Hai gais hehe, happy reading ya!
💜💜💜💜💜💜
Arsa menendang sampah apapun yang ada di depan nya kesembarang arah. Sesekali menghela napas berat.
Cowok berkaos putih dengan celana pendek biru selutut itu kini berjalan sendirian menyusuri bagian pantai yang cukup sepi. Entah apa yang membuat nya berjalan sampai kesana, Arsa juga tidak mengerti.
Hanya saja, Arsa merasa sedikit... kesal?
Arsa berulang-ulang kali menyadarkan dirinya, bahwa Arsa tidak seharusnya seperti ini.
Memang apa salah nya kalau Emir menyukai Alin? Tidak akan merepotkan Arsa juga bukan?
Sedari tadi, kepala Arsa hanya dikelilingi satu hal. Yaitu saat ia hendak kembali kepada Alin usai mengantar satu nampan berisikan jagung bakar, ia melihat Emir sudah duduk disamping Alin. Mereka terlihat asik berbincang-bincang. Entah apa yang mereka bicarakan, Arsa tidak tahu.
Yang jelas, Arsa melihat mereka tertawa bersama.
Arsa seharusnya tidak seperti ini bukan? Iyakan?
Kalau ia menyangkal sesuatu yang sebenarnya mulai tumbuh di hati nya, Arsa seharusnya tidak seperti ini.
Berapa kali kalimat itu harus diulang, Arsa seharus nya tidak kesal seperti ini.
Tapi nyatanya, cowok itu kesal.
Arsa berdecak pelan. Mengapa ia tidak seperti dulu lagi? Yang akan selalu acuh saat melihat Alin berbicara dengan siapa saja. Yang akan tidak peduli jika Alin dekat kepada siapa saja. Yang hanya khawatir jika Alin pulang sendiri kerumah nya.
Arsa mengusap wajah nya bingung, lalu menatap kearah belakang. Cukup terkejut saat menyadari ia sudah berjalan terlalu jauh.
Tak ingin merepotkan teman-teman nya, Arsa segera berjalan kembali.
Saat Arsa berusaha berjalan dengan tenang, sebuah telfon masuk pada handphone nya. Arsa segera merogoh saku celana pendek nya, meraih benda pipih didalam sana.
Gevan is calling...
"Hm."
"Dimana lo?"
"jalan balik,"
"Kemana si, dicariin lo. Cepet."
Tut
Sambungan terputus.
Arsa menghela napas pelan. Walau kelihatan nya Gevan adalah orang yang paling tidak peduli dengan keadaan, dan bermulut pedas, nyatanya cowok itu adalah orang yang paling pertama mencari Arsa jika Arsa tidak ada. Orang yang paling peduli jika Arsa mengalami kesulitan.
Arsa tersenyum sangat tipis saat melihat Edo dan Hoshi melambai kearah nya dari kejauhan. Keduanya tampak mendumel setelah melambai-lambai pada Arsa.
"KEMANA SIH LO NYET? HOSHI UDAH KAYAK CACING KEPANASAN KELAPERAN." Sembur Edo saat Arsa sudah berdiri didepan nya.
"Nama gue lagi yang lo jualll," Hoshi melempar Edo dengan kacang.
Edo terkekeh sambil melotot. "Lah emang lu laper kan??"
"Dah lah dahhhh ayo makannn!" Seru Shea melerai perdebatan.
Semua nya pun langsung menarik kursi yang sudah dipersiapkan.
Arsa seperti biasa duduk disamping Alin.
Sempat melirik sekilas kearah Emir yang langsung mengambil duduk disamping Alin juga. Arsa langsung mengalihkan pandangan, berusaha biasa saja.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Which One? (SS1)
Ficção Adolescente"Lo kenapa sih??" "Gue suka sama lo," "Terus, kalo lo??" "Gue juga suka sama lo," Mampus. Tolong Alin untuk menghilang dari hadapan mereka berdua sekarang. TOLONG. Alin benar-benar bingung. Siapa yang harus ia pilih. Ini pilihan yang sangat sulit...
