Aku menyelesaikan penampilanku, berpakaian selayaknya karna makan malam hari ini adalah sebuah hal penting untuk salah satu eonniku.
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Acaranya tidak mewah, hanya makan malam kedua keluarga dan setelahnya memberikan tanda pertunangan dan membicarakan prihal detail acara yg diinginkan irene eonni dan juga seulgi.
Kedua keluarga tengah berbincang seru. Aku mengambil tempat sendiri di balkon demi sebuah udara segar pengisi ruang nafasku. Aku bahagia tentu saja, namun disaat seperti ini juga aku bisa merasakan sesak dan pengapnya sebuah ruang sempit bernama keluarga.
Sebuah pelukan kudapati, tangannya melingkar di perutku. Memberi hangat ditengah tiupan angin musim dingin yg mulai mendominasi. "Aku mencintaimu jennie" sayunya dalam hembusan nafas yg terasa di leherku. Aku diam tanpa suara, menyelami dalamnya suara yg mengiringiku tumbuh selama ini. Tiada kebohongan, hanya ungkapan sesak dari serpihan hatinya yg koyak.
"Eonni akan membuat ayah mengalami serangan jantung jika kita terus begini" pelanku padanya yg kini mulai mengecupi leher jenjangku yg terhembus malam.
Tak ada suara menyautku, pelukannya semakin dalam dan kini mulai mengelus sedikit sisi tubuhku yg dalam. Aku tak menginginkannya
Rasanya tercekat, hingga kudorong tubuhku memisahkan diri. Terlihat kilat amarah, nafsu, sedih dan kecewa teramat dalam di palung mata gelapnya. Jantungku berlari gila, membuatku bergetar dan berusaha menahan diri lagi. Jika kujatuhkan diriku pada rasa takut, maka aku akan kalah.
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
"Kau membenciku?" Tanyanya terasa gelap. "Ani" sautku mencoba tak gentar.
"Lalu?, apa aku tak cukup pantas jennie?", geramnya semakin terbenam
"Aniya eonni. Kau eonniku bagaimana bisa kit..."
"Kita bukan saudara kandung jennie. Aku masih memiliki hak untuk menjadikanmu pendampingku. Tidakkah aku cukup untukmu? Tidakkah kita bisa bersama jen?", kalutnya teriring air mata. Pilu, aku tak sanggup mendengar jeritan hatinya ini.
"Tapi kau eonniku. Aku tak bisa lebih dari apapun dalam hubungan kita eonni" jelasku kini hampir ambruk. Kakiku ngilu menahan bobot tubuhku sendiri.