LOVE -- 10

6.2K 397 8
                                    

"Sial, gue telfon kok nggak diangkat ya?" Tanya Evan sambil memandang ponselnya kesal.

Nathan juga sudah menelepon Kayla berkali-kali, namun tidak ada jawaban dari gadis itu. Sudah satu jam berlalu, namun Kayla belum mengabarinya apapun. Bahkan, panggilan Nathan saja tidak dijawab.

"Gimana kalo kita cek ke sekolah aja? Takutnya dia masih ada kegiatan atau apalah," saran Nathan sambil mencoba untuk mengendalikan dirinya--yang juga sudah mulai panik.

"Oke, gue cek dia ke sekolah, dan lo balik kerumah. Bisa juga dia udah sampe rumah tapi lagi tidur gitu, iya kan?" Ucap Evan, lalu mengambil kunci mobil yang ada di saku celananya.

"Saling ngabarin ya, Van." Nathan juga ikut mengambil kunci mobilnya, dan masuk ke mobil Nathan sendiri.

Dengan cepat Evan masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya menuju sekolahnya. Evan memiliki perasaan yang tidak enak saat ini. Ia khawatir. Evan khawatir dengan keadaan Kayla sekarang--meskipun terakhir kali mereka berbicara, Kayla mengusirnya begitu saja.

Ia benar-benar takut, jika Kayla sungguhan menjadi target Kevin selanjutnya. Kevin memang bukan pria yang benar-benar baik. Evan mengerti hal itu. Menurutnya, Kevin adalah yang terburuk diantara yang terburuk. Cara Kevin menaklukan targetnya benar-benar terselubung, tidak diketahui oleh siapa pun.

Ya, Kevin memang bersikap dingin terhadap gadis-gadis lain. Namun jika ia sudah memiliki target, Kevin akan mengejar targetnya itu dengan cara sehalus mungkin sampai gadis itu luluh. Kemudian, Kevin melakukan aksinya.

Evan memberhentikan mobilnya tepat di gerbang sekolah, lalu mengedarkan pandangannya pada sekolah yang sudah sangat sepi.

"Permisi pak, liat Kayla anak kelas sebelas nggak?" Tanya Evan pada Bapak Ujang, satpam sekolahnya. Pak Ujang menggeleng, "Non Kayla sudah pulang, tadi dia sempet nyapa bapak kok disini,"

Evan terkesiap. "Dia pulang jam berapa pak? Sama siapa pulangnya?"

"Tadi, pas sekolah sudah mulai sepi. Katanya sih, dia abis piket. Non Kayla udah pulang sendiri kok," ujar Pak Ujang yang membuat Evan kembali terkejut.

Dia benar-benar khawatir saat ini.

Setelah mengucapkan terimakasih, Evan kembali melajukan mobilya menuju rumah Kayla. Namun sebelum itu, Evan sempat mengetikkan pesan kepada Nathan, adik Kayla.

Evan : Nat, gue nggak nemu Kayla di sekolah. Kata satpam dia udah pulang duluan daritadi.

- - - - -

Nathan menggeram saat menelusuri setiap ruangan dirumahnya, tidak ada Kayla sama sekali. Bahkan, kamar Kayla masih tertutup dan tertata rapi seperti tadi pagi. Nathan juga melirik rak sepatu di halaman rumahnya, nihil. Ia tidak menemukan sepasang sepatu sekolah milik Kayla disana.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, namun gadis itu tidak ada kabar sama sekali. Nathan semakin panik, berharap bahwa Evan membawa pulang Kayla dari sekolahnya kini. Kemudian Nathan sedikit terkejut saat ponselnya bergetar, mengharapkan ada pesan atau kabar baik dari Evan.

Evan : Nat, gue nggak nemu Kayla di sekolah. Kata satpam dia udah pulang duluan daritadi.

Nathan terperangah saat melihat pesan Evan yang membuat dirinya semakin kalut dan panik. Nathan berusaha untuk menenangkan dirinya, berusaha untuk tetap berpikir jernih dengan semua kemungkinan. Walaupun saat ini ia sangat khawatir pada keadaan Kayla, tetap saja ia tidak boleh gegabah.

Beberapa menit kemudian, suara pintu yang dibuka dengan kasar membuat Nathan menoleh. Evan masuk ke rumahnya dengan perasaan yang sama dengannya; panik.

My (Lovely) EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang