6. DATANG DAN MEMAKSA

16 4 0
                                        

Bianca tak memiliki kesibukan lain selain kuliah dan menjadi asisten dosen hari ini, dia memutuskan menghabiskan waktu di perpustakaan fakultas. Rencananya dia akan mengerjakan tugas, sambil mengecek email tugas lain yang mungkin masuk.

Setidaknya, Bianca melakukan sesuatu yang bermanfaat. Dia tak akan menghabiskan waktu berharganya dengan berdiam diri dirumah, karena hal itu semakin membuatnya memikirkan kejadian akhir - akhir ini.

Tadi, dia sudah mengambil beberapa buku referensi untuk tugasnya. Setelah itu, saat mulai menyalakan laptop, ternyata tak menyala.

Bahkan tak ada tanda - tanda apapun. Kedua alis Bianca saling bertautan. Dia berusaha mengingat, apa mungkin hal ini terjadi karena kejadian terakhir kali itu?

Saat itu dia sempat didorong hingga terjatuh dengan keras. Terdengar suara keras, mungkinkah ini penyebabnya?

Bianca pun mulai mencari kerusakan yang ada di luar laptopnya. Dia membolak-balikkannya, matanya memperhatikan setiap detail disana. Tapi tak ada apapun. Tampilan laptopnya masih sama, tak ada kerusakan secara fisik yang terlihat.

Tiba-tiba ada sebuah laptop yang sengaja di dorong ke arah Bianca. "Nih, pake aja."

Bianca hanya diam, dia mengangkat kepalanya sebentar. Melihat siapa orang asing di depannya.

"Pake aja, kebetulan gue udah selesai." katanya lagi.

Orang asing itu adalah seorang pria. Tubuhnya tinggi, badannya tegap, dan berwajah tampan.

Normalnya, Bianca seharusnya terpesona dengan penampilan pria itu.

Namun, dia malah mendorong laptop itu menjauh. "Nggak usah, makasih." ucapnya sopan.

Pria itu hanya tersenyum tipis. Dia mengulurkan tangannya ke arah Bianca. "Kenalin, gue Fareta."

Lagi - lagi, Bianca hanya diam sambil menatap datar ke arah pria bernama Fareta. Dia merasa familiar. Rasanya nama Fareta tak begitu asing.

Karena tak kunjung mendapatkan balasan, Fareta menarik kembali tangannya dan memasukkan ke saku celananya.

"Gue tau lo asisten dosen pengganti mata kuliah keuangan waktu itu kan?" tanya Fareta.

Bianca mengangguk.

"Kebetulan kalau gitu, gue bisa konsultasi tugas kemarin, nggak?" tanya Fareta lagi.

"Konsultasi tugas?" ulang Bianca.

Fareta mengangguk.

"Lo yang ngasih tugas ini, kan?" tanya Fareta, tangannya mengulurkan kertas tugas waktu itu.

"Bener. Terus?"

"Gue mau tanya-tanya soal tugas ini. Bisa?" lanjut Fareta.

Bianca hanya menatap Fareta sebentar, lalu mengambil tumpukkan buku di sampingnya. Tangannya memilah buku dengan teliti.

Kemudian dia mengulurkan satu buku ke arah Fareta. "Maaf, gue nggak bisa kasih konsultasi buat tugas. Lagipula semua bahan tugasnya, ada dibuku ini." ucapnya.

Setelah itu, Bianca berdiri dan meninggalkan Fareta.

"Tapi, bi..."

Bianca menghentikan langkahnya, dia berbalik setelah Fareta memanggil namanya. Seolah mereka akrab.

Fareta salah tingkah. Dia menggaruk tengkuk, senyumnya pun kaku. "Nama lo Bianca, kan? Jadi gue boleh panggil lo gitu, kan?"

Fareta terdiam ketika Bianca malah melangkah maju ke arahnya.

Tatapan Bianca tajam. Dia menengadahkan kepala, karena Fareta lebih tinggi darinya. Hal itu membuat penampilan Bianca terlihat angkuh.

"Lo tau nama gue, seharusnya lo juga tau kalau gue nggak pernah basa - basi ataupun bersikap baik pada orang asing!" ucap Bianca tegas, penuh penekanan di setiap katanya.

MY (PART-TIME) HEARTWhere stories live. Discover now