"Aku bisa memanjakannya," Jennie membela diri. "Dan hanya satu-satunya."
Mereka berpelukan puas, memperhatikan anak laki-laki kecil itu membuka bungkus hadia demi hadiahnya, terkadang bertanya isinya apa, atau terlalu bersemangat sampai Joohyun harus menyuruhnya tenang. Jisoo sama sekali tidak menyangka harinya akan seperti ini, ternyata hari ini sangat menyenangkan, dan Bert adalah anak yang paling lucu.
"Baiklah, pergi dan tanyakan padanya," Kata Joohyun setelah putranya membuka setiap hadiah yang bisa ia temukan.
Secepat kata-kata itu keluar dari mulutnya, anak laki-laki kecil itu berlari ke arah Jennie dengan langkah yang lebih cepat.
"Bolehkah aku mengambil hadiahku sekarang, Nini!"
"Kenapa tidak," Jennie melepaskan rangkulan Jisoo darinya. "Tunggu di sini," Ucapnya saat ia pergi ke gerbang belakang untuk mengambilnya.
Semua orang menunggu Jennie kembali dengan sabar, bahkan Jisoo sendiri pun menebak-nebak apa hadiahnya. Ketika sebuah suara kecil bergema dari balik tikungan, Jisoo bisa menebaknya dan beberapa detik kemudian senyumnya mengembang saat Jennie mendorong sebuah Range Rover listrik hitam di tikungan dengan pita merah menyala di depannya.
Mata Jisoo langsung tertuju pada Bert, melihat bola mata anak kecil itu hampir keluar dari kepalanya saat ia menggertakkan giginya tersenyum, tertawa jahat aneh yang hanya bisa Jisoo duga sebagai alasan terlalu senang.
"Sekarang kau punya mobil yang sama denganku," Kata Jennie tertawa melihat ekspresi keponakannya.
"Oh My God!" Teriaknya, kaki kecilnya membawanya secepat mungkin ke arah bibinya, lalu memeluknya dengan penuh rasa terima kasih. "Aku suka!" Serunya tanpa membuang waktu dan melompat ke mobil sport barunya. "MAMA, LIHAT!" Teriaknya.
"WOW!" Seru Joohyun bersemangat, "Bilang apa pada Nini?"
"TERIMA KASIH, TERIMA KASIH, TERIMA KASIH!" Teriaknya menekan tombol "Go" sementara teman-temannya ikut bersorak kegirangan.
"Sungguh!" Jisoo tertawa. "Benar-benar dimanjakan!" Godanya.
"Aku harus menjadi satu-satunya yang memberinya hadiah yang terbaik," Jennie menjulurkan lidahnya, mengabaikan Joohyun yang memutar matanya.
***
Dalam perjalanan pulang, tangan Jisoo di atas paha Jennie dan Jennie berusaha menahan senyumnya, mendengarkan wanita di sampingnya bernyanyi mengikuti alunan radio. Nadanya mengerikan, tetapi ia tetap tidak peduli dan bernyanyi sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa sadar dalam dunianya sendiri.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Jennie mengganti topik.
"Bagaimana kurang dari sepuluh hari yang lalu kau bahkan tidak mau pergi berkencan denganku dan sekarang aku ada di sini," Kata Jisoo meremas paha Jennie.
"Kapan?"
"Saat cemburu pada Karina..." Jisoo menyeringai.
"Aku tidak cemburu padanya," Jennie mendengus sebelum tertawa.
"Mmhmm," Gumam Jisoo memasang ekspresi seolah berkata, 'aku tahu dirimu'.
"Aku tidak cemburu."
"Jadi, kalau kubilang aku tidur dengannya tadi malam, kau tidak akan peduli. Lagipula, seperti katamu, aku tidak melakukan kesalahan apa pun, kan?" Tantang Jisoo memojokkan Jennie saat mobil Jennie berhenti di depan rumah Jisoo.
"Tapi kau tidak melakukannya, kan?" Tanya Jennie hati-hati.
"Lihat, kau tidak akan suka," Jisoo menyeringai. "Jadi, kalau kau tidur denganku, dan aku tidur denganmu, dan tidak boleh tidur dengan siapa pun, apa itu artinya kita berpacaran, dengan eksklusif?" Tanya Jisoo dengan senyum nakal di wajahnya.
