TI Part 15

626 82 16
                                        

"Dr. Kim," Sapa Jisoo saat ia duduk di kursi dengan wajah lesu.

"Kamu masih bisa memanggil ku eomma, Jisoo." Kata Yejin mengalihkan pandangannya sejenak dari layar komputer untuk menatap putrinya. "Kamu terlihat lelah." Katanya tepat saat Jisoo memutuskan untuk menggeliat dan melakukan peregangan yang sangat memuaskan.

"Ya Tuhan, aku lelah sekali." Kata Jisoo cemberut.

Dia mengedipkan matanya beberapa kali agar tetap bangun untuk fokus menatap ibunya.

"Aku tidak sempat tidur sebelum berangkat, jadi dalam dua jam aku akan resmi terjaga selama dua puluh empat jam." Jisoo mengatakan, merasa ia lebih kurang tidur daripada sebelumnya. "Kakiku sakit, mataku perih, dan aku sangat lapar hingga lemakku terasa menguap dari tubuhku."

"Selamat datang di kehidupan seorang dokter." Yejin tertawa, tangannya sibuk menari di atas keyboard tanpa menatap putrinya.

"Kehidupan seorang dokter bisa kutangani! Kehidupan seorang dokter, mahasiswa, dan pekerja paruh waktu, tidak bisa kutangani." Jisoo menghembuskan nafas lelah. "Eomma..."

"Ya, kenapa?"

"Beri aku makan!" Jisoo memohon sambil memanyunkan bibirnya.

"Jam kerjamu sudah selesai lima menit yang lalu." Yejin tersenyum melirik jam di tangannya.

"Aku tahu, tapi aku hanya ingin datang ke sini untuk menyapamu, dan berterima kasih atas semuanya." Lirih Jisoo.

"Eomma tidak melakukan apa pun, kamu adalah dokter yang terbaik dan kamu telah bekerja dengan sangat keras setiap harinya." Yejin mengakui dengan bangga, mengangkat bahunya acuh.

Apa pun yang Yejin katakan, Jisoo tahu sang ibulah alasan dia bisa bekerja tanpa harus bekerja penuh waktu.

Tidak banyak rumah sakit yang akan mempekerjakan seseorang sebagai dokter dengan kontrak kerja satu hari seminggu karena kuliahnya dan juga memiliki pekerjaan paruh waktu di tempat lain.

"Meskipun eomma tidak mengerti mengapa kamu tidak bekerja di sini saja sambil kuliah." Tambah Yejin.

"Eomma sendiri tahu alasannya." Jisoo mendengus setelah mengatakannya ribuan kali. "Jam kerja di sini terlalu berat. Aku tidak ingin pulang setiap malam dengan perasaan lelah hanya untuk kemudian harus tetap terjaga untuk belajar supaya tidak gagal ujian ku." Jisoo mencondongkan tubuhnya ke depan kursi. "Lebih mudah dengan cara ini, aku bekerja beberapa jam sehari pada pekerjaan yang mudah dan bagus, jadi ketika aku pergi kuliah aku bisa tetap terjaga dan fokus tanpa harus memejamkan mata supaya tidak ketinggalan apa pun. Aku senang dengan cara ini."

"Okay," Kata Yejin seperti yang selalu dilakukannya, membiarkan putrinya melakukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri, meskipun dia tidak memahaminya.

"Hah, sebaiknya aku pulang, sampai jumpa hari Kamis."

"Kamu akan bekerja bersama anak magang, tapi eomma akan menelepon mu minggu ini." Kata Yejin memandang ke arah putrinya yang membuka pintu ruangannya. "Istirahatlah."

"Okay. Love you, mom."

"Love you too honey."

Saat Jisoo melepaskan baju biru yang jelek baginya itu dari tubuhnya, dia menyalakan ponselnya untuk melihat apakah ada pesan.

Saat tidak ada yang muncul di ponselnya, dia tertawa cekikikan sendiri sambil menaruh ponselnya kembali ke loker untuk berganti pakaian dengan benar.

Jisoo tidak dapat memutuskan apakah dia sedikit lega karena sepertinya Jennie tidak benar-benar bangun untuk kencan sarapan mereka karena...

The InterviewWhere stories live. Discover now