Prolog

29.2K 1.5K 18
                                    

Seorang Pemuda tampan termenung di balkon kamarnya. Menikmati senja dengan angin sepoi sepoi. Begitu menenangkan.

Tangannya menengadah, melihat guratan guratan luka kasar di telapak nya. Luka penuh kenangan, juga luka penuh penderitaan.

Kepalanya terangkat melihat matahari yang mulai pulang ke peraduannya. Beranjak menyinari belahan dunia lain. Matahari yang tidak pernah ingkar janji untuk menerangi tempat hidupnya esok hari.

Seseorang memeluknya dari belakang. "Sayang, nggak masuk? Udah sore anginnya dingin loh..."

Tangan pemuda itu merangkul pundak perempuan cantik yang telah menjadi belahan jiwanya. Diciumnya puncak kepala perempuan itu berkali kali. Berdua, mereka menikmati detik detik sunset yang sangat indah.

"Bukannya... sunset indah sayang?" Tanyanya dihiasi senyum simpul.

Perempuan di sampingnya mengangguk, kemudian tersenyum. "Tentu saja. Setelah ini akan ada banyak bintang menghias langit. Bukankah itu akan menjadi indah lagi?"

Pemuda itu tersenyum. Memeluk istrinya erat. "Berjanjilah akan selalu bersamaku apapun yang terjadi."

"Tidak perlu kamu bilang pun, aku akan terus bersamamu sampai di kehidupan kita berikutnya. I promise."

"Ayah!! Bunda!! Ken akut sendilian!!" Seru bocah cilik berlari menghampiri kedua orangtuanya.

Tangan sang pemuda terulur menggendong putra kebanggaannya. Bertiga mereka melihat langit yang mulai menghitam.

"Sini... Jagoan Ayah!! Habis ini makan malam bareng ya.." Kata pemuda tampan itu sembari meremas pipi anaknya gemas.

Jagoan kecil menoleh ke arah bundanya. "Bunda, anti Ken bikinin telo ata api ya.." ucapnya dengan mimik lucu khas anak kecil.

Bundanya terkikik. "Iya Ken sayang. Ken masuk dulu, udaranya dingin. Nanti Ayah sama bunda nyusul." Perempuan itu mencubit bahkan mencium pipi Ken kecil berkali kali.

Pemuda menurunkan anaknya dengan hati hati. Setelah itu, Ken berlari masuk ke dalam rumah.

Ditariknya nafas dalam dalam. "Masih ingat jaman kita dulu, Prill?"

"Bahkan aku nggak mungkin lupa sama kisah kita dulu. Itu keren tau nggak, Li.."

"Saat aku setiap hari lihat kamu dari luar gerbang sekolah. Saat kita pulang nge bis malam malam. Saat aku hampir kepergok polisi." Pemuda menghembuskan nafas panjang. "Maafin aku karena dulu nyusahin kamu, sayang.." Dikecupnya kening istrinya lembut. "I love you, Sweetheart."

Perempuan itu tersenyum. "I love you too, My Black Light, My sweet killer."

Cerita dimulai dari..





























Sekarang...

Black LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang