Kring!
Kring!
Kring!
Jam menunjukkan pukul sembilan malam dan Ashana yang sedang berlatih balet sendirian di salah satu studio dance di SMA Dharma Bakti terpaksa menghentikan gerakannya saat ponselnya tiba-tiba berdering.
Ashana dengan segera mematikan musik yang mengiringi latihannya tadi. Gadis itu lantas merampas ponselnya.
Tertera sebuah nama disana yang membuatnya menatap jengah. Dengan kesal, Ashana mengangkat panggilan tersebut.
"Serius lo nelfon gue lagi? Gue udah bilang jangan telfon gue dulu gue_"
"Iya gue tau lo sibuk latihan buat kompetisi lo. Tapi gue ada berita penting banget! Lo harus dengerin ini! Gue yakin lo bakal say thanks ke gue."
Ashana menghela napas, mendengarkan sahabatnya di sebrang sana dengan raut tidak tertarik sembari menyeka keringatnya yang mengucur deras.
"Berita paan?" Sahutnya.
"Kata bang Martin, bang Juan masih ada di sekolah. Dia baru renang katanya. Coba deh lo samperin dia sebelum dia keburu pulang!"
Kedua mata Ashana berbinar begitu nama Juan disebut-sebut. Gadis itu terlihat antusias, "Serius?"
"Iya. Cepetan sana!"
"Oke. Gue matiin dulu telfonnya. Makasih Naraaa udah bilang!"
"Iyaaaa, sukses buat pdktnya dasar cewe gila."
Mendengar makian sahabatnya, Ashana hanya tersenyum dan buru-buru memutus sambungan telfon.
Kemudian dengan segera, Ashana langsung mematikan lampu studio dan merapikan perlengkapan baletnya ke dalam tas.
Menyudahi latihannya, Ashana kemudian keluar dari studio balet dan melangkah menuju ke arah kolam renang sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari studio baletnya.
Ketika Ashana melangkah keluar dari studio dan memasuki lorong panjang, gadis itu merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah perasaan tak menyenangkan mulai menyelimutinya, membuat bulu kuduknya berdiri. Bersamaan dengan itu, terdengar suara langkah kaki di belakangnya samar-samar yang membuat jantung Ashana berdegup lebih kencang.
Ashana mempercepat langkahnya, namun suara langkah kaki itu semakin mendekat. Ia menoleh ke belakang, tapi gadis itu hanya melihat bayangan gelap. Bayangan yang seolah-olah mengejarnya.
Dengan napas yang semakin memburu dan hati yang diliputi ketakutan, Ashana mencoba untuk tetap tenang. Namun, setiap detik yang berlalu, ketegangan semakin menghimpitnya.
Malam itu, ada seseorang yang mengikuti Ashana. Teror semacam ini merupakan ke dua kalinya bagi Ashana dan gadis itu tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh sosok misterius itu dari Ashana. Mengapa ia di teror seperti ini?
Ashana terus memacu langkahnya sampai gadis itu berakhir di pintu masuk ke kolam renang. Sayangnya pintu tersebut sulit untuk dibuka.
Ashana terus berusaha untuk masuk. Ia semakin panik saat sosok misterius berpakaian serba hitam dan bertopeng itu menampakkan dirinya dan mulai mendekat.
Ashana sangat ketakutan. Gadis itu lantas memejamkan matanya dan berteriak keras saat sosok misterius itu hendak memukulnya menggunakan tongkat bisbol,
"AAAAARGHHH!"
Belum sempat sosok misterius itu melayangkan pukulan pada Ashana, pintu di belakang sana terbuka.
Sosok misterius itu dengan cepat berlari kabur saat satu laki-laki berwajah tegas dengan rambut setengah basah itu muncul dari balik pintu dan mendapati Ashana yang sudah menangis ketakutan.
"Ashana!"
[ to be continued ]
Jangan lupa vote ya 🖤
