8

18.7K 1.5K 26
                                        

Pagi ini Luan melakukan aktivitasnya seperti biasanya, dia juga bersikap biasa saja seolah tidak terjadi sesuatu tadi malam.

Seperti biasanya juga, dia yang duduk lebih awal di meja makan dari pada kedua saudaranya, menunggu kedua Abang-nya turun dan sarapan bersama.

"Adek hari ini enggak ada eskul kan?" tanya Elea.

"Enggak ada Mom." jawab Luan.

"Kalau gitu hari ini pulang bareng Abang, Abang juga enggak ada eskul. Nanti adek tunggu aja di mobil aja."

"Mom, Mommy. Amaar enggak sekolah." seru Arlon yang baru saja bergabung di ruang makan.

Elea mengalihkan perhatiannya pada Arlon. "Kenapa dia enggak sekolah? Sakit?"

"Enggak tahu Mom, tadi pas aku bangunin marah-marah." jawab Arlon. Tadi saat menumpang mandi di kamar mandi saudara kembarnya, dia melihat Amaar masih meringkuk di kasurnya, karena dirinya tidak mau terlambat lagi. Dia pun membangunkan Amaar, namun bukannya bangun saudara kembarnya itu malah marah-marah dan mengusirnya.

"Anak ini setiap kali habis di marahin bukannya sadar sama kesalahannya malah ngambek." gumam Elea.

Semalam Elea memarahi Amaar, tapi bukan hanya Amaar saja yang dimarahi, Arlon juga sama. Elea meminta kedua anak itu untuk lebih perduli lagi pada adik bungsunya, terutama Amaar. Karena sejenak Luan tinggal bersama hanya Arlon yang sering berbicara dengan Luan, sedangkan Amaar tidak perduli sama sekali.

"Kalian sarapan dulu biar Amaar nanti Daddy yang urus." ujar David.

Arlon menganggukkan kepalanya, dia duduk di kursinya lalu mengambil sepotong roti untuk sarapannya. "Soal yang kemarin maaf ya, aku benar-benar enggak tahu kalau kamu masih di sekolah." ucap Arlon pada adiknya.

"Aku pikir kamu udah pulang kemarin, aku juga lupa kalau kemarin kamu ada eskul." sambungannya lagi.

"Enggak papa, namanya juga lupa." balas Luan dengan santai.

"Harusnya sopir juga ingetin kalau Luan juga belum pulang." sahut David.

"Jangan nyalahin sopir, Abang-nya kan satu sekolahan. Apa susahnya sebelum pulang cari dulu adiknya. Anak yang salah jangan nyalahin orang lain." ucap Elea dengan tegas. Ia tidak mau menyalahkan orang lain atas kesalahan anaknya. Karena sebelumnya ia juga sudah memberi tahu Amaar dan Arlon jika adiknya akan pulang bersama. Itu artinya kedua anaknya kurang perduli pada Luan.

Tak ingin mendengar keributan dan nanti dirinya yang akan kembali di salahkan, Luan pun segera menghabiskan sarapannya lalu berpamitan pada kedua orang tuanya. "Aku berangkat sekolah dulu Mom." pamit Luan lalu pergi dari sana.

"Aku juga berangkat dulu Mom, Dad." pamit Arlon segera menyusul adiknya.

Setelah kedua anak itu pergi ke sekolah, Elea menyiapkan sarapan untuk Amaar. Meminta Bibi yang bekerja di rumahnya mengantarkannya ke kamar Amaar. "Bi, tolong antarkan sarapan ini ke kamar Amaar."

"Baik Nyonya."

"Terima kasih Bi." Elea kembali duduk di kursi meja makan untuk melanjutkan sarapannya.

Elea menatap suaminya yang duduk di sebelahnya. "Gimana kamu udah tanya sama adik kamu soal Luan tinggal di asrama?"

"Aku belum sempat tanya, kemarin aku telpon Arum. Dia bilang anaknya lagi sakit." jawab David.

"Kalau gitu kita pergi aja ke sana jenguk anaknya sekalian ngobrol. Aku mau tahu, apa alasan dia sekolahin Luan di asrama."

"Nanti pas hari libur kita pergi ke sana, sekalian ajak anak-anak ....."

Luan (revisi)Where stories live. Discover now