06

1.5K 154 3
                                    

Kantin sangat ramai membuat beberapa siswa tidak mendapatkan tempat duduk untuk menikmati makanan mereka. Namun untung saja Adam dan kedua temannya sudah mendapatkan meja sebab beberapa teman mereka dari kelas dua belas selalu menyisakan mereka tempat untuk duduk. Adam dan kedua temannya memang sangat terkenal. Mereka bahkan memiliki teman dikalangan ke sebelas maupun dua belas. Dan disinilah mereka semua, duduk di meja sudut kantin dengan memerhatikan beberapa siswa yang saling berdesak-desakan.

"Gila ramai banget!" sahut Gian dengan ekspresi yang berlebihan.

"Kalau sepi bukan kantin namanya bege." sahut Devan.

"Terus apa dong?"

"Hati lo."

"Sori aja, gue udah ada bos." celetuk Gian bangga, "Hatinya dia tuh yang sepi, kagak ada penghuninya." Gian melirik ke arah Adam, "Muka ganteng gitu harusnya lo gunain dengan baik, Dam. Lumayanlah bisa deketik banyak perempuan."

"Nggak usah sok nyeramahin gue. Lo aja belum dapetin Kaila." cibir Adam membuat semua yang mendengarnya tertawa.

"Sialan lo!" umpat Gian membuat orang-orang di meja itu kembali tertawa. Mereka lalu  saling melempar lelucon, yang membuat seisi kantin menatap ke arah mereka yang tentu saja tertawa terlalu keras. Namun, tawa itu terhenti saat sebuah keributan kecil terjadi tidak jauh dari tempat dimana mereka duduk.

"Minggir dong lo, gue mau makan." ujar seorang siswa dengan beberapa temannya di belakang yang membawa makanan. Siswa itu adalah Yogi dan beberapa gerombolannya anak kelas sebelas. Mereka memang suka sekali menyuruh dan menindas junior dengan mengandalkan seniorita. Yogi juga terkenal sebagai gila seniorita.

Kali ini Yogi menyuruh anak kelas sepuluh untuk pindah dari tempat mereka. Padahal mereka duluan yang datang dan mengambil tempat, namun dengan seenaknya Yogi menyuruh mereka pergi.

"Tuli ya lo pada? Gue bilang minggir, anjing!" Yogi memukul meja dan membuat siswa kelas tersebut tersentak. Mereka menghentikan acara makan mereka, dan berdiri dari tempat duduk masing-masing karena takut. Siswa kelas sepuluh itu pun baru saja ingin pergi dari meja tersebut, namun sebuah sahutan dari seseorang menghentikan pergerakan mereka.

"Ngapain lo pada minggir? Makan aja. Kalian duluan yang dapet mejanya!" teriak Adam dari tempat duduknya. Siswa kelas sepuluh itu pun berbalik lalu melihat Adam memberi isyarat kepada mereka untuk kembali duduk. Namun, Yogi lagi-lagi membentak mereka. Ia bahkan menghiraukan teriakan Adam barusan.

"Minggir, anjing!" Yogi membentak membuat siswa kelas sepuluh tersebut serba salah. Semua pengunjung kantin pun kini menatap ke arah mereka semua.

"Gue senior ya disini. Lo jangan macem-macem kalau nggak mau cari masalah." Yogi memperingati.

"Ma-- Maaf kak. Tapi, kita duluan yang dapet mejanya. Kalau kakak mau duduk disini, tunggu sebentar. Sedikit lagi makanan kami juga habis, Kak." salah seorang dari siswa kelas sepuluh tersebut memberanikan diri untuk bersuara, meskipun terbata-bata.

"Berani lo sama gue?" ujar Yogi menarik kerah baju siswa tersebut, "Junior kurang ajar!" gertak Yogi lalu mendorong siswa tersebut ke lantai. Melihat hal itu, Adam refleks menghampiri siswa tersebut dan membantunya berdiri. Gian dan Devan juga menyusul di belakang Adam.

Setelah membantu siswa tersebut berdiri, Adam lalu memberitahu siswa tersebut dan beberapa temannya untuk mengambil makanan mereka, dan menghabiskannya di tempat duduk yang tadi Adam tempati. Mereka hanya menurut sesuai perintah.

"Udah kelar kan? Lo duduk aja sana sampai makanan lo habis. Sekalian makan sama piringnya. Biar bersih." celetuk Adam lalu berbalik meninggalkan meja dimana Yogi dan gerombolannya akan duduk. Namun baru beberapa langkah Adam berjalan, Yogi lalu menendang punggung Adam. Membuat lelaki itu terjerembab di lantai.

ZADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang