[ 13 ] 💖

9.2K 814 158
                                    

Semuanya berkumpul di ruang keluarga termasuk teman teman Aidan, Sean memperhatika wajah keponakannya itu yang lebam di beberapa bagian tidak meringis sedikitpun yang terlihat hanya wajah datar yang ketara.

Sean menyayangkan kesempatan yang di berikan Agasta pada mereka semua, sudah pasti Mahluk mungil itu tidak akan di biarkan keluar dari Mansion sedikitpun.

Jelas si mungil menanggung kejadian hari ini kebebasannya melihat dunia luar di tutup rapat rapat oleh Agasta sekarang.

Entah ia harus merasa senang atau kasihan, Sean bingung.

Apa lagi sekarang Agasta sudah tidak mempercayakan putrinya pada siapapun.

Azura menengkan putranya yang menangis karena kaget dengan kejadian yang terjadi di depannya di pasar malam.

Mendegar semua penuturan dari salah satu teman Aidan yang memukul wajah putranya hingga luka lebam yang cukup parah. Agastapun merasa tersentil.

Xander tanpa rasa takut menatap langsung manik gelap Agasta dengan tenang." Aku hanya ingin memberi balasan pada putramu itu saja" semua yang di katakan Aidan padanya dengan sedikit bumbu kebohongan mengenai Anya, beruntung si mungil berceloteh menjawab setiap pertanyaanya dengan raut wajah ceria tanpa si mungil sadari hatinya berdenyut sakit setelah mengetahui perlakuan kasar Dirgantara sebelumnya terhadap Anya"anak kecil seperti Anya dengan mudahnya memaafkan kesalahan kalian yang menurut orang dewasa sepertiku sudah begitu fatal"

Pandanngan Xander beralih menatap Aidan"putramu masih beruntung mendapatkan luka yang hanya sebatas luka fisik jika di obati,bisa sembuh, tapi berbeda dengan Anya, Makhluk kecil itu pasti memilki luka batin mungkin sampai hari ini belum terlihat pasti suatu waktu luka batin itu perlahan lahan akan terlihat"

"hanya saja kita belum menyadarinya, mengapa aku tau? Karena aku pernah mengalaminya Tuan Agasta"Xander tak ingin apa yang di alaminya, terjadi pada orang di sekitaranya.

Netranya menagkap tangan Agasta di bawah sana yang terlihat gemetar, bahkan raut wajahnya terlihat terguncang.

Berdiri dari duduknya menghampiri Agasta, menepuk bahu pria itu pelan, tingginya dengan Agasta tak jauh berbeda" jadi apa yang saya lakukan hanya sebagai bentuk pembalasan kecil saja, saya bersyukur kalian sudah meminta maaf tetapi tetap saja harus sedikit menerima pelajaran bukan? Saya hanya mewakili tangan gempal si mungil yang belum bisa membalas kalian"

Xander menoleh pada teman temannya mengkode, berutung mereka cepat tanggap" Tuan Agasta kami pamit pulang, lain hari kami akan kembali mengunjungi Mansion untuk bermain dengan princees keluarga Dirgantara"

.....

Si mungil terus bermain air di dampingi Agasta yang berniat memandikan putrinya yang akhir akhir ini begitu Aktif.

2 hari telah berlalu setelah kejadian itu, Agasta memanggil psikiater untuk memeriksa kondisi putrinya pasalnya ia takut, apa yang di katakan oleh teman putranya terjadi pada putrinya.

Rasa Trauma yang pasti ada jika Xander memiliki Alter Ego, berbeda dengan putrinya yang memiliki rasa takut dengan tempat gelap dan suara bentakkan otomatis tubuh putrinya akan bergetar takut tanpa henti, hal itu terjadi melalui beberapa tes dan pertanyaan.

Maka hari ini Agasta benar benar bersabar menemani putrinya bermain di halaman belakang, usia putrinya yang masih berumur 4 tahun masa aktif aktifnya bermain dan belajar dengan lingkungan sekitarnya terutama terhadap hewan hewan yang di jumpainya, bahkan cacing tak lepas dari pertanyaannya.

"yayah, angan di cimpen di tanah agi anti mati loh" peringatnya, saat Agasta berniat menimbunnya dengan tanah.

tanpa takut anak itu mengambil kembali cacing di tangan Ayahnya"cinpen lumput anti pulang cendili" ucapnya menasehati sang Ayah.

Family PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang