"Aku ini werewolf, bukan burung yang bisa kau tangkap dan kurung dalam sangkar!"
"Dunia luar terlalu berbahaya bagi werewolf cacat, Mika."
"Lalu kau ingin aku bagaimana? Berlindung selamanya di bawah kakimu seumur hidupku? Dasar egois ... aku tetap...
Selamat datang di Eridoria—dunia yang sarat akan misteri, penuh keajaiban, dan hal-hal yang menentang logika.
***
Eridoria Abad keempat—Musim Dingin
Selama tiga bulan ke depan, seluruh penghuni Eridoria akan berhenti beraktivitas—tidak ada ras yang mencari makan, berkelana, apalagi mengacau saat musim dingin berlangsung. Ya... mungkin.
Bagi mereka Musim Dingin dianggap sebagai Musim Hibernasi. Kesempatan menghabiskan waktu sepuasnya, dengan keluarga dan juga kerabat dekat tanpa memikirkan tugas dan tanggung jawab.
Namun, tidak semua ras menantikan datangnya musim ini.
Tinggal di perairan menjadi ancaman bagi suku siren dan mermaid setiap kali musim dingin tiba. Alih-alih berdiam diri di Wilayah Thalassara,mereka malah harus berkumpul di kaki gunung berapi yang letaknya puluhan mil dari wilayah mereka. Butuh waktu sekitar satu minggu untuk menempuh perjalanan, dan tiga bulan untuk kembali pulang ke Thalassara.
Meski datangnya sekali setiap satu abad, musim dingin tetaplah menganggu hingga membuat ras air membenci musim hibernasi itu. Dan sepertinya, kali ini akan ada seseorang yang juga membenci musim dingin tersebut.
****
Kastil Draken-wilayah vampir
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Di dalam kastil tua yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu, suara gemercik bara api yang terbuat dari perapian batu melahap kayu dengan rakus. Suaranya semerdu alunan melodi yang melantun indah diantara musim dingin.
Iris sebiru laut itu memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Sedetik pun tak beralih matanya dari benda putih halus yang menimbun seluruh objek di atas tanah, tanpa terlewat sedikitpun.
Entah apa yang sedang ia pikirkan. Tangannya terangkat, perlahan membuka pengait jendela. Angin dingin yang daritadi meraung-raung di luar jendela masuk mendobrak jendela kaca itu hingga terbuka lebar, menciptakan benturan nyaring.
Butiran-butiran salju berterbangan menerpa kulit wajahnya yang mulus. Surai perak panjang itu tergerai kebelakang oleh angin, berkilau indah seperti belati tajam di bawah sinar rembulan. Gadis mengerjap tatkala butiran salju tak sengaja masuk ke matanya. Dingin, tubuhnya mengigil, dan kulitnya seolah beku oleh angin dingin yang terus-menerus masuk menyibak dress polosnya yang serasi dengan warna salju.
Rupanya, seperti ini musim dingin yang sering dibicarakan itu. Mirip seperti yang ayahnya katakan.