"Hah?", aku bahkan tidak mengenalnya, bagaimana mungkin aku mencarinya.

"Namaku Miyazaki Keito, siswa kelas tiga Diamond International High School. Aku baru saja pindah hari ini. Kau mencariku?"

"Ooh, bukan bukan. Aku mencari Miyazaki Fujiko-san."

"Aaah, Fujiko nee-chan. Onee-chan sedang pergi mengantar pesanan, mungkin sebentar lagi kembali. Tunggu saja."

"Nee-chan?", aku masih ingat Miyazaki-san bilang bahwa ia adalah anak tunggal, kenapa ada yang memanggilnya nee-chan?

"Aku sepupunya. Kau Kirishima Aisyah kan?"

"Kau mengenalku?"

"Ya, baru saja, dari nametag yang kaupakai.", dia tersenyum simpul.

"Ooh. Yoroshiku onegaishimasu, senpai.", aku kembali membungkukkan badanku, dia pun membalas dengan cara yang sama.

Aku memutuskan untuk menunggu Miyazaki-san sambil melihat-lihat roti yang dipajang di toko, semua roti ini terlihat enak.

"Jadi, adzan zuhur tadi siang itu ulahmu?", dia kembali bertanya.

"Bukan, saudaraku Rei yang mengumandangkannya. Eh, senpai juga muslim?"

Dia mengangguk.

"Waah, alhamdulillah. Rei juga pasti akan senang mendengarnya. Besok akan kuperkenalkan senpai kepada Rei."

"Tidak perlu, aku sudah bertemu dengannya tadi."

"Baguslah kalau begitu.", aku tersenyum lebar. Senang sekali rasanya menemukan saudara seiman lagi dinegeri ini.

"Syukurlah, sepertinya kau benar-benar sudah merasa lebih baik.", dia tersenyum lagi.

"Ai-kun?", seseorang menyebut namaku, aku menoleh dan mendapati Miyazaki-san baru saja tiba.

"Assalamu'alaikum.", aku memberi salam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Sudah lama? Maaf membuatmu menunggu."

"Iie. Daijoubu desu.", aku menggeleng.

"Kalian sudah saling kenal?", Miyazaki-san beralih ke Miyazaki-senpai.

Kami mengangguk bersamaan.

"Baguslah.", Miyazaki-san tersenyum. "Ada yang ingin kau bicarakan padaku kan? Ayo.", Miyazaki-san mengajakku ke sebuah ruangan kecil yang dulu kami gunakan untuk sholat bersama. Sebelum kemari, aku memang mengirimkan pesan kepada Miyazaki-san bahwa ada yang ingin aku bicarakan dengannya, curhat tepatnya.

Aku pun menceritakan semua yang aku alami, tentang Ryosuke, foto itu, dan teman-teman yang membullyku. Miyazaki-san mendengarkanku dengan baik.

"Boleh aku lihat fotonya?"

Aku membuka ponselku dan masuk ke halaman website DNC (Diamond News Centre), ya, foto itu sudah menyebar sampai ke DNC. Karena itulah semua penghuni DNS tahu tentang foto itu.

"Ini di dekat laut kan?", Miyazaki-san memperhatikan foto yang ada di layar ponselku. Benar juga, aku tidak terlalu memperhatikan foto ini sebelumnya.

"Dan kalian basah kuyup.", Miyazaki-san menambahkan.

Aku memperhatikan foto itu sekali lagi.

"Aku hanya ingin menolongmu."

Menolongku?

Aku memperhatikan foto itu lebih lekat. Aaaahh, jadi itu maksudnya. Dia tidak menciumku, dia hanya memberiku nafas buatan ketika aku pinsan karena tenggelam saat di dermaga.

Aisyah dan 7 PangeranWhere stories live. Discover now