan meminta maaf terhadap Ophelia.

Teriakan Ophelia yang terdengar sangat marah juga tak ia hiraukan. Cassandra mulai lelah dengan segala omong kosong dari Ophelia, maka dari itu biar saja dirinya mengacaukan alur yang satu ini. Memilih untuk menjauh dari Ophelia dibandingkan rasa bencinya malah justru akan membuatnya lepas kendali dan berakhir dengan kematian. Lebih baik ia menjaga jarak saja.

Tiba di halte busway ia mulai terduduk dan menunggu. Bukan tanpa alasan ia memilih untuk menaiki bus dibandingkan menaiki mobil yang berada di basement apartemennya. Selain mengurangi polusi udara, ia juga harus memanfaatkan fasilitas yang tersedia.

Memilih menunggu dan merenung dimalam hari membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Ia teringat, beberapa hari lagi akan ada pertemuan dengan beberapa kolega bisnis keluarganya. Hanya pertemuan yang dikemas dengan pamer kekayaan atau mungkin ajang perjodohan.

Kalangan elite yang berusaha untuk menjilat dan merangkak hingga ke posisi atas. Sebagai pewaris tunggal dari Lorcan terkadang ia merasa sedikit terbebani. Banyak kerabat yang bahkan ingin membuatnya cacat ataupun tiada, hanya kakek dan nenek yang selalu menjaga dirinya.

Bahkan hingga kematian keduanya tiba. Mulai dari situlah Cassandra kehilangan dunianya kembali, ia kini harus bisa menjadi kuat diatas kakinya sendiri. Tanpa bantuan orang lain dan tanpa perlindungan siapapun.

Mungkin itulah yang ia ketahui, hanya saja kebenarannya akan terungkap seiring dengan waktu yang terus berjalan.

Mungkin itulah yang ia ketahui, hanya saja kebenarannya akan terungkap seiring dengan waktu yang terus berjalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Last PatternsWhere stories live. Discover now