"Baiklah, akan kulupakan.", aku tidak mengerti apa maksud Rei, tapi jika menurut Rei akan lebih baik jika aku melupakan apa yang dia tanyakan, akan kulakukan. Lagipula aku benar-benar ingin menikmati hari ini, hari pertamaku kembali lagi ke sekolah, jadi aku tidak ingin memikirkan sesuatu yang tidak penting.

Driit driit...

Sebuah pesan kembali masuk ke ponselku. Tumben sekali, biasanya hanya kak Kei, Rei, dan Ayumi saja yang mengirimiku pesan, kenapa sejak hari ini mulai banyak pesan masuk ke ponselku?

Aku membuka ponselku dengan enggan.

Jangan pernah dekati Rei-sama! Atau kau akan tahu akibatnya!

Apa lagi ini? Tadi Ryosuke, sekarang Rei, apa sih yang dia inginkan? Aku menatap pesan di layar ponselku dengan kesal.

Aku tidak perlu membalas pesan tidak penting ini kan? Dia pasti akan berhenti sendiri jika aku tidak meladeni.

Aku melanjutkan makan siangku dengan tenang, begitupun dengan Rei. Beberapa menit sebelum jam istirahat berakhir, aku dan Rei berjalan bersama ke kelas, hari ini entah kenapa Ryosuke tidak makan bersama kami di atap, padahal aku juga sudah menyiapkan bekal untuknya.

"Rei, ada apa disana? Kenapa ramai sekali?", aku menunjuk sebuah kerumunan yang ada di depan mading sekolah.

"Tidak tahu, mungkin ada pengumuman dari sekolah.", Rei menjawab dengan acuh.

"Akan kulihat sebentar.", aku berlari kecil menuju kerumunan yang ada di depan mading.

"Jadi gadis itu benar-benar menjebak Ryo-sama?"

"Ya ampun, dasar tidak tahu malu."

Aku mendengar beberapa siswi berkomentar tajam. Ada apa sih?

Aku sudah semakin mendekat, tapi masih belum bisa melihat apa yang ada di mading sekolah. Baru saja aku berniat menyelinap di antara mereka, mereka seolah memberiku jalan untuk melihat mading lebih dekat.

Perasaan apa ini? Kenapa sepertinya mereka menatapku dengan sangat sinis. Apalagi salahku?

Kini aku sudah ada tepat di depan mading. Dan...

"Apa ini?", aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Ada beberapa fotoku dan Ryosuke yang terpampang disana. Aku mengambil selembar foto dan berlari secepat kilat ke kelasku.

"Braak", aku memukul meja Ryosuke.

Nafasku memburu, aku marah, benar-benar marah.

"Apa maksudnya ini?", aku menunjukkan foto yang tadi kuambil dari mading.

"Itu...", dia terlihat gugup.

"JAWAB RYOSUKE! APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?", aku membentaknya.

"Aku tidak melakukan apapun."

"Lalu kenapa bisa ada foto seperti ini?", aku bisa merasakan wajahku memanas karena marah.

"Aku tidak bermaksud buruk. Aku hanya ingin menolongmu, lagipula itu kan hanya sebuah ciuman..."

Aisyah dan 7 PangeranOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz