"Meskipun aku tidak keberatan kau tahu."

"Tidak?" Jennie menantang tetapi tidak sampai menyeringai seperti Jisoo saat dia akhirnya berdiri tegak.

Cara Jennie menelan ludah membuat Jisoo ingin melihatnya lagi dan lagi.

Matanya mengamati tubuh Jennie yang berada di dekat meja, tanpa malu-malu dan perlahan.

Bagaimana kemeja putih itu melorot ke bawah pada payudaranya dengan jumlah kancing yang pas untuk mengatakan bahwa dia bukan pelacur, tetapi tidak malu untuk memperlihatkan sedikit kulitnya.

Bagaimana roknya sangat pas di pinggangnya sementara kain katunnya hanya menutupi lututnya.

Jisoo tidak bisa menahan diri dan penasaran apa yang ada di balik pakaian itu, jika Jennie terlihat seksi dengan pakaian seperti ini, siapa yang tahu seperti apa penampilannya di balik itu.

"Tentu." Jisoo bersenandung dengan senang hati.

"Apa ada yang pernah mengatakan bahwa kau terlalu sombong untuk kebaikanmu sendiri?" Tanya Jennie sambil berdiri sejajar dengan Jisoo, hanya dengan meja di antara mereka.

"Sekali atau dua kali." Jisoo mengangkat bahu.

Dia memperhatikan Jennie yang mulai melangkah pelan di sekitar mejanya sampai berada di sampingnya sambil mengangguk tanda mengakui dan menyilangkan lengan di dadanya.

"Apa kau selalu menggoda bosmu?" Jennie menantang, matanya menatap tajam ke mata cokelat itu.

Sementara itu, mata Jisoo menelusuri setiap inci wajah Jennie. Dia tidak pernah sedekat ini sebelumnya dan bosnya itu bahkan lebih cantik dari yang dia kira, sedemikian rupa sehingga dia harus menggigit bibirnya untuk menghentikan pujian lain yang akan keluar dari bibirnya.

Bibirnya juga cantik.

"Hanya bos yang hot." Jisoo berkata lebih pelan dari beberapa saat yang lalu, tetapi bukan karena malu. Itu terjadi begitu saja.

Jennie menelan ludah lagi dan Jisoo tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan bagaimana tenggorokan Jennie terlihat bergerak saat rahangnya mengendur lalu mengencang lagi.

Dia luar biasa.

"Apakah aku membuatmu gugup, Jennie?" Jisoo bertanya dengan seringai nakal sementara alis Jennie terangkat menantang dan geli.

"Sama sekali tidak." Jennie berkata dengan tegas seperti biasanya.

Dia tidak pernah goyah, Jisoo tidak bisa menahan diri dan merasa hal itu semakin membuatnya bergairah.

"Aku hanya mencoba mencari cara untuk mengatakan bahwa.. kau bukan tipeku," Kata Jennie dengan mata berbinar dan sedikit melengkungkan bibirnya.

Jisoo tidak mempercayainya.

"Dan aku tidak terlibat dengan karyawan," Katanya sambil melangkah melewati Jisoo menuju pintu kantornya.

Ketika dia membuka pintu dan melihat Jisoo, mulut wanita itu hampir menganga tetapi Jisoo tidak bisa menahan seringai di bibirnya atas tantangan itu.

Jual mahal ya?

"Sayang sekali." Ucap Jisoo sambil melangkah mendekati pintu keluar.

Dia berbalik sekali lagi untuk melihat si rambut cokelat dan jari-jari kakinya yang telanjang.

"Ngomong-ngomong," Katanya sambil melangkah sedikit lebih dekat. "Bibir itu.." Jisoo menarik napas dan mengerjap-ngerjapkan matanya untuk terakhir kalinya selama beberapa saat.

Jisoo tidak berkata apa-apa lagi karena sudah jelas apa yang akan dia katakan, dia malah berbalik sambil mencengkeram jaketnya lebih erat.

"Nona Kim," Kata Jennie menarik perhatian Jisoo.

The InterviewWhere stories live. Discover now