Perjanjian siswa -
Chika duduk di barisan paling belakang, matanya mengikuti setiap gerakan gadis yang sempat bertemu dengannya tadi, Presiden Siswa terpilih. Panggung di depan dipenuhi dengan sorotan lampu yang menciptakan aura yang hampir sakral. Gadis itu berdiri tegak, mengenakan jas khas IPD lengkap dengan dasi merah, memancarkan aura percaya diri yang membuat seluruh auditorium seakan terdiam. Di atas panggung, suaranya bergema dengan jelas.
"Selamat datang kepada seluruh siswi baru yang terhormat. Kami dengan bangga menyambut kehadiran kalian di keluarga besar kami-"
Chika yang tak bisa berhenti menatap pada sosok president sekolah itu berkali-kali mengedipkan matanya, aura percaya diri dari gadis itu benar-benar berhasil membius siapapun yang berada di sana.
"Dia namanya Ayyara" Bisik Reval pada Chika yang sepertinya begitu kagum dengan sosok Ayyara.
Chika terhentak, bisikan dari lelaki yang baru saja berkenalan dengannya membuat ia terkejut. Sedikit rasa malu juga karena sepertinya Reval melihatnya menatap Ayyara dengan binar.
"Pinter, berbakat, cantik, rich juga" Reval dengan tengil memainkan dagunya, memuji sosok Ayyara yang tengah memberikan sambutan kepada para murid. "Kayaknya Tuhan nyiptain dia untuk jadi sempurna"
Sedangkan Chika kembali menatap pada Ayyara, benar apa yang diucapkan oleh Reval. Secara keseluruhan apa yang ada dalam diri Ayyara memperlihatkan bahwa dirinya begitu sempurna, namun mengingat perilaku sombongnya tadi sedikit membuat Chika tidak terima dengan julukan sempurna itu.
"Tapi songong" Jujur Chika tanpa sadar.
Reval sedikit tergelak atas ucapan Chika, tapi jika dilihat sesaat, Ayyara memang bisa disimpulkan dengan dua sisi. Kesempurnaan dan kesombongan. Sikap angkuh dan tegasnya begitu mendominasi, juga kedudukannya yang berada di puncak semakin membuat Ayyara tak pernah mendengarkan seseorang dibawahnya. Yah anggap saja dia seperti memiliki prinsip kuat.
"Sebenarnya kamu gak salah, tapi gak bener juga, dia gak songong cuma pendiem"
Saat Chika ingin membalas ucapan dari Reval, laki-laki itu lebih dulu memotong ucapannya. "Udah, kita mau ambil perjanjian dulu"
"Hah?"
Tentu Chika akan bertanya-tanya maksud dari ucapan Reval, tapi lelaki itu justru kembali terkekeh. Setelahnya Reval juga menunjuk pada Ayyara yang masih berbicara di depan sana dengan dagunya. "Dengerin aja"
Okey, tanpa bantahan dan secara pelan Chika kembali fokus pada Ayyara yang berada didepan. Dirinya mendengar dengan seksama, seperti apa yang Reval katakan.
"Menjadi bagian dari lembaga pendidikan ini adalah suatu kehormatan yang mengharuskan setiap individu untuk berjanji setia kepada sekolah"
Dengan mantab dan begitu lugas, serta pergerakan tubuhnya membuat ucapan yang ia bawa menimbulkan aura tersendiri bagi siapapun yang mendengarnya. Pembawaan tegas dan tenang yang khas dari Ayyara mampu menekan setiap siswa-siswi yang berada di sana.
"Janji ini bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah ikatan suci yang mencerminkan integritas dan dedikasi kami."
"Dengan penuh kesadaran, kami menanamkan dalam diri kami sebuah kalimat perjanjian yang akan senantiasa menjadi simbol dan semboyan hidup kami."
Saat kata terakhir terucap dari bibir Ayyara, layar dibelakang tubuh Ayyara menampilkan sebuah kalimat yang cukup besar, satu deret kalimat yang bisa dibaca oleh seluruh penghuni auditorium.
-Kami mendengar, kami mengikuti, dan kami menghormati-
Chika menatap, perasaan campur aduk antara kagum dan cemas. Kata-kata itu seperti mantra yang diucapkan dengan keyakinan yang dalam.
YOU ARE READING
02.01
Mystery / ThrillerMendambakan masa depan yang begitu bahagia adalah hal yang dilakukan oleh setiap manusia di muka bumi, perlombaan dan saling merebut posisi adalah hal wajar bagi para manusia. Juga para orangtua akan bersungguh-sungguh mengajari anak mereka tentang...
