Mereka saling tersenyum canggung yang tentu Nazara dengan langsung menyalami tangan ibu Dipta dengan dua tangan.

Ia nervous. Sumpah ia nervous.

Tak lupa juga ia mencolek pelan pipi anak kecil perempuan itu, Nazara gemas. Wajahnya mirip dengan Dipta. Anak itu tersenyum hangat pada Nazara.

Nazara berdiri memandangi seluruh tribun. Masing-masing mempunyai lambangnya sendiri.

"aku kesana dulu ya teh?" Nazara mengangguk. Ia pun pamit pada ibu nyadan berlari kecil ke arah belakang. Jujur saat ini Nazara benar-benar tidak tahu harus apa. Tempat duduk pun tidak ada karena hanya beberapa kursi saja.

"Ibu duduk di sana ya? biar kamu bisa duduk di sini."

"Ah? ga usah bu gapapa, aku kuat berdiri kok."

"ah sok ga boleh gitu, sini duduk," Ibu Dipta pun mempersilahkan Nazara untuk duduk. Jujur Nazara antara malu dan canggung.

Mulailah jalan acara taekwondo tersebut, dimulai dari menyanyikan lagu Indonesia raya, upacara, pembukaan dan perform taekwondo yang sudah menggunakan sabuk hitam. Menampilkan gabungan dari kyourigi dan poomsae di tambah dengan gerakan akrobatik. Yang sering Nazara lihat adalah gerakan di mana orang itu memutar badannya dan melakukan tendangan untuk membelah sebuah kayu.

"Itu yang muter kaya gitu, namanya dolky," ucap Dipta yang sedari tadi berada di samping Nazara. Nazara mengangguk mengerti. Nnazara sunggub excited untuk melihat hal seperti ini. Dia sangat-sangat senang. Bahkan Nazara lebih heboh dari biasanya membuat Dipta berkali-kali harus melepas tawanya untuk melihat tingkah konyol dari seorang Nazara.

"Kamu gitu juga ga?"

"Haha, belum jago aku. Masih pemula,"

"biasanya yang ngomong pemula, biasanya sepuh asli."

Dipta tertawa kecil, "engga teh, yang ini mah pemulanya bener-bener pemula. Sabuknya masi kuning."

"Ya siapa tau kan kamu nyamar jadi pemula."

"Haha engga kah,"

"Tapi lawan aku nyamar."

"Maksudnya?"

"Iya, sebenernya dia harusnya udah mau sabuk item, tapi karena jarang latihan jadinya dia ga bisa masuk kategori itu, jol-jol dia pake sabuk hijau. Ah aku gatau intinya, aku agak kurang percaya diri. Mana teteh nonton aku, apekteh yg di tonton cuman kekalahannya aku," Nazara bisa melihat raut wajah itu yang semula berseri kini redup, Ia bisa melihat ke khawatiran yang di rasakan olehnya. Nazara mengerti.

"Gapapa Dip, mau kalah atau engga itu urusan belakangan, ini pertandingan pertama kamu loh? masa ga mau kamu apresiasiin sih? kalah mah wajar kok. Yang penting kamu udah berusaha dan udah berani buat asah skill kamu dan ikutin pertandingan ini," ujar Nazara. Ia benar-benar bukan sekedar menghibur dirinya.

Tapi first experience and first time harus di rayain sepatutnya. Mau hasilnya jelek atau bagus, yang penting bisa percaya diri dan berusaha itu yang namanya kemenangan dalam kasat mata. Jika tidak bisa menang secara nyata, maka menangkanlah kasat mata tersebut.

3 jam berlalu, ya jujur Nazara sungguh bosan, selama 3 jam itu ia hanya duduk dan duduk terus. Memang akan memakan banyak waktu karena peserta di sini juga sungguh banyak. Jadi Nazara harus lebih bersabar.

Tapi ia tidak mengeluh, karena setiap melihat orang itu dan di ajak ngobrol oleh orang itu, anehnya rasa kesal dan bosan itu seolah-olah tidak pernah terjadi.

