TI Part 2

646 123 5
                                        

"Kau tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan!" Chaeyoung menghembuskan nafas kasar, memberikan Jisoo minuman sebelum duduk di sampingnya.

"Tidak ada lagi yang bisa ku lakukan." Jisoo mengangkat bahunya sebelum meneguk minuman yang sangat dia butuhkan saat ini.

"Kau bisa mencoba menjawab seperti orang normal!" Ucap Lisa sambil memukul kaki Jisoo dari atas meja.

"Aku menjawab dengan normal. Para idiot itu yang perlu memikirkan jawaban mereka lebih baik lagi." Jisoo berkata dengan tegas.

"Tidak ada seorang pun yang pergi bekerja karena hal itu menyenangkan. Mereka melakukannya murni demi uang dan jika kau seorang jutawan, apa kau akan pergi bekerja juga? Hell no!" Tambahnya.

"Tapi para idiot itu yang mendapatkan pekerjaan." Lisa menyeringai. "Jadi, siapa yang sebenarnya idiot saat mereka dibayar dan kau di sini tetap hidup karena aku dan Chaeyoung?"

"Tetap saja mereka idiot." Jisoo melotot sambil memukul Lisa hanya karena temannya itu menyebalkan.

"Baiklah... si idiot." Lisa menggoda.

"Diam." Ucap Jisoo memutar matanya sebelumnya menatap TV.

Jisoo telah mengikuti wawancara pekerjaan selama berminggu-minggu, dan sejujurnya hal itu mulai membosankan.

Tidak peduli apa yang dia katakan dalam wawancara, tidak satupun dari mereka mau mendengarkannya.

Jika kalian tidak memberi mereka jawaban 'iya pak'—jawaban yang mereka inginkan, maka mereka tidak akan peduli dengan kalian dan kalian akan dicoret dari daftar perekrutan lebih cepat dari yang kalian bayangkan.

"Wanita yang mewawancarai ku hari ini," Tiba-tiba Jisoo berkata saat dia mengingat mata kucing dan eyeliner hitam. "Dia...sesuatu."

"Sesuatu?" Lisa tertawa.

"Dia cantik sekali." Jisoo mengaku sambil tersenyum. "Aku bilang padanya dia punya mata yang indah."

"Oh no!" Chaeyoung tersentak. "Kau sudah menggoda majikan mu atau calon majikanmu."

"Aku tidak menggodanya!" Jisoo dengan cepat membela. "Jika aku menggodanya, dia pasti tahu. Tapi dia benar-benar cantik. Aku bisa mengagumi penampilan seseorang, terima kasih." Ucapnya sinis.

"Apa yang dia katakan?" Tanya Lisa.

"Tidak ada." Jisoo mengangkat bahunya. "Dia hanya menatapku, lalu Joohyun menanyakan pertanyaan lain padaku."

"Ji, kau benar-benar tidak pandai membuat wanita tertarik padamu." Ucap Lisa sambil tertawa cukup keras hingga tidak mendengar apa yang Jisoo katakan hingga akhirnya dia mengabaikannya.

"Terserah." Jisoo mendengus, meletakkan kakinya kembali di atas meja hanya untuk membuat Lisa kesal. "Aku muak karena tidak punya uang. Mungkin sebaiknya aku harus mulai mencoba menjilat seperti para idiot itu." Kata Jisoo, enggan.

"Itulah yang kami coba katakan padamu." Chaeyoung berkata dengan sedih.

Dia tahu sikap riang temannya itu dan hanya sedikit orang yang bisa memahaminya, tapi sayangnya, mereka membutuhkan lebih banyak penghasilan di rumah itu untuk terus hidup, jadi Jisoo harus segera mendapatkan pekerjaan.

"Aku bisa meminta teman kakakku untuk memberimu pekerjaan?" Usul Chaeyoung.

"Nooo." Jisoo merengek sambil cemberut. "Aku tidak suka!" Dia berkata dengan keras.

Tempat itu adalah sebuah pub kumuh yang berbau alkohol dan kencing yang kuat. Sejujurnya membutuhkan scrub yang bagus untuk menghilangkan baunya dan Jisoo tidak ingin mati di dalam sana, dia sebenarnya lebih memilih menjadi tunawisma.

The InterviewWhere stories live. Discover now