"Apa kau sedang menatap pantatku?" Tanya Jisoo, menyeringai saat dia berbalik menghadap bosnya.
Bibir Jennie sedikit terangkat ke atas sampai-sampai jika kau tidak memperhatikannya, kau tidak akan menyadarinya.
"Apa kau selalu berpikir bahwa seseorang sedang menatap pantatmu?" Jennie melangkah mendekati ketel untuk membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri.
"Apa kau selalu mengajukan pertanyaan dari pertanyaan?" Tanya Jisoo sambil berbalik sekali lagi untuk menghadap ke arah Jennie sepenuhnya.
Jisoo menyadari bahwa Jennie memakai sepatu hak tingginya kali ini, yang berarti wanita itu baru saja keluar dari rapat, atau dia sedang menunggu seseorang sebentar lagi, atau akan meninggalkan gedung sepenuhnya.
Apakah berlebihan jika Jisoo berharap bukan yang terakhirnya? Karena dia masih ingin melihat wanita itu.
Dia sudah terbiasa bertukar senyuman dengan Jennie saat mereka berpapasan di lorong, seringai di bibir meskipun tidak ada kata-kata yang diucapkan dan yang lebih penting lagi saat upaya Jennie untuk tetap bersikap jual mahal padanya.
"Apakah menurutmu begitu?"
"Yah tergantung, apa kau sedang menatap pantatku?" Jisoo berkata dengan ekspresi puas saat matanya bertemu dengan mata kucing di depannya.
Intensitas di ruangan itu terasa seperti tiba-tiba meningkat saat rahang Jennie mengatup, mempertimbangkan apa yang seharusnya dia katakan.
Jisoo tidak bisa menahan diri dan mengangkat alisnya seolah bertanya saat seringai sudah terbentuk di bibirnya yang berbentuk hati itu.
"Tidak," Kata Jennie. "Tidak pantas jika aku melakukannya." Dia menghentikan bibirnya dari tersenyum sambil menyesap kopinya, tetapi matanya tidak pernah berpaling dari wanita di depannya.
"Apa kau menganggapku seseorang yang tidak pantas?" Jisoo tertawa karena pernah ketahuan membual tentang pantat Jennie pada Lisa sebelumnya.
"Semua tingkahmu benar-benar tidak pantas, Nona Kim." Jennie berkata pelan saat tiba-tiba menyadari jarak di antara mereka tampaknya semakin mengecil meskipun tidak bergerak sedikit pun.
"Oh, terima kasih." Jisoo menyeringai sambil mengangkat gelasnya ke udara seolah bersorak sebelum meneguknya sendiri. "Membuatku melihat sesuatu lebih jelas." Dia mengedipkan mata.
Hal itu membuat Jennie tertawa.
"Ngomong-ngomong soal itu," Imbuh Jisoo sambil berjalan di dapur hingga dia duduk di bangku. "Terima kasih sudah memberi tahuku tentang Karina." Seringai Jisoo. "Kau benar."
"Aku selalu benar." Kata Jennie dengan sombong. "Dia menatap pantatmu setiap hari." Kata Jennie sambil mengernyit. "Sulit untuk tidak menyadarinya."
"Well, aku tidak sadar." Jisoo mengangkat bahu. "Jadi, bagaimana bisa kau menyadarinya?" Dia menggoda.
"Aku pengacara, tugasku adalah memperhatikan hal-hal kecil."
"Dan aku orangnya kepo, tugasku adalah memperhatikan semuanya," Kata Jisoo dengan seringai nakal. "Tapi aku punya gangguan lain," Tambahnya
Jisoo menatap si rambut cokelat malu-malu berharap Jennie mengerti dan saat Jennie memutar matanya, dia tahu bosnya itu mengerti maksudnya.
"Tapi kau tetap sadar saat Karina memperhatikanku. Hm..."
"Hm?" Jennie mengerutkan kening, bingung.
"Apa itu artinya kau juga memperhatikanku, Nona Jennie Kim?" Kata Jisoo lebih menggoda dengan alis terangkat.
"Kau bukan tipeku," Ulang Jennie sambil menggelengkan kepalanya penuh geli.
"Kau terus berkata begitu." Ucap Jisoo tidak percaya, menyukai cara mata Jennie terpaku padanya dengan tarikan napas tajam.
YOU ARE READING
The Interview
Fanfiction"Apa yang kau ketahui tentang perusahaan ini?" Tanya Joohyun sambil mengamati wanita berambut hitam itu dengan hati-hati seolah dia adalah semacam dinas rahasia. "Yah," Kata Jisoo dengan mata menatap wanita di depannya. "Sangat besar." *SLOW UPDATE*