Kali ini, Nazara duduk di lantai, sumpah Nazara pegal jika harus duduk di bangku terus, yang alhasil Nazara duduk dekat dengan tempat ibunya Dipta, namun entah beliau kemana, yang pasti Nazara duduk bersama adik perempuannya dan sesekali juga adik laki-laki Dipta duduk.

Ya seperti biasa setelah latihan, Dipta kembali ke tempat di mana Nazara berada. Ia terus mengunjunginya. Itu yang membuat Nazara tenang dan merasa bahwa ia tidak sendirian.

"Teh, nanti kalau udah, kita poto ya!" ajaknya.

"Hah?" jujur Nazara sudah mendengarnya tapi ia sedang memastikan apakah itu benar?

"siapa yang poto?" Nazara masih menatap Dipta yang berdiri di depannya. Yang membuat Nazara harus mengadahkan kepalanya.

Ia mengisyaratkan tangan menunjuk antara dirinya dan ... menunjuk pada Nazara. Lalu yang bikin Nazara gila, orang itu lagi-lagi senyum.

Udahnya Dipta flirting ke adiknya sendiri, dengan ya ... seperti kakak pada umumnya. Apalagi kalau bukan menggoda atau menjahili adiknya.

Kayanya kakak tanpa menjahili adiknya itu tidak afdol. Seperti hal yang sungguh tidak bisa di lewati. Jika Nazara menjadi adiknya Dipta. Wah sudah Nazara pastikan akan mengambil sepatunya lalu di lemparkan lah pada wajahnya.

Bagaimana tidak, ia memberikan flying kiss terus menerus, wah sumpah Nazara pengen bantuin adiknya buat pukul Dipta.

Namun, di satu sisi, Nazara melihatnya sungguh teramat lucu.

Waktu pertandingan mulai sebentar lagi. Dipta pun kembali pamit untuk siap-siap.

"Teh Nazara, nanti nontonnya bareng ibu ya? di tribun sana, soalnya Dipta tampil di lapang yang di ujung," ucap Ibu Dipta dengan lembut. Tentu Nazara mengangguk.

"Siap bu," begitu jawab Nazara dengan semangat. Dan Ibu Dipta pun kembali pergi.

Pasalnya, Nazara sangat bersemangat karena ia menonton orang itu langsung di samping ibunya?? bahkan ibunya juga sangat berterima kasih padanya kalau Nazara video in pertandingan Dipta. Sungguh, Nazara masih tidak menyangka.

"teh, nanti teteh nonton akunya bareng ibu aku ya? di tribun sana."

"iya udah tau kok," ucap Nazara pada Dipta yang sudah ganti baju dan tinggal memakai baju pelindung.

"oh iya? ibuku yang suruh?" Nazara mengangguk. Ia tersenyum kemudian ia pergi ke sebelah kanan untuk memasang pelindung warnanya merah karena kalau biru itu tim lawan. Lawan yang akan bertanding dengan Dipta.

"Hayu teh," Ibu Dipta mengajak kembali Nazara, Nazara pun berdiri dan dengan Dipta yang sudsh siap.

Dipta berjalan beriringan dengan ibunya seraya berbincang untuk menyemangati anaknya. Dan Nazara ikut serta mendoakan dan meng aamiin kan setiap doa yang Ibu Dipta berikan.

"Aku tanding dulu ya? doain," katanya seraya memberikan kepalan tangan, yang di balas oleh Nazara.

Mereka saling menatap sebentar dan pergi ke masing-masing arah. Nazara dengan ibunya masuk ke dalam ruangan, sedangkan dipta turun untuk ke area lapangan.

Berkali-kali Nazara merapal doa untuknya. Yang Nazara doakan bukanlah hanya sebuah kemenangan. Tapi kelancaran dan keselamatan untuk Dipta. Karena musuhnya yang terbilang tidak seimbang untuk Dipta jadikan sebagai lawan.

.

.


.


+62-678 ....
Gatau diri lu jadi cewe. temen gw lu siksa dan lu seneng-senenh kaya lonte

Diary Nazara
Dipta, aku tahu, aku begitu banyak meminta akan dirimu. Tapi, aku masih tidak bisa memaafkan diriku sendiri.

(;´_ゝ')









Write the Last Part | Na Jaemin [SUDAH TERBIT]✅️Where stories live. Discover now