ENEMY -- 27

4.9K 294 11
                                    

Chapter 27

-

Seraya memegang setumpukan buku, Kayla berjalan beriringan dengan Fira. Masih pukul enam lewat lima belas menit, kedua gadis itu sudah dikenakan tugas untuk membawa buku biologi dari perpustakaan ke kelas mereka.

"Kay, semalem emangnya bener, Evan ke club?" tanya Fira. Kayla mengangguk pelan, "Yah, cowok lagi stress mah gitu, deh."

Fira terkekeh, "Gue nggak nyangka, Evan anak party juga."

"Evan bukan anak party," sanggah Kayla. "Dia itu lagi stress. Kalo lo denger cerita dari Gio, pasti nanti lo bingung. Mau ketawa, atau kasian."

Fira menaikkan satu alisnya. "Kenapa emang? Aish, Gio belum bilang apa-apa sama gue masa."

"Nanti dia juga cerita, kali. Ya pokoknya gitu deh,"

"Eh-eh!" panggil Fira, sambil menunjuk ke suatu arah. "Itu Evan? Sama ... Elena?"

Pandangan Kayla langsung tertuju pada arah tunjuk Fira. Tepat di depan mereka, dengan jarak beberapa meter, terlihat Evan dan Elena yang tengah berjalan. Ah, tidak. Lebih tepatnya, Evan sedang menghindar dan Elena tampak mengejar-ngejar cowok itu. Bukannya Kayla merasa cemburu, gadis itu kini malah tertawa geli dalam hati.

"Eh? Kok lo malah senyum gaje gitu sih?" komentar Fira. Kayla terkekeh, menyerahkan bukunya pada Fira, "Kayaknya, lebih asik kalo gue gangguin ini. Tolong bawa buku-buku ini, ya?"

Fira menggelengkan kepalanya, "Dasar. Yaudah, gue cabut duluan ya!"

Tepat pada saat Fira meninggalkan Kayla, cowok bertampang masam dan kesal itu kini berdiri tepat di hadapannya. Evan, berdiri di hadapan Kayla. Kerutan di kening cowok itu seketika menghilang saat menghadap gadisnya, membuat mata yang merah dan berkantung mata tebal itu kini sangat terlihat dengan jelas.

"Kayla?" tegurnya, meski dengan nada tanya.

Belum sempat Kayla membalas, Elena sudah terlebih dahulu berdiri di tengah-tengah mereka, "Eh! Jangan deket-deket suami orang!"

Kayla menatap Elena dengan satu alis yang terangkat. Tatapan penuh kasih sayang yang tadi di lontarkan untuk Evan, kini beralih menjadi tatapan sinis penuh kebencian saat menatap Elena. Kayla tersenyum miring, kemudian mengalihkan pandangan kepada Evan, lalu menarik tangan cowok itu dengan lembut.

"Kamu baru dateng? Tumben pagi?" tanya Kayla sehalus mungkin, masih menggenggam tangan Evan agar cowok itu mendekat padanya. Seakan mengerti, Evan melangkah dan menabrak pelan pundak Elena yang menghadang jaraknya pada Kayla. "Ah, iya, aku lagi disuruh dateng pagi sama mama nih."

Kayla tersenyum, "Anak penurut."

Semakin lama, Evan mengerti bahwa gadisnya ini ingin membuat Elena cemburu akan sikapnya. Evan pun lantas mendekat dan mengelus kepala gadis itu, "Kamu juga rajin banget. Pagi-pagi udah dateng aja. Aku aja baru dateng, hehe. Kamu dateng jam berapa?"

"Hmm, sekitar lima belas menit yang lalu." jawab Kayla sambil melirik jam tangannya.

"Rajin banget sih, jadi makin cinta." Ucap Evan, kemudian mencubit pipi Kayla pelan.

Elena menghentakkan kakinya. "Ish! Apa-apaansih? Evan, ayo ke kelas! Kamu nggak liat aku lagi pake sepatu warna pink begini? Nanti aku ketauan Bu Ela, guru piket!"

Melihat Elena yang tiba-tiba mengomel seperti itu, membuat Kayla mengalihkan pandangannya. Kayla menatap Elena dari ujung kepala hingga kaki, lalu berhenti pada kakinya yang terbalut sepatu berwarna hot pink-dan gadis itu tak memakai kaus kaki. Kayla tersenyum miring, mendekat kearah Elena.

My (Lovely) EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang