bertahan hidup V

4.1K 384 26
                                    

Kami semua sudah dibayang-bayang kematian, jelas saja zombie-zombie itu sudah mengitari kami sekarang. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain berdoa dan pasrah, tapi kami tidak menyerah.

"Pak Robet sebelah kirimu!" teriak Ade.

"aku dalam pengisian!" Sahut pak Robet.

Aku maju perlahan kedepan guna membuat jarak dan menembak mundur zombie-zombie itu, Reno membantuku dengan dual handgun nya.

"aku akan melempar granat ke jalan barat! Semuanya jaga jarak!"

Granat yang dilempar oleh pak Robet hanya memberi sedikit keuntungan menghabisi barisan depan zombie.

"ayo tembak lagi anak-anak! Jangan sampai mereka berjarak dekat dengan kita" tukas pak Robet.

Kami masih mencoba bertahan walaupun tau akan sia sia, bagaimana tidak, kerumunan zombie ini sudah seperti mahasiswa yang berdemo.

Aku kehabisan peluru, begitu juga yang lain. Sekarang tinggal keputus asaan yang membayangi kami, semuanya pun mengucapkan kata terakhir dan kata perpisahan. Aku tidak sanggup melihat semua ini, rasanya aku ingin mati sendirian tanpa diikuti dengan yang lainya.

Aku sangat bodoh karna sudah kehilangan Erllangga, ditambah dengan ini!? Orang yang sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri. Saat itu juga aku meneteskan air mataku satu per satu, dan semuanya pun memeluku.

Tiba-tiba...

Suara klakson mobil truk berbunyi kencang dari arah barat, sontak kami berbalik. Terlihat sebuah truk pengantar barang melaju kencang sambil menabrak mayat-mayat berjalan itu. Suara teriakan terdengar dari dalam truk.

"Cepat naik!!!"

Suaranya tidak terlalu asing bagiku, dan jelas itu adalah tentara yang memimpinku sebelum bertemu pak Robet. Dan dia masih bersama teman-teman sekolahku walau hanya tinggal beberapa orang, kamipun senang sekaligus sedih.

Dengan cepat kami berlari menghampiri truk itu, setelah semuanya naik trukpun dijalankan dengan segera. Aku duduk disebelah tentara itu dan membuka percakapan.

"Hei tuan mengapa kau bisa menemukan kami?" tanyaku.

"Mudah saja, aku melacak gps dari hp mu yang masih menyala"

"Hebat, ngomong-ngomong kalian pergi kemana saat kita terpisah?" tanyaku lagi

"Kami belum jauh saat itu, kami masuk kedalam sebuah rumah yang besar, dan sebelumnya aku melihat kalian berlari dan aku memanggil kalian tapi aku tidak berteriak karna banyak zombie yang mengikuti" jelasnya

Akupun mengangguk, ternyata memang terpisahnya kami karena kami tidak mendengar panggilan dari mereka.

"Ohiya, aku turut berduka atas kepergian temanmu" lanjut tentara itu.

"Tunggu, tuan tau dari mana?" sahutku bingung

"Saat aku berjalan melewati mini market, aku melihatnya. Dan aku mengenalnya tapi sayang, dia sudah jadi bagian dari mereka."

Saat itulah aku kembali menyesal, aku tidak bisa menjaga sahabat baiku. Dan tadi! Aku hampir kehilangan semuanya, aku tidak boleh lengah dan harus lebih waspada lagi.

Aku memberi tahu tentara itu untuk pergi ke istana negara dan dia mengiyakan, tapi sebelumnya dia harus pergi ke monas (MonumenNasional) untuk menjemput banyak orang yang terperangkap. Sekaligus memberikan sinyal kepada markas besar untuk menjatuhkan nuklir pertama ke area tersebut karena 70% zombie berada disana.

Aku tidak terlalu memikirkannya, yang pasti aku ingin cepat sampai disana dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap, hari menjelang malam dan kamipun sampai.

Setelah sampai, zombie-zombie itu menyambut kami. Aku dan sahabat-sahabatku pun turun untuk menjaga yang terperangkap agar masuk ke dalam truk dengan selamat sedangkan pak Robet dan tentara itu memandu orang-orang ke dalam truk, tidak lupa tentara itu menyalakan radio untuk memberikan sinyal.

Semakin lama zombie itu semakin banyak, sampai pak robet pun ikut turun tangan membantu kami. Tiba tiba aku merasakan bahwa tanah ini bergetar dan terdengar suara telapak kaki yang cukup besar.

Kamipun kaget ketika melihat salah satu zombie yang tidak normal, badanya besar begitu juga dengan tangan dan kakinya. Dia menampakan wajah marah dan berlari kencang kearah kami. Sontak semuanya panik.

Beruntung semuanya sudah naik, bersamaan zombie besar itu sudah hampir dekat dengan kami, tentara yang bersama kami menyuruh pak robet untuk mengemudikan truk dan menyuruh kami untuk segera pergi.

Dia berbicara bahwa tugasnya sudah selesai, dan saatnya dia menyelesaikan tugasnya sebagai pembela negara. Dia mengeluarkan sekantong dinamit dan memaksaku untuk pergi.

Aku tidak bisa meninggalkanya sendirian, karna aku tidak ingin kejadian kapten tentara yang waktu itu terulang lagi. Tapi dia terus memaksaku, seketika aku ditarik oleh Reno naik pak Robet langsung menginjak gas meninggalkan tentara itu.

Jelang beberapa menit suara ledakan besar menggema, sudah jelas. Tentara itu meledakan dirinya bersama dengan zombie-zombie sialan itu.

Lagi lagi kami kehilangan nyawa, dan air mataku pun sudah kering untuk di keluarkan. Yang aku tau, semua orang itu adalah orang baik dan tidak bersalah!

#hai semua:D cerita ini udah mau abis lhoo. Makasih ya buat para readers yang udah setia baca cerita ini. Jangan lupa vote and comment juga oke. Makasihhh babai

Survive In Indonesia (END)Where stories live. Discover now