04

1.6K 179 2
                                    

Semua perempuan itu cantik.

Yang buat mereka jelek itu attitude mereka masing-masing.

— ㅇ —



Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Setelah mengemas semua barang bawaan dan berpamitan pada pemilik Cafe, Adam dan kedua temannya pun keluar menemui Kaila dan Zanan. Masing-masing dari mereka menenteng tas gitarnya. Saat mereka sudah keluar dari Cafe tersebut, Gian langsung menghampiri Kaila dan menitipkan gitarnya pada gadis itu. Sebab Gian ingin pergi mengambil motornya.

"Titip dulu, ya. Gue mau ambil motor di parkiran." ujar Gian tersenyum manis. Kaila hanya mengangguk dan mengambil alih gitar milik Gian.

"Lo balik sama Gian?" Devan bertanya pada Kaila.

"Iya," Kaila mengangguk.

"Lo balik sama siapa, Nan?" Devan lalu bertanya pada Zanan.

"Mau pesen gojek aja ini." Zanan menjawab sambil membuka aplikasi ojek online pada ponselnya. Namun pergerakannya terhenti saat Adam mengatakan bahwa ia yang ingin mengantar Zanan pulang kerumah.

"Nggak usah. Lo balik sama gue aja." Adam menyahut, "Nggak baik cewek malem-malem naik gojek. Bahaya."

"Nah, iya. Lo balik sama Adam aja. Dijamin aman sampai tujuan." celetuk Devan lalu tersenyum, "Yaudah, gue balik duluan ya. Nyokap gue ada nitip martabak nih." Devan berpamitan pada Kaila, Adam, dan juga Zanan. Lelaki itu pun melangkah menuju tempat parkir dengan menenteng tas gitarnya.

Sepeninggal Devan, Gian pun muncul dengan motor ninja birunya. Lelaki itu lalu mematikan motornya tepat di dekat Kaila.

"Zanan balik sama Adam?" tanya Gian sambil mengambil tas gitarnya dari tangan Kaila dan menggendong benda tersebut layaknya seperti tas sekolah.

Zanan menggeleng, "Gue balik naik gojek aja." ujarnya tersenyum.

Kaila memandang Zanan, "Naik gojek malem-malem gini tuh bahaya. Lagian kalau balik bareng Adam kan gratis, jadi uang gojek lo bisa dipakai besok buat makan bakso di kantin." sahut Kaila membuat Zanan menatapnya seperti memberi sebuah isyarat. Namun Kaila hanya mencibirnya.

"Udah, balik sama gue aja. Nggak bakal gue apa-apain. Lo selamat sampai tujuan." Adam menyahut, "Lo berdua temenin Zanan dulu, gue ambil motor." Adam lalu meletakkan tas gitarnya didekat Zanan. Lalu berlari kecil menuju tempat parkir.

"Gue nggak enak tahu dianter sama dia. Ngerepotin tahu nggak sih." celetuk Zanan.

"Santai aja, Nan. Selama dia yang nawarin, lo nggak bakal ngerepotin kok. Dia juga nggak bakal ngapa-ngapain lo. Dia itu anak baik. Tampang doang yang sangar," Gian mencoba untuk meyakinkan Zanan.

Sebenarnya Zanan bisa saja pulang sendiri, karena ia sudah terbiasa akan hal itu. Dia menolak ajakan Adam bukan karena dia takut, hanya saja ia tidak ingin merepotkan. Apalagi kejadian di dalam Cafe tadi masih membuat jantung Zanan berdetak tak beraturan setiap kali melihat Adam.

Tidak cukup dari tiga menit, Adam kembali dengan motor ninja hitamnya yang ia posisikan tepat di sebelah tas gitar miliknya. Saat melihat Adam sudah kembali dari tempat parkiran, Kaila dan Gian pun berpamitan untuk pulang duluan. Hingga menyisakan Adam dan Zanan di depan Cafe dengan atmosfer yang benar-benar canggung.

Adam mematikan mesin motornya, lalu mengambil tas gitarnya dan menggendong benda tersebut sama seperti Gian menggendong tas gitar miliknya.

"Tenang. Gue nggak bakal modus. Ada gitar gue yang jadi pembatas." celetuk Adam setelah ia memperbaiki posisi tas gitar di bahunya. Zanan jadi merasa tak enak hati karena Adam berbicara seperti itu.

ZADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang