Acha meringis dalam hati. Momen indah apaan? Lebih baik nguntit Evan-Kayla yang beneran unyu dibanding sama cewek nggak waras begini, gumam Acha dalam hati.

"Oke, jam berapa?"

Elena mengetuk-ngetukan jari pada dagunya. "Nanti lah, gue kabarin lagi. Pokoknya siap-siap, ya? Dan berita ini harus jadi trending topic di sekolah!"

"Dasar sinting," gumam Acha pelan.

Elena mengernyit, "Lo bilang apa tadi?"

"Oh, enggak-enggak."

"Bagus." Elena tersenyum senang. "Gue nggak mau tau, pokoknya, Evan harus jadi milik gue seorang!"

- - - - -

Disisi lain, dalam waktu yang sama, Kayla tengah menggoyang-goyangkan kakinya seraya duduk di bangku panjang tepat di depan kelas Evan. Gadis itu memasang headset-nya, menghentak-hentakkan kakinya sesuai dengan irama lagu yang menggema di telinga nya.

"Hei!" sapa pemuda yang sejak tadi ditunggu olehnya, seraya mencubit pipinya.

Kayla kontan melepaskan headset, lalu menoleh pada cowok itu. "Lo lama."

"Sori, catetan gue banyak tadi," Evan menampakkan cengiran lebarnya. "Jadi, mau kemana kita?"

"Hmm ..." Kayla menggeleng lemah, "Nggak tau, Van. Tapi jangan balik dulu ya? Nathan pulang telat katanya. Rasanya emang nggak seru banget kalo nggak ada itu monyet di rumah gue."

Evan tertawa. "Kasian juga ya, adek lo. Udah jelek, dikatain monyet pula sama kakaknya. Ckck,"

"Heh!" Kayla mencubit pinggang cowok itu. "Nathan nggak jelek tau. Enak aja. Lo sama Nathan aja masih gantengan Nathan."

"Gitu?"

Kayla mengangguk. "Iya. Karena kakaknya cantik, jadi dia ketularan gen cakepnya dari gue dong."

"Yaudah, pacaran aja sana sama adek lo." ketus Evan seraya bangkit dari tempat duduknya. Kayla tertawa melihat Evan yang sangat cemburuan-bahkan dengan adiknya atau satpam sekolah sekalipun.

"Dih ngambek," ujar Kayla sambil memeluk lengan Evan saat ia sudah menyamai langkahnya dengan Evan. "Ngambek mulu mas, lagi dapet?"

Evan mendengus. "Iya, dapet cewek super nyebelin macem lo gini."

Kayla kembali tertawa kencang. "Tetep cinta kan tapi?"

"Hmm,"

Kayla terkekeh. Gadis itu menarik tangan Evan hingga langkah mereka berhenti secara bersamaan. Evan menatap gadis itu dengan satu alis terangkat, menandakan dirinya yang kebingungan atas sikap Kayla. Dengan percaya diri, Kayla berjinjit dan mengecup pipi cowok itu singkat.

"Masih marah?" godanya-meski wajahnya dan Evan sama-sama sudah memerah.

Evan mengerjap. Sedetik kemudian, tangannya terangkat dan memeluk Kayla dengan erat. Diangkatnya gadis itu seraya berputar-putar dengan cepat. Membuat Kayla sedikit pusing sekaligus bahagia yang teramat sangat.

"Pusing, bego!" seru Kayla saat sudah diturunkan oleh Evan. Cowok itu tersenyum lebar, mencubit kencang kedua pipi Kayla. "Lucu banget sih lo? Gue nikahin langsung aja ya!"

Kayla kontan menoyor kepala cowok itu. "Eh, masih kecil ngomongnya udah nikah-nikahan. Dasar om-om mesum!"

"Anjrit." Evan tertawa, "Lagian lo lucu banget. Rasanya pengen gue iket terus jadi pajangan di kamar gue deh,"

Kayla memeletkan lidahnya. "Wajah gue terlalu cantik buat pajangan di kamar lo. Lagian, kalo jadi pajangan, gue lebih memilih kamarnya Cameron Dallas daripada elo, tau?"

My (Lovely) Enemyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें