CHAPTER-O1

23 10 0
                                        

SMA NAWANI sudah mulai ramai di hadiri siswa siswi nya lengkap dengan cardigan ungu tua sebagai pakaian wajib hari selasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SMA NAWANI sudah mulai ramai di hadiri siswa siswi nya lengkap dengan cardigan ungu tua sebagai pakaian wajib hari selasa. Para siswa berlarian masuk tak ingin mendapat hukuman karena datang terlambat, nasib buruk datang kepada sekelompok siswa yang telat hanya beberapa detik setelah Pak Juan menutup pagar besi sekolah tersebut.

"Pak Juan! Tolong dong pak, buka pagarnya, tadi saya bantu ibu saya pergi ke pasar dulu." Mohon Dara dengan wajah memelas, yang lain tampak tak peduli dan pergi meninggalkan gerbang depan itu. Salah satu dari mereka menepuk pundak Dara.

"Gabakal mempan, mending lo ikut kita." Ajak Arlo, salah satu orang yang ia kenal meski tak akrab, ketiga orang lainya hanya menatap setuju.

Dara hanya mendecak kesal pada dirinya sendiri dan menyetujui ajakan Arlo. Perempuan yang ia tau sebagai pacar Arlo itu pun merangkulnya. "Udah kali santai aja, telat sekali seumur hidup lo emang bakal bikin lo mati?" Eiwa menenangkan Dara sembari berjalan bersama yang lain. Eiwa tipikal gadis yang bisa disebut tomboy meski penampilannya tetap seperti gadis pada umumnya. Dara hanya tersenyum tipis mengangguk pasrah meski ia tidak tau pasti siapa orang-orang yang bersamanya, hanya mengetahui bahwa mereka adalah siswa seangakatanya.

Mereka berjalan santai di pinggiran kota tak jauh dari sekolah mereka, menikmati pagi yang sejuk dan perumahan sederhana yang asri. Namun langkah mereka terhenti dan menoleh kebelakang setelah mendengar gonggongan besar seekor anjing dari rumah yang baru saja mereka lewati. Dengan penuh penasaran Vidilan dan Arlo menghampiri anjing yang masih terus menggonggong dibalik pagar teralis itu, Anjing berwarna moka itu memiliki banyak bercak darah di tubuhnya. Tara, Dara, dan Eiwa menyusul khawatir dan terkejut melihat pemandangan tersebut disusul dengan pria berpakaian serba hitam dengan penutup muka yang keluar dari pintu belakang rumah tersebut dan tanpa sengaja bertatap mata dengan mereka sebelum lari melewati pintu belakang pekarangan rumah.

"Hei!" Teriak Vidilan dengan lantang, Tara menepuk pundaknya kencang.
"Ada yang ga beres disini!" Tara dengan cepat membaca situasi mencurigakan ini. Mereka semua saling bertatap mata sebelum memutuskan lari menuju pos polisi terdekat. Sesampainya disana Tara melaporkan kejadian mencurigakan tersebut kepada polisi yang bertugas diiringi dengan persetujuan oleh yang lain.

"Pak, kami melihat kejadian aneh di Rumah F5 no. 13. Ada anjing yang memiliki bercak darah ditubuhnya lalu ada laki-laki misterius yang keluar dari rumah itu" Polisi yang mendengar itu hanya mendengus malas. "Kalian anak-anak, di luar sekolah pada saat jam sekolah, membolos?" Polisi itu berkata malas seolah menganggap lelucon laporan mereka. "Pak, kami serius dan ga lagi bercanda" desak Eiwa yang kesal.
Sang polisi lagi-lagi mendengus malas menghidupkan HT yang ia genggam menghubungi anggota polisi terdekat yang sedang berptroli. "Kalian tunggu disitu" Mereka mengangguk dan duduk di kursi yang tersedia. Tidak lama setelah itu HT berbunyi dan suara dari seberang sana pun terdengar. "Rumah dan pagarnya terkunci, ada anjing dengan bercak merah terus menggonggong" Sang polisi yang ada di pos itu pun melihat ke arah mereka, mulai memasang wajah serius yang dibalas dengan tatapan tengil Arlo seolah mengatakan 'kan'.

 "Rumah dan pagarnya terkunci, ada anjing dengan bercak merah terus menggonggong" Sang polisi yang ada di pos itu pun melihat ke arah mereka, mulai memasang wajah serius yang dibalas dengan tatapan tengil Arlo seolah mengatakan 'kan'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang anggota polisi tiba di alamat yang disampaikan, mencoba memanggil pemilik rumah namun tak ada tanda-tanda aktivitas dirumah tersebut. "Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang didalam" polisi itu bergumam. "Namun sepertinya ada sesuatu yang terjadi di dalam, anjingnya terus terusan menggonggong" Polisi itu berbicara sembari melihat sekitar apakah ada cara lain untuk memastikan keamanan rumah tersebut, matanya tertuju pada lorong kecil yang ada di setiap perbatasan pekarangan rumah, ia pun bergegas menulusuri lorong tersebut sampai ke area belakang rumah. Ia mendapati satu pagar kayu terlihat sangat longgar seperti dilakukan dengan sengaja karna terdapat tanda silang di atasnya, polisi itu mendorong pagar kayu itu, membuatnya naik dan memberi cukup ruang untuk orang dewasa masuk ke pekarangan belakang rumah itu. Curiga, ia pun bergegas menulusuri rumah tetangga yang ada, rumah di kanan dan kiri terlihat seperti tak berpenghuni, polisi itu akhirnya tiba di salah satu rumah berjarak 2 rumah dari tempat awal, mengetuk pintu rumah dihadapannya.

"Selamat pagi" Polisi itu menyapa ketika si pemilik rumah keluar, menguap dihadapannya. "Ya ada apa?" Laki-laki berbadan besar itu menjawab. "Apakah bapak tau siapa penghuni rumah F5 no.13 itu?" Laki-laki itu melirik ke arah rumah yang ditunjuk. "Oh, yang tinggal disitu tuh nenek tua sama anjingnya" dia menjawab malas. "Tidak ada keluarga lain?" Polisi itu kembali bertanya dijawab dengan gelengan kepala dari laki-laki itu.

Dengan informasi yang ia dapatkan, polisi itu meminta izin menggeledah tempat itu karena khawatir dengan keadaan si nenek jika benar ia hanya tinggal sendirian. Pintu rumah yang terkunci dari dalam pun di bobol paksa menggunakan peralatan yang ada. Pak Dean, polisi patroli yang tadi di beri laporan tersebut pun masuk ke dalam rumah itu. Sunyi dan cukup gelap namun masih ada sisa sisa aktivitas pagi seperti piring kotor dan tumpukan kain tak berlipat diatas sofa. Anjing itu mengikuti Pak Dean masuk seolah ingin menunjukkan sesuatu, Pak Dean mengikuti kemana anjing itu pergi hingga tiba didepan ruangan cuci baju yang terlihat bersih dan rapi. Ia kembali melirik anjing yang terus menggonggong di ruangan itu, menghadap ke arah bak kain yang tertutup rapat. Pak Dean membuka tutup bak tersebut, seketika terjatuh karena shock dengan apa yang ia lihat di dalam bak itu.

Seorang nenek meringkuk tanpa nyawa dengan darah segar yang mengalir dan mengenai seluruh pakaian didalamnya. Dengan panik Pak Dean melaporkan hal tersebut dengan suara sedikit gemetar dan keringat dingin di sekujur tubuhnya, menyuruh bantuan datang sesegera mungkin.

Di pos tempat mereka menunggu seketika menjadi sangat sibuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di pos tempat mereka menunggu seketika menjadi sangat sibuk. Mereka hanya terduduk diam masih belum mengerti apa yang terjadi, penasaran namun menghargai pekerjaan para polisi dan yakin mereka akan mengetahui apa yang terjadi secepatnya.

What's behind the shell?Where stories live. Discover now