Hanya saja Jisoo gagal memalingkan wajahnya sebelum Jennie berbalik untuk keluar dan menangkap tatapannya.
"Ah, ini dia!" Joohyun berkata.
Hal itu menarik perhatian Jisoo.
"Kita tidak punya waktu seharian." Joohyun mendengus melihat ke dalam gerobak. "Apakah kau punya amplop coklat besar untukku?" Dia berkata dengan tidak sabar.
"Ini dia orang yang kucari." Jisoo berbohong dengan seringai menjengkelkan.
Seringainya itu semakin dibenci Joohyun seminggu terakhir ini.
"Aku percaya ini milikmu." Kata Jisoo sambil menyerahkan setumpuk kecil surat yang dibungkus karet gelang.
"Lain kali jangan berlarut-larut." Pesan Joohyun. "Kami punya tenggat waktu."
"Yes maam." Jisoo berdiri tegak, menyatukan kedua kakinya sambil memberi hormat.
"Apa yang kau lakukan sebelum bekerja di sini?" Tanya Joohyun menggelengkan kepalanya.
"Aku adalah seorang pengusir setan," Kata Jisoo serius sebelum melebarkan matanya. "Mengerikan. Kau menunjukkan gejala."
"Bodoh." Gumam Joohyun sebelum melangkah kembali ke kantornya.
Jisoo hanya bisa tersenyum sebelum memutar matanya di tengah lorong.
"Seorang pengusir setan?" Jennie menyeringai berjalan mendekat ke pintu.
"Benar." Itu bohong. "Kau harus melihat resume ku. Luar biasa!"
"Aku sudah melihatnya." Senyum Jennie. "Kau pasti melewatkan yang itu," Katanya dengan alis terangkat dan seringai di bibirnya.
"Benarkah? Damn. Itu selalu membuatku mendapatkan pekerjaan." Jisoo berkata serius hanya dengan sedikit senyuman di wajahnya.
Ini adalah percakapan terpanjang yang dia lakukan dengan bosnya dan Jisoo tentu saja tidak protes, dia hanya berharap percakapannya dengan Jennie bukan tentang pengusir setan.
"Jika kegelapan akhirnya memutuskan untuk mengambil Joohyun, kau bisa mencariku."
"Baiklah." Jennie nyengir sambil menyilangkan tangan di depan dada, tapi Jisoo mau tidak mau menyadari kakinya yang telanjang lagi. "Bagaimana menurutmu bekerja di sini?"
"Oh briliant." Jisoo berkata dengan lebih antusias dari biasanya. "Aku merasa seperti tukang pos, aku hanya perlu memelihara kucing." Jisoo tidak bisa menahan senyum.
Entah itu hanya karena dia bicara banyak omong kosong di depan wanita yang sangat cantik yang kebetulan adalah bosnya, atau karena dia belum pernah melihat Jennie tersenyum sebanyak ini sejak saat dia bekerja di sini.
"Kau benar-benar tidak punya filter kan?" Kata Jennie, geli.
"Tidak sedikit pun," Jawab Jisoo bangga.
"Bagus." Jennie berkata, senyumnya memudar tetapi mata kucingnya tetap tertuju pada Jisoo. "Aku suka, benar-benar berbeda."
"Berbeda?"
Jennie hanya mengangguk sambil menatap Jisoo dengan hati-hati, tidak mengintimidasi atau mengancam, lebih seperti dia mencoba menganalisis siapa diri Jisoo sebenarnya.
"Seperti katamu, orang-orang hanya akan mengatakan apa yang menurut mereka ingin kau dengar, bukan apa yang sebenarnya mereka pikirkan." Ucap Jennie mengulangi kata-kata Jisoo dari wawancara sebelumnya.
"Jisoo!"
Si berambut hitam itu memalingkan wajahnya ke samping untuk melihat Karina yang menuju ke arahnya dengan membawa segenggam surat.
YOU ARE READING
The Interview
Fanfiction"Apa yang kau ketahui tentang perusahaan ini?" Tanya Joohyun sambil mengamati wanita berambut hitam itu dengan hati-hati seolah dia adalah semacam dinas rahasia. "Yah," Kata Jisoo dengan mata menatap wanita di depannya. "Sangat besar." *SLOW UPDATE*
TI Part 3
Start from the beginning
