Tanpa peringatan, Jennie tiba-tiba melangkah maju, kedua lengannya berada di kedua sisi kursi Jisoo saat wajahnya semakin dekat ke arahnya.

Begitu dekat sehingga Jisoo bisa mencium setiap aroma dari rambut dan kulitnya.

Tatapan Jennie jatuh ke bibir hati Jisoo dengan menggoda sebelum kembali menatap ke dalam manik mata cokelat milik Jisoo dengan penuh kelembutan, kelembutan yang membuat Jisoo merasa tenggelam.

Apa yang dapat Jisoo lihat hanyalah bibir merah muda yang kissable dan mata kucingnya yang tajam, tulang selangkanya tampak seperti sebuah karya seni.

"Nona Kim," Jennie bergumam membuat tatapan Jisoo kembali ke bibirnya. "Aku cukup yakin jika aku menginginkanmu, aku bisa memilikimu." Dia berkata dengan percaya diri.

Tetapi Jisoo masih tenggelam dalam kabut yang dipenuhi dengan wajah cantik Jennie dan napasnya yang hangat.

"Maaf mengecewakanmu." Jennie menyeringai sambil menjauh dan kembali ke meja dapur untuk mengambil cangkir kopinya.

Sudah cukup waktu bagi Jisoo untuk berdeham dan menenangkan pikirannya, yah karena mata Jisoo tertuju pada pantat dan kaki panjang Jennie sampai mata kucing itu kembali menatapnya dengan geli.

"Semoga harimu menyenangkan Nona Kim." Ucap Jennie akhirnya sambil menuju pintu.

"Jennie!" Panggil Jisoo akhirnya saat menemukan suaranya kembali.

"Ya?"

"Beberapa dari kita akan minum-minum malam ini." Jisoo berkata dengan santai sambil bertanya-tanya mengapa dia memberitahunya karena tidak ada bos yang diundang.

Bodoh.

"Arkadia, tahu tempat itu?"

"Aku pernah mendengarnya." Jennie mengakui sambil menyipitkan matanya.

"Mampirlah." Tawar Jisoo.

"Kau tidak akan pernah menyerah, kan?" Jennie tertawa.

"Kau tidak ingin aku menyerah,"

"Lalu mengapa aku harus menawarkan Karina padamu." Kata Jennie dengan wajah puas sebelum meninggalkan ruang kopi.

***

Mereka berpapasan sekali sepanjang sisa hari itu, dan Jisoo tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum pada jari kaki telanjang Jennie saat wanita itu berjalan di koridor.

Suasana hati Jennie tampaknya berubah masam saat dia membentak seorang pekerja magang untuk sesuatu yang tidak dimengerti oleh Jisoo, tetapi dia tetap mengagumi cara Jennie menggenggam berkas dengan mudah di tangannya sambil berusaha menjaga kopinya agar tidak tumpah dari tepi cangkir saat dia berjalan lebih cepat dari biasanya.

Kali ini ketika mata kucing itu menemukan mata Jisoo, Jennie tidak tersenyum, Jennie tidak mengerutkan keningnya, dia bahkan tidak melakukan apa pun.

Dan Jisoo membenci hal itu, begitu membencinya sehingga dia ingin pergi dan mengetuk pintu kantor bosnya dan bertanya bagaimana keadaan wanita itu

***

"Karina!" Jisoo bersorak saat melihat sekelompok kecil orang di tengah keramaian. "Tempat ini sedang ramai."

"Aku tahu!" Karina berteriak balik sambil mendekatkan diri ke telinga Jisoo untuk memastikan dia mendengar. "Kau terlambat!"

"Salahkan si bodoh ini." Jisoo menunjuk sambil membawa kedua sahabatnya ke depan. "Karina, ini Lisa dan Chaeyoung, Chaeyoung Lisa, ini Karina." Jisoo memperkenalkan.

"Hei! Kaulah yang menyayat banmu sendiri agar kau tidak perlu pergi bekerja, kan." Karina tertawa.

"Ya, akulah itu," Kata Lisa dengan bangga. "Jika kau mengenal bosku, kau pasti akan melakukan hal yang sama. Dia adalah tipe orang yang jika terjadi kiamat zombi, aku akan mendorongnya ke arah mereka. Sebenarnya, dia sudah bisa menjadi zombi."

The InterviewWhere stories live. Discover now