Hashizume Hyuto, seorang mahasiswa Universitas Saitama tidak menyangka hidupnya akan berubah seratus delapan puluh derajat setelah menerima permohonan temannya untuk mencarikan ponsel hilang. Tetapi, siapa kira hanya dari hal sepele itu dia bisa men...
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Tokyo, 30 Desember 2019
'Dunia tidak seperti yang kau bayangkan
Manusia tidak seperti yang kau perkirakan
Kau tidak akan pernah tahu bagaimana jalan pikir manusia
Bisa saja, kapan saja, mungkin saat ini
MEREKA AKAN MEMBUNUHMU
"Lihat ke belakang!"
Dentingan waktu menunggu ajal kematianmu'
.
.
Tick-tock
'Sraat'
Seorang lelaki yang tengah membaca buku di pojok kelas 2-3 – Tokyo Metropolitan Hibiya High School – tersentak karena seseorang merebut novelnya. Di jam pulang seperti ini rupanya masih ada orang bodoh yang belum meninggalkan kelas.
"Daichi-san! Kembalikan novelku." Isao merapikan buku-buku yang masih tergeletak di atas meja ke dalam tasnya.
"Lagian kau lupa! Katanya pulang bareng, aku tunggu di gerbang depan kau tidak muncul-muncul rupanya malah asyik baca novel kuno ini," balasnya sambil membolak-balikan novel.
"Oi! Rasanya aku tahu kenapa nilai sastramu jelek." Isao menggantungkan tas di pundak kirinya.
"Nani?"
"Daya tarikmu terhadap sastra sangat jelek. Meskipun sudah lama, novel ini masih dicetak ulang karena peminatnya banyak bahkan best-selling terpajang di halaman depan seluruh toko buku. Tak kalah tenarnya kan dengan aplikasi pembuat video jaman sekarang." Isao merebut novel dari tangan Daichi.
"Memang susah bicara sama orang fanatik, hahaha! Bagi orang awam, karya Hinoki itu menyeramkan. Jangankan dalam novel, kasus pembunuhan berantai di Kota Satte saja sudah membuat ngeri. Sudahlah, kau mau pulang tidak?" Daichi duluan mengambil langkah,
"Hē~ lain kali aku ceritakan kisah seram lainnya!" Isao mengikuti di belakang,
"Aku tidak tertarik, hanya penasaran bagaimana Hinoki membuat cerita seolah kisah itu nyata."
Isao tertawa dan menepuk-nepuk pundaknya. "Yah, entahlah. Mumpung besok libur, ayo kita main skateboard. Kau harus mengajariku teknik shove. "