"Tolong berhenti bicara seperti itu," Jennie Tertawa mendekatkan dirinya untuk mencium bibir lembut itu.
"Apa jawabannya iya?"
"Iya," Jennie menutup celah yang diinginkannya seharian ini. "Rasanya seperti kue," Gumam Jennie mengisap bibir bawahnya sendiri sambil menarik diri.
"Wah, kau pintar sekali," Goda Jisoo sebelum berbalik menghadap apartemennya sendiri dan kembali ke Jennie. "Oh ya. Apa yang kau bicarakan dengan Lisa?" Tanyanya tiba-tiba ketakutan.
"Okay," Jennie menggoda membuka sabuk pengaman. "Katanya, 'Dia membersihkan kamarnya untukmu, bukan untuk Karina, pasti karena dia jatuh cinta'." Jennie tertawa mencoba meniru Lisa sementara Jisoo menutupi wajahnya dengan malu.
"Aku akan membunuhnya!"
"Jari kaki telanjang..." Ucap Jennie juga, "Itulah nama panggilanku karena setiap kali kau membicarakanku, kau bilang aku tidak pernah memakai sepatu dan punya kaki yang imut." Jennie melanjutkan, hanya untuk mempermalukan wanita itu lebih jauh. "Sahabatmu benar-benar suka bicara."
"Dia akan belajar diam ketika aku menguburnya 6kaki di bawah air tanpa oksigen."
"Aku suka dia," Tawa Jennie mencondongkan tubuhnya. "Pikirnya juga aku sangat seksi dan katanya itu menurutmu. Dia sudah ada dalam buku favoritku."
"Jen!" Jisoo mengerang kesal dan malu.
"Aku bercanda," Jennie tersenyum lebar. "Bisa aku bertemu denganmu besok?"
"Aku harus belajar. Seharusnya aku belajar tadi malam, lalu hari ini." Dia cemberut, membuat Jennie tersenyum lembut mengerti.
"Okay, kalau begitu aku akan mengirimimu pesan?"
"Hmm," Jisoo mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mengecup bibir montok itu. "Ayo kita berciuman sebentar." Jisoo memang sudah merencanakannya karena begitu dia keluar dari mobil itu, dia tidak akan melihat Jennie sampai Senin pagi.
Jisoo bahkan belum sampai di pintu depan rumahnya ketika dia menerima pesan.
Jennie
Kau bisa belajar di rumahku, janji aku tidak akan mengganggu mu?
***
"Lihat apa maksudku saat kubilang dia kekanak-kanakan," Gerutu Joohyun, mencuci piring-piring dengan kasar di wastafel sementara Elgi mengelapnya sisi-sisinya.
"Kurasa dia baik."
"Baik?" Ejek Joohyun. "Dia melompat-lompat di istana tiup seperti anak kecil dan dia suka menggangguku. Siapa yang akan bertanya apakah mereka menyukai anak mereka atau tidak?"
"Mungkin kau salah paham, kurasa Jisoo bermaksud baik," Elgi membela, mengangkat bahu acuh meskipun tidak benar-benar mengenal wanita itu. "Jennie terlihat cukup bahagia bersamanya," Tambahnya saat Bert duduk di meja dapur.
"Siapa? Jisoo?" Tanya Bert dengan wajah berseri-seri. "Aku juga suka Jisoo, Mama!" Katanya bersemangat. "Kapan aku bisa bertemu Tante Nini dan Jisoo lagi?"
Tatapan Joohyun pada putranya tajam. Tawa yang ditahan Elgi membuatnya melempar kue ke arah suaminya.
TBC
YOU ARE READING
The Interview
Fanfiction"Apa yang kau ketahui tentang perusahaan ini?" Tanya Joohyun sambil mengamati wanita berambut hitam itu dengan hati-hati seolah dia adalah semacam dinas rahasia. "Yah," Kata Jisoo dengan mata menatap wanita di depannya. "Sangat besar." *SLOW UPDATE*
TI Part 19
Start from the beginning
