Semua Karakter Milik om Masashi
Di suatu malam yang cerah, desa Konoha bersiap-siap untuk merayakan pernikahan besar Naruto Uzumaki dan Hinata Hyuga. Hari yang sangat dinantikan oleh seluruh warga desa akhirnya tiba. Naruto, yang terkenal dengan semangat tak kenal lelahnya, sudah lama menunggu momen ini. Namun, malam sebelum pernikahan, kebahagiaannya meluap-luap.
"Besok! Besok aku akan menikah dengan Hinata!" serunya sambil melompat-lompat kegirangan di jalan desa.
Teman-temannya terkejut melihat semangat Naruto yang tak terbendung. Sakura, dengan senyum lucu, berkata,
"Naruto, jangan terlalu berlebihan! Besok kamu harus terlihat sempurna di depan Hinata!"
Namun, Naruto yang terlalu senang tak bisa menahan diri. Ia memutuskan untuk merayakan malam terakhir sebagai seorang pria lajang dengan cara yang unik minum sake bersama teman-temannya.
Malam itu, Naruto, bersama dengan Sakura, Shika, Lee dan beberapa teman lainnya, duduk di sebuah kedai minuman di pusat desa. Awalnya, Naruto hanya meminum sedikit. Tetapi, dengan kegembiraan yang meluap-luap, ia terus meminum lebih banyak.
"Satu gelas lagi, Shika Ini untuk pernikahanku!" serunya, hampir tidak bisa duduk dengan tegak.
Shikamaru hanya menggelengkan kepala, menatap jengah pada sahabatnya itu
"Kau benar-benar tidak tahu batas
mendokusei"
Setelah beberapa gelas sake, Naruto mulai terlihat sedikit berbeda. Suaranya yang biasanya lantang kini terdengar lebih terengah-engah, dan matanya mulai sayu.
"Hinata, aku mencintaimu! Aku akan menjadi suami terbaik untukmu, percayalah!"
teriak Naruto sambil tertawa terbahak-bahak, meskipun belum menikah. Semua orang di kedai mulai tertawa melihat tingkah lucu Naruto.
Puncaknya adalah saat Naruto berdiri, tergoyang-goyang, dan mencoba untuk melompat ke atas meja sambil berteriak,
"Besok kita akan menikah! Besok adalah hari besar kita!"
Namun, ia malah jatuh terjerembab ke lantai dengan posisi yang kocak, membuat semua orang tertawa terbahak-bahak.
"Naruto, kau harus tidur sekarang, besok adalah hari yang penting," kata Sakura, membantu Naruto berdiri.
Dengan sedikit dibantu oleh Shika dan kiba,
"Ah teman teman biar aku yang membawa Naruto pulang, kalian pergilah duluan"
ucap sakura, ia tersenyum melihat teman teman nya yang setengah mabuk juga tapi masih bisa mengontrol dirinya
"Baiklah"
ucap mereka serentak
Hinata Hyuga, dengan rambut biru keunguan panjang yang tergerai lembut, mengenakan gaun santai berwarna putih gading. Wajahnya dipenuhi dengan senyum yang penuh kebahagiaan dan sedikit gugup, matanya yang lembut memandang keluar jendela, di mana sinar bulan membias indah di langit. Pikirannya terisi dengan bayangan pernikahan yang akan dilangsungkan besok, jantungnya berdebar bahagia. Ia teringat akan semua yang telah terjadi hingga titik ini, perjalanan cinta yang panjang, dan segala persiapan yang sudah dilalui. Dengan senyuman yang tulus, wajahnya tampak begitu cantik dan penuh harapan untuk masa depan yang cerah bersama orang yang dia cintai.
Hinata merasa sangat bahagia pada malam itu. Setelah beberapa hari penuh dengan kesibukan dan persiapan untuk pernikahannya, ia memutuskan untuk meluangkan waktu sejenak untuk dirinya sendiri.
ia segera mengganti baju nya dengan baju ungu muda lengan panjang dengan kaos luaran serta rok selutut setelahnya ia keluar dari rumah,
Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, dan ia merasa lega.
Hinata berjalan pelan melalui taman yang asri, menghirup udara segar dan menikmati setiap langkahnya. Malam yang sunyi memberikan ketenangan, membuat hatinya terasa lebih ringan. Ia tersenyum sendiri, merasa seperti anak kecil yang sedang menikmati kebebasan. Setiap detik terasa begitu berharga, dan ia merasa sangat bersyukur atas kebahagiaan yang ada dalam hidupnya.
Senyuman di wajahnya semakin lebar, dan ia membayangkan masa depan yang penuh kebahagiaan bersama orang yang ia cintai. Hinata merasa damai, seolah dunia ini hanya miliknya pada saat itu hanya ada dia, alam, dan kebahagiaan yang membara di hatinya.
Saat ia melanjutkan perjalanan, ia merasa seperti mendapat energi baru. Dengan langkah ringan dan hati penuh sukacita, Hinata tahu bahwa meskipun pernikahan besok adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, ia akan selalu menjaga kebahagiaan ini, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang ia cintai.
"Emmhh"
suara erangan tertahan menarik atensi Hinata
dengan rasa penasaran yang amat sangat itu ia berbalik menatap lorong gelap yang berkisar beberapa meter darinya tapi masih bisa dilihat dengan mata
bisa dilihat dengan mata telanjang dua sejoli sedang bertukar ludah,gadis itu dikukung dengan tembok yang berada di belakangnya
erangan dan geraman tertahan tercipta dari bibir yang sedang menyatu
sungguh hinata ingin langsung pergi dari sana , persetan dengan rasa penasaran nya mata suci nya tidak boleh melihat hal hal jorok seperti itu
"Emhh Naru-"
Kakinya terhenti mendengar suara dan nama familiar di telinganya,mengeyahkan fikiran anehnya Hinata melangkah lagi untuk pergi
mungkin telinganya hanya salah dengar tidak mungkin itu-
"Sakura chan bibirmu manis ttebayo"
"Bakaaa!"
"Nee,Aku mencintaimu Sakura chan"
ucap sejoli itu dan setelahnya melanjutkan hal tertunda
mata Hinata terbelalak mendengar itu tidak salah lagi itu adalah pujaan hati dan sahabatnya, jantung nya memompa deras tubuhnya bergetar seketika , dengan keberanian yang tersisa ia berbalik lagi menatap nanar sosok yang berada di kegelapan
urat urat di sekitar matanya menyembul keluar , ia ingin memastikan apakah pendengaran nya masih salah atau?
deg
dua chakra yang sama sekali tidak asing dan sangat familiar
"I- it- itu tidak mungkin"ucapnya terbata bersamaan dengan byakugan nya yang dinon-aktifkan tak sanggup lagi melihat adegan menyakitkan dihadapan nya kaki nya seolah tak memiliki kekuatan lagi untuk menopang tubuhnya yang mungil
Hinata merasa seperti dunia runtuh di sekitarnya. Perlahan, air mata mulai mengalir di pipinya, namun ia menahan isak tangisnya. Ia berdiri di sana, mematung, tak mampu bergerak, menyaksikan momen yang begitu memilukan. Setiap detik terasa sangat lama, dan meskipun ia ingin memanggil nama Naruto, mulutnya terasa kaku, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Di dalam hatinya, berbagai perasaan bercampur aduk kesedihan, kebingungan, rasa sakit yang begitu dalam. Ia selalu percaya pada Naruto, selalu mendukungnya dalam segala hal. Namun, malam itu, di bawah cahaya rembulan yang redup, Hinata merasakan perasaan yang tak terlukiskan. Cinta yang tulus yang ia berikan seakan tidak dihargai, dan ia merasa sendiri, terasing di tengah kenyataan yang begitu menyakitkan.
YOU ARE READING
Red Threads in the Dark
Fanfiction"Hinata, aku jarang mempercayai diriku untuk melindungi sesuatu yang begitu rapuh namun kuat seperti hatimu. Tapi setiap kali aku melihat keberanianmu, aku menyadari bahwa aku hanya ingin berada di sisimu bukan sebagai guru, bukan sebagai pelindung...